Share

Dibawah langit yang sama

Levin berjalan mendekati jenasah Bu Lastri yang terbujur kaku, ia menangis histeris bersama Simbok. Entah kenapa takdir bisa bicara seperti ini, entah kenapa takdir merenggut nyawa mamanya dari sisi mereka, tubuh yang sudah terbujur kaku, Levin memeluk jenazah sang mama dengan perasaan entah.

'Maafkan Levin, Ma.'

Zhia yang baru datang menangis histeris, padahal baru kemarin mama memintanya untuk makan bersama.

"Tidak, mas itu tidak mungkin." Sesaat Zhia terjatuh dan pingsan.

"Aduh, Tuan bagaimana ini, Non Zhia pingsan, Tuan."

Simbok mencoba memberi minyak pada hidung, tengkuk, dan kening Zhia. Levin mengangkat tubuh Zhia di sofa rumah sakit.

"Tuan, Nyonya...?"

"Iya, Mbok Nyonya sudah tiada."

Simbok menutup mulutnya dan terkejut, "Innalillahiwainnaillahiroji'un, Nyonya." Si Mbok ikut menangis.

Zhia menggerakkan tangannya lalu menangis, dan memeluk erat tubuh kakaknya Levin. "Zhia belum minta maaf, Mas, Zhia banyak salah, Zhi enggak rela."

"Sabar, Zhi sudahlah."

Zhia mengoyang-goya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status