Share

indah itu berjuang

Rumah terlihat masih sangat sepi, sepertinya Bibi belum pulang. Setelah hari beranjak siang, Arum merasakan tubuhnya yang sedikit enakan. Sepertinya mual membuatnya enggan untuk berdiri, mulut yang pahit, kepala yang tidak lagi sakit, dengan perut dan kepala yang terasa lebih nyaman. Arum meraih ponsel, memeriksa deretan pesan yang masuk sejak tadi pagi, setelah pulang dari menjemput Ardha, tadi pagi Arum selesai mengantar ke sekolah langsung kerumah sakit memeriksakan kandungannya bersama sang Mama.

"Mama lagi apa?" tanya Ardha yang baru saja menganti pakaian seragam sekolah.

"Ardha, sebentar lagi punya adek!"

"Mama enggak lagi bercanda 'kan? Ini serius, Ma?" tanya Ardha tidak percaya.

Ardha terlihat tersenyum dan memeluk Arum, anak seusia Ardha bukankah belum faham soal kehidupan.

"Selamat ya, Ma!"

"Iya, Sayang."

Diraihnya ponsel diatas nakas, Arum ingin membuat kejutan untuk sang suami, Matanya terpaku pada deretan pesan, dari sang suami.

[Mas, dimana? kenapa belum juga pulan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status