Share

21. Seperti Mimpi

“T-tapi … saya nggak mungkin numpang di sini tanpa ngapa-ngapain, Pak. Saya nggak mau jadi benalu di rumah Bapak. Lagipula … saya juga bukan saudara Bapak.”

Aku begitu gamang mendapati kenyataan ini. Di satu sisi, aku sudah langsung kerasan tinggal di rumah Pak Hanan, meski di awal harus melihat pertengkaran hebat di antara beliau dan istrinya. Namun, di sisi lain, aku cukup tahu diri dan enggan jika harus menumpang tanpa bekerja untuknya.

“Kamu ini cerewet, ya!” keluh Pak Hanan sambil menyambar cangkir tehnya.

Terdengar suara seruputan dari arah depan sana. Nikmat sekali Pak Hanan menyeruput teh buatan Mbak Lisa yang kutengok juga tak dibubuhinya gula tersebut. Apa tidak ketawaran, ya?

“B-bukan begitu, Pak. Nggak enak juga sama … i-istri Bapak,” sahutku sambil memperhatikan gerak gerik Pak Hanan.

“Istri? Istri yang mana? Jelita, maksudmu?” Pak Hanan buru-buru menaruh cangkir dan tatakannya ke atas meja.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status