“Kamu ini kena gangguan lambung, jangan minum kopi dulu. Paham?” Desya mengangguk, dalam hatinya dia tersenyum dokter bawel ini benar-benar membuatnya kurus tak boleh makan ini dan itu. Tapi percayalah Desya, Pak doktermu sangat peduli dengan kesehatanmu. “Maaf sudah menunggu,” Agung datang dengan tas kertas yang berisikan obat dan diberikannya kepada Dilan. “Maaf saya periksa dulu ya apakah ada yang kurang.” Dilan melihat satu per satu obat itu dna menulis aturan minum kemudian di berikan kepada Desya. “Terima kasih Mas,” Dilan mengangguk tanpa sadar Agung tersenyum melihat keduanya, sangat cocok dan serasi namun mereka hanya sebatas Dokter dan pasien. “Oke kalau begitu kami pamit dulu ya, semoga suksesnya menular.” ucap Dilan dengan senyum andalannya. “Terima kasih banyak Pak dokter Mba Desya semoga lekas sembuh,” ***** “Dilan, Desya, sudah dapat obatnya?” Pak Rehan yang sedang duduk kemudian berdiri menyambut kedatangan Dilan dan Desya. “Sudah Pak, ini sebentar lagi D
“ Jeda satu Jam ya ❤️ ““Hah? Simbol apa ini? Tidak, tidak Dilan hanya memberikan semangat untuk aku Pasiennya. Tanda ini bukan apa-apa.” Lagi-lagi Desya menepis pikirannya, kemudian mengambil segelas air untuk minum obat itu.Dirinya membanting tubuh diatas kasur. Pikirannya makin kacau saat mengingat wajah Rangga dan Irma di kafe tadi. Ingin sekali menjambak rambut Irma dan memukul wajah Rangga. Benci, rasanya benci dan muak.“Desya, ayo makan nak.” panggil Bu Ratna dari balik pintu.Desya merasakan dirinya sangat mengantuk, namun dia harus berdiri dan menemui Bu Ratna.“Maaf Bu, nanti saja Desya habis minum obat jadi ngantuk deh ..” ucap Desya dengan sedikit tertawa.“Ih baiklah Desya, tapi nanti kamu jangan lupa makan ya. Ibu sudah masak banyak loh,”“Iya Bu, terima kasih ya,” ucap Desya ramah.Bu Ratna tersenyum dan pergi, Desya pun masuk lagi ke kamarnya dan berbaring untuk tidur.“Desya dimana Bu?” tanya Pak Rehan yang sudah duduk di meja makan bersama Dilan.“Desya kelihatan
“Wah siapa yang sudah masak, pagi - pagi begini ?”Bu Ratna melihat takjub meja makan yang sudah penuh dengan hidangan-hidangan lezat. Dilan dan Pak Rehan yang keluar dari kamarnya pun langsung menuju meja makan dan melihat menu yang tersusun rapi.“Dilan, kamu yang masak ini semua? Kan sudah Ibu bilang, biar Ibu saja …”“Bukan Dilan Ibu, justru Dilan juga terkejut sudah ada makanan sebanyak ini sepagi ini,”“Lalu apakah Desya?” Pak Rehan melihat ke arah kamar Desya yang masih tertutup. Kemudian melangkah menuju ruangan itu.“Desya?” Pak Rehan mengetuk pintu namun tak ada jawaban. Pintu tak terkunci, Desya tak ada di dalam kamarnya.Pak Rehan mencari ke sekeliling rumah namun tak menemukan Desya. Kemudian Pak Rehan kembali ke Dapur dengan hampa.“Desya tak ada di kamarnya,” ucap Pak Rehan.“Pagi-pagi begini kemana Desya, Ibu jadi khawatir.”Dilan diam namun dalam hatinya dia menyimpan beribu pertanyaan tentang dimanakah Desya.“Pak Rehan, Bu Ratna, Mas Dilan …”“Desya ! Dari mana saja
“Apa itu Desya?”Pak Rehan nampak penasaran dengan apa permintaan Desya.“Tolong bantu saya bercerai dengan Mas Rangga,”Mata Desya berkaca, seolah menahan sesuatu yang sangat menyakitkan. Mengingat semua kelakuan suami dan sahabatnya membuatnya merasa ingin berteriak sekencang mungkin.“Apakah kamu sudah yakin dengan keputusanmu?”“Hal apalagi yang membuat Desya harus bertahan dengan lelaki itu?”“Baik, Saya mengerti sekali dengan perasaanmu. Jadi besok akan segera saya proses pengajuan cerainya,”Pak Rehan tersenyum lega akhirnya Desya bisa melepaskan lelaki pengkhianat itu. Namun Desya masih dengan batin yang kacau. Logika yang bertengkar, otaknya mulai menampilkan film-film kenangan manisnya dengan Rangga namun, hatinya menganga menahan luka. “Aku bisa, aku pasti bisa melupakan semua itu. Mereka tidak pantas ada dalam hidupku. Sekarang adalah waktunya membuang mereka ke tempat sampah!” bisik Desya lirih dalam hatinya setelah Pak Rehan pergi untuk menyelesaikan pekerjaannya.Desya
Lelaki itu terbelalak saat menyadari seorang wanita yang dianggapnya masih lumpuh ternyata sudah bisa berjalan dengan sempurna. Bahkan melihatnya pun penuh kagum akan kecantikan Desya yang menjadi sangat berbeda dari sebelumnya.“Apakah kamu Desya? Istirku?”Desya tersenyum sinis kepada Rangga.“Ternyata kamu sudah sembuh sayang, dan kamu tampak begitu memukau… akhirnya kamu sembuh juga. Mari sayang kita pulang ke rumah,” Dengan wajah yang penuh harap, Rangga mencoba membujuk Desya agar ikut bersamanya.Pak Rehan, Bu Ratna, dan Dilan hanya menjadi penonton drama Desya dan Rangga dari kejauhan. “Bagaimana kabarmu Mas?” “Aku baik-baik saja, aku sangat merindukanmu Desya. Aku mencarimu kemana-mana,”“Lalu bagaimana kabar sahabatku, maksudku selingkuhanmu,?”“Apa maksud kamu?”“Irma,”“Irma itu sahabatmu, dan apa maksudmu selingkuhan? Dia sama sekali tak ada hubungan apapun denganku. Desya, kamulah istriku tak ada yang bisa menggantikannya,”Desya nampak menahan rasa benci itu, rasanya
“Masuk … “Rangga meraih tangan Desya yang masih enggan untuk melangkah masuk ke rumah itu lagi.“Sayang,” ucap Rangga lembut.Desya memberanikan dirinya, sepertinya harus dia hadapi sendiri semua rintangan rumah tangganya. Dia tak perlu merepotkan keluarga Pak Rehan lagi.Desya menghela napasnya panjang mencoba kuat untuk sesuatu yang akan terjadi padanya.Rumah tampak sepi dan kosong.“Dimana Ibu dan Irma?” “Ibu sedang pulang menjenguk uwa yang sedang sakit untuk beberapa minggu kedepan. Sedangkan Irma sedang menjalani tes di rumah sakit baru karena dia akan dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar”“Oh … “Dalam hati Desya, bagaimana bisa Irma bekerja lagi sedangkan dirinya tengah hamil muda? Mengingat hal itu Desya menatap benci ke arah Rangga. Lelaki itulah yang menghamili sahabatnya sendiri dan berniat jahat terhadap Desya.“Kenapa ke ruang pembantu? Kamarmu sudah di atas kembali, naiklah.. akan ku buatkan minum.” Desya mengernyit. Ada apa ini? Kenapa Rangga begitu perhatia
“Ternyata obat perangsang ini manjur juga!” Rangga tertawa kecil, melihat istrinya yang mulai menggeliat seperti cacing.Dilihatnya Desya yang tengah bertarung dengan bisikan setan. Desya membuka matanya setelah beberapa saat, merasakan sangat aneh pada tubuhnya. Desya sedikit sadar bahwa dirinya tengah dalam pengaruh obat. “Pergilah Rangga!” umpat Desya lemah“Sayang, kamu adalah istriku. Sekarang kamu harus memberikan aku kebutuhan itu, mengerti!”“Tidak, pergilah!” Desya masih terus menolak Rangga yang mencoba mendekatinya. Rangga tak menghiraukan Desya, dirinya tengah sibuk dan tak sabar melihat Desya dengan segala kecantikannya yang sangat dia rindukan.“Aku benci kamu Mas, pergilah,” rintih Desya yang lagi-lagi tak Rangga hiraukan.“Ternyata kamu secantik itu istriku, dan semua tampak lebih bagus dari sebelumnya” ungkap Rangga setelah melepas semua yang Desya kenakan.Desya tampak kebingungan dirinya tengah merasakan sesuatu yang begitu aneh. Rangga langsung menerkam daging y
“Desya. Buka pintunya!” Rangga mengetuk pintu kamar pembantu yang ada Desya di dalamnya.Desya tampak kebingungan, bagaimana caranya agar dia bisa pergi dari rumah itu. Dia tak mau lagi melayani suaminya. Apalagi, Desya sudah mantap menggugat cerai Rangga melalui Pak Rehan.“Buka sayang,”Desya tetap diam tanpa kata. Dirinya takut Rangga menjadi seperti saat tadi. Rangga terus mengetuk pintu itu hingga Desya merasa terganggu dan kemudian membukanya.“Ada apa!” pekik Desya“Tolong jangan seperti ini, aku butuh kamu Sya.”“Apa maumu? Bukankah kalau sudah punya Irma? Biarkan aku sendiri tolong aku sudah cukup sakit hati dengan pengakuanmu!”“Aku ingin kamu tinggal disini menjadi istriku seperti dulu, jangan ada yang berubah.”“Kamu yang berulah Mas, kamu yang buat semuanya kacau! Jika kamu memang sudah memutuskan untuk selingkuh, silahkan lanjutkan pilihan itu tapi ingat jangan pernah kamu bawa aku masuk, aku tak sudi hidup berdampingan bersama para pengkhianat!”“Tega sekali kau berbica