Share

Bab 48

Hendra menggeser layar ponsel, telepon langsung tersambung.

"Ada ap-"

"Hendra maafkan anak Mama, dia memang anak nggak tau diri. Tolong jangan ceraikan Laila, kalau kamu ceraikan dia mau ke mana dalam kondisi hamil begitu. Ikut Mama nggak mungkin, kamu tau sendiri kan kehidupan kami gimana. Tolong mantu Mama yang paling baik maafkan Laila, jangan ceraikan dia. Mama mohon ...."

Cerocos Bu Hambar tanpa memperdulikan lawan bicaranya. Dia menangis terisak-isak, suaranya yang kuat membuat Hendra harus sedikit menjauhkan ponsel dari telinga. Sebab, telinga sedikit berdenging karena suara cempreng Bu Hambar.

"Hendra kamu dengar Mama kan, Nak?"

"Ah, iya dengar, Ma. Hendra udah maafkan Laila."

Jawaban singkat dari Hendra membuat wanita di seberang sana tersenyum senang.

"Kamu serius kan, Ndra? Orang tuamu juga udah maafkan Laila?"

"Iya, Ma."

"Syukurlah, anak itu memang buat malu. Orang satu kampung tau sampai Mama nggak bisa kerja karena malu." Kembali Bu Hambar menangis tergugu.

"Kok bisa s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status