"Mas sungguh-sungguh menyesal, mas minta maaf. Mas tak akan meninggalkanmu, beri aku kesempatan sekali lagi, Ara. Kita rajut kembali rumah tangga kita yang retak, Mas yakin... kita akan lebih bahagia dari sebelumnya."Sudah Beratus kata maaf terucap dari bibir Ehan, sampai-sampai Ara jengah mendengarnya. Ara diam saja, dia berlalu dari hadapan Ehan yang masih menunduk."Istirahat lah, Mas baru pulang dari Bandung kan? pasti sangat melelahkan. Aku tidur dulu." Ucap Ara dingin.Ara membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi miring dia membelakangi Ehan. Kemudian memejamkan mata, hari ini dia sangat lelah, pikirannya kacau, bukan karena memikirkan Ehan tapi karena rindu pada sepupu suaminya itu.---Sebulan berlalu...Fathur sudah ada di Kota Pekanbaru, kota yang sama dengan Ara, lelaki bertubuh atletis itu semakin sibuk dengan bisnisnya, baginya waktu adalah uang, sedetik saja tak boleh disia-siakan. Sedangkan Ara, sudah bisa berdiri dan berjalan sendiri, meski terkadang masih bu
Haikal dan Haris langsung tertawa, diantara mereka bertiga memang hanya Fathur yang sudah berumur tiga lima, dan masih jomblo. Hanya Daffa yang tahu, jika Fathur mencintai kakaknya."Jangan bilang kau mau cari janda yang gemoy, Fathur..." Celetuk Haikal.Membuat Daffa menutup mulut menahan tawa. Semuanya saling lirik, Dan...."Ha...Ha...Ha..."Keempat bujangan itu tertawa terbahak-bahak. Meski masih bujangan tapi pesona mereka selalu menjadi perhatian wanita.Lihat saja, seorang pembisnis, dengan wajah tampan, hidung mancung, tubuh atletis dan... kulitnya tak terlalu putih, hanya Fathur yang tak tergoda dengan wanita lain selain Ara, dia memang pernah menjalin hubungan dengan wanita hanya sebagai pelampiasan saja.---Ehan tidur disamping Ara, dilihatnya wajah istrinya yang begitu tenang, saat ini dia tak berani menyentuh, Ara akan marah jika Ehan dekat-dekat dengannya.Lelaki itu mendengar setiap helaan nafas Ara, begitu tenang dan damai. Dia pun teringat dengan ponsel Ara, gegas Eh
Daffa mencebik."Gombal banget tuh, preeett tak akan berhenti mencintai, paling-paling juga akan pudar seiring datangnya Wanita cantik lagi." ejek Daffa "Ha...Ha...Ha... cinta itu tubuh tak semudah membalikkan telapak tangan, Daffa. Dia datang dengan sendirinya, bahkan tanpa permisi, jadi kau harus tau jika aku dan Ara sudah ditakdirkan untuk saling mencintai dan melengkapi.""Dengan cara berselingkuh" Tanya Daffa menohok.Fathur memberhentikan langkahnya, kemudian menarik lengan Daffa yang terus berjalan."Selingkuh atau tak selingkuh itu urusan kami bukan urusanmu, Daffa."Daffa mencebik melihat Fathur meninggalkannya begitu saja.'Dasar lelaki bucin.'---Ara terbangun saat tengah malam, malam ini dia merasa hambar, Fathur tak ada mengirim pesan. Ara mendesah lesu, seketika kantuknya hilang. Ara menoleh kesamping, Ehan pun sudah tertidur, dengan pelan, Ara bangun lalu membuka laptopnya. Siang tadi Daffa mengirim email tentang keuangan perusahaan, dan Ara belum sempat membukanya.
Ara tersenyum, entah kenapa dirinya rindu masa-masa kecil dulu, hidup tak ada beban menikmati makanan sepuas hati, dan... bermain seenaknya tanpa lelah, Ara sangat merindukan kebersamaannya dengan Rayyan. Lelaki itu, sukses membuat hatinya porak poranda. [Ok, deal. Silahkan kau panggil Rayyan. Tapi... hanya di depanku saja. Kau harus tau Ara, nama itu membuatku sedih.][Apa... aku tak ada harganya dimatamu, Bang? Aku hanya ingin memanggil Rayyan seperti waktu kecil, tapi malah membuatmu sedih.][Tidak, Ara... Abang tak sedih, abang mengizinkanmu untuk itu, jangan marah lagi ya.]Ara tertawa geli, Fathur selalu mengalah, dan membujuk dengan segala cara agar Ara tak merajuk. Kemudian Ara tak membalasnya, matanya sudah sangat mengantuk, tanpa sadar dia pun tertidur.Di Apartemen simpang lima.Fathur berjalan ke apartemennya dengan gontai, gelisah tentu saja, pesan terakhirnya tak di balas Ara, Fathur merutuki dirinya sendiri yang lupa memberi pesan. Dengan malas Fathur memasuki kamar
Wardah pun tersenyum, kemudian menyandarkan kepalanya di pundak suaminya."Terimakasih, Yah. Kau selalu ada untukku,""Sebenarnya.. yang membuatku kuat adalah kamu Wardah. Aku tak akan mampu hidup seorang diri, kau adalah kepingan puzzle ku."Wardah terdiam, lalu menoleh pada wajah suaminya."Dapat kata-kata manis dari mana, yah?" lirih Wardah "Dari... novel online." kekeh Rudy.Membuat Wardah tertawa geli, semakin tua makin berkarisma, begitulah menurut Wardah, suaminya selalu membuat hatinya bahagia dan meleyot.Dari sudut ruang yang berbeda Ara juga tengah termenung, hari ini Ehan pergi ke Bandung, dia mengetahuinya dari Elma. Mengirimkan foto Ehan yang sedang duduk di ruang tunggu bandara menuju Bandung.Ada yang berbeda pada diri Ara, jika dulu dia akan menangis dan hatinya sakit, kali ini dia hanya bisa tersenyum. Ara langsung menekan nomor seseorang."Abang... jalan Yuk." Kata Ara manja.Fathur, lelaki yang dia telepon hanya tertawa. Ara tak akan bisa marah lama-lama."Kau dim
Fathur berhenti tepat di hadapan Ara, memandangnya dengan tajam. Lalu memegang kedua pundak Ara."Kau tak akan sendiri, Ara. ada Abang disampingmu."Deg."Awas, Bang. Aku mau beli buah." Ara mengelak, hatinya terus berdebar di pandang Fathur dengan tatapan sendu.'Bisa gila aku... jika di tatap begitu.'Fathur mengikutinya, Lelaki itu masih penasaran. Lalu dia mengirim pesan pada Daffa.[Kau tau jika Ehan sekarang ada di Bandung?]Tanpa menunggu lama, Daffa pun membalas. Fathur melirik Ara sekilas, dia masih sibuk memilih buah.[Tentu, rumah itu pengamanan ketat dan ada CCTV yang tersambung di ponselku. Kenapa?][Kenapa kau tak memberi tahu, Jika aku tahu Ehan ada disana setiap dua Minggu, aku akan bawa Ara pergi dari rumah sialan itu.][Hidup ini tak ada yang gratis, Brother. Meskipun Ara kakaku, jika kau butuh informasi cukup kirim dua digit. Maka... kau akan tahu kapan Ara sendiri. Ha ha ha...]'Sialan nih bocah. Dasar mata duitan.' Umpat Fathur dalam hati. Dia tertawa membaca pesa
Dengan susah payah Fathur menahan dirinya agar tak kebablasan, Fathur pun mencium kening Ara sangat lama. Lalu dia ikut berbaring di samping Ara, memeluk nya dengan erat."Seperti ini saja, ini lebih baik. aku merindukanmu, Ara." Lirih Fathur.Ara tersenyum, meski dia bingung dengan sikap Fathur, tapi dia membalas pelukan itu, dia pun merasakan kenyamanan yang luar biasa, Ara membenamkan dirinya di dada Fathur. Rasanya, Ara ingin terus dalam pelukan Fathur.Fathur menarik nafas dalam-dalam, hawa panas kian menjalar ke tubuhnya, tapi dia tak ingin menyakiti Ara, meskipun Ara tak akan keberatan tapi Fathur tak ingin melanggar batasan-batasan yang ada. Gegas, Fathur melepas pelukan itu, dia ke kamar mandi, membasuh wajahnya dan membiarkan air mengalir tepat di atas kepalanya. Setelah reda dan tenang, Fathur keluar dari kamar mandi, terlihat makanan sudah siap."Lama amat di kamar mandi, Bang. Duduk dulu, yuk. Makan biar kuat." Canda Ara menyipitkan matanya.Fathur hanya tertawa kecil,
"Setelah keduanya cerai, aku tak akan melepaskan, Ara. Dia harus ada di barisanku, agar aku memimpin RW Glow. Ah, aku memang cerdas dari lahir, hanya saja ayahku sangat bodoh telah mentelantarkan aku." Hati Elma sudah di penuhi dengan dendam dari kecil, meskipun Ehan sudah berpisah dari istrinya, dia tetap ingin Ehan hidup melarat. Bukan hanya Ehan yang menjadi sasaran Elma, Ara dan Fathur pun menjadi target, karena mereka telah merusak semua rencana awalnya sampai Aldo dan orang-orang suruhannya di penjara.'Aku tak akan melepaskan kalian semua.' Elma menyeringai, di dalam otaknya hanya ada dendam pada semua orang, padahal dia tak sadar jika perbuatannya sendiri yang membuat orang menjauh darinya.---Ara tertidur dalam dekapan Fathur, lelaki yang dalam waktu enam bulan ini membuat hatinya nyaman, tanpa aba-aba cinta itu datang dengan sendirinya.Begitu pula dengan Fathur, meski dulu pernah ada rasa dan menghilang, sejak mengetahui Ara di selingkuhi Ehan, hatinya sangat marah. Mun