Satu minggu berlalu, sejak kejadian di restaurant saat itu, Bagas sama sekali tidak kembali pulang ke rumah. Beberapa kali Andira sudah mencoba untuk menghubunginya, namun ponselnya tetap tidak aktif. Andira pun semakin bersedih dan enggan untuk melakukan apa pun, pergi bekerja pun dia juga senggan. Setiap hari ia hanya menunggu dan menunggu suaminya itu pulang. Suara pintu rumah yang terbuka langsung membuat Andira berjingkat, ia pun langsung menoleh dan berlari ke arahnya."Sayang, kamu sudah..." setika Andira langsung terdunduk lesu saat tahu bukan suaminya yang datang."Dira..." Ema melangkah cepat mendekati adik iparnya. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya kemudian, lalu memutar-mutar tubuh adik iparnya, menelisik inch setiap inch bagian tubuhnya."Ada apa Kak? aku baik-baik saja kok." ucapnya dengan tersenyum manis pada Ema."Kemari." Ema segera menuntun Andira ke arah sofa dan mengajaknya untuk duduk saling berhadapan. "Sekarang, jelaskan apa yang sebenarnya
Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Di mana setelah Bagas melayangkan surat gugatan cerai untuk Andira, ia langsung kembali pulang ke rumah pemberian ibu mertuanya dulu. Meski Ema sudah melarang dia untuk pergi namun Andira tetap bersikeras ingin pergi.Berada di sana, hanya akan menambah rasa pilu di hatinya. Setiap waktu yang ia lewati di rumah itu, terus saja mengingatkan dirinya tentang kenangan-kenangan pahit yang ia alami. Kehilangan, mertua yang sangat ia sanyangi, kehilangan suami yang begitu perhatian dan sayang padanya, serta kehilangan statusnya yang sebagai seorang istri.Tiga bulan berlalu dan hari ini, adalah hari di mana ia akan menghadiri sidang terakhir perceraiannya.Pintu rumah Andira perlahan terbuka dan menampakkan suasa pagi yang mendung se mendung hatinya yang sedang sedih. Andira meraup udara sekitar dalam-dalam, lalu menghembuskan nafasnya secara pelahan, beraharap sesuatu yang terasa mengganjal di hatinya dapat sedikit berkuang. Namun s
Sesampainya di kantor mengadilan Agama, Ema langsung menggandeng tangan Andira agar segera memasuki gedung. Di sana sudah ada kuasa hukumnya, yang sudah menanti kedatangannya sejak tadi.Namun tiba-tiba, langkah Andira mendadak jadi terhenti. Seketika juga, jantungnya mendadak terasa tertusuk tombak yang sangat tajam, begitu melihat sang suami datang dengan wanita yang dulu pernah mengancamnya. Tidak hanya itu, wanita yang bernama Tari itu bahkan berani merangkul erat lengan suaminya.Ema yang melihat raut wajah Andira langsung berubah pias pun tak tinggal diam. Ia dengan cepat melangkah menghampiri adiknya itu. "Bagas, kamu ingat aku siapa?" tanya Ema."Apa maksudmu Kak?" "Tolong jaga sikapmu! Kamu itu belum resmi bercerai, dan sekarang kamu malah datang dengan menggandeng wanita lain. Kalau kamu masih menganggapku Kakak, setidaknya jangan mempermalukan Kakakmu di depan umum seperti ini." ucap Ema.Namun sayang, sepertinya sesuatu sudah membutakan adiknya.
Satu minggu setelah putusan sidangnya dibacakan, Bagas kembali pulang ke rumahmya. Entah kenapa, ia merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya, hatinya pun juga mendadak terasa kosong.Setelah menyapukan pandangannya ke seluruh sudut ruang tamu di rumahnya, Bagas lalu melangkahkan kakinya memasuki ruang makan. Tiba-tiba, bayangan-bayangan kebersamaannya bersama mantan istrinya kembali bermunculan di benaknya. Bagas pun tersenyum saat mengingat wajah kesal istrinya, saat ia memaksanya untuk menyuapinya. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya ke arah dapur rumahnya. Namun tiba-tiba, ia kembali teringat bagaimana akrabnya mantan istrinya itu dengan almarhumah ibunya. Mereka bahkan suka tertawa bersama dan menghabiskan waktu bersama di ruangan ini setiap pagi.Tanpa terasa, sudut matanya pun mulai mengeluarkan bulir-bulir bening. Ia merasa sendiri, ia merasa kesepian di rumah besar ini. Sang Kakak satu-satunya bahkan kini enggan menemuinya setelah putusan perceraiann
Bagas pun kembali menyapukan pandangan, ke setiap sudut dapur rumahnya. Tapi sosok yang tadi menyerupai ibunya, tiba-tiba sudah menghilang. Hingga suara air yang dituang ke dalam gelas, tiba-tiba terdengar di telinganya. Ia lalu bergegas mendekat ke arah sumber suara, tapi langkahnya seketika langsung terhenti, saat kedua matanya menangkap sosok hitam besar yang bertanduk, sedang bersila di atas meja makannya.Bagas pun semakin terkesiap, saat tahu suara air yang terdengar mengalir itu berasal dari bibir besarnya yang bertaring. Tiba-tiba, rasa mual langsung menyergap lambungnya. Seketika Ia juga langsung menutup mulutnya yang seakan ingin muntah. Hingga tiba-tiba, sosok besar yang bertaring itu mendadak melotot ke arahnya.Bagas pun langsung berlari ke kamarnya, pintu kamarnya pun langsung ia kunci rapat. Kemudian ia langsung menempelkan punggungnya di pintu kamarnya. Entah kenapa, perasaan Bagas masih tak tenang. Ia merasa ada yang sedang memperhatikan dirinya.Di
Bagas pun seketika langsung tergugu, ia bahkan tidak mengerti apa yang terjadi pada tubuhnya sendiri. Dengan penuh rasa heran, ia pun kemudian membatin."Siapa kamu?" batinnya.Namun di luar dugaan, tubuhnya justru bereaksi dan malah langsung menjawab pertanyaannya."Aku adalah dirimu." ucapnya.Bagas pun langsung terkejut. "'Bagaimana mungkin aku berbicara pada diriku sendiri." batinnya lagi. "Aku adalah dirimu, dan dirimu adalah aku. Kita satu, jadi berhenti membaca itu!" jelasnya lagi pada diri sendiri.Bagas pun kini mulai ragu akan melanjutkan, atau bahkan menghentikan apa yang ia lakukan. Hingga suara seseorang yang teramat ia rindukan, kembali terdengar memanggil namanya. Bagas pun langsung tersadar dan kembali teringat akan mantan istrinya yang sedang membaca ayat-ayat suci Al-Quran.Hingga akhirnya, Bagas memutuskan untuk kembali melanjutkan bacaan surah yang ia baca. Namun tiba-tiba, dirinya mendadak tergelak, wajahnya bahkan tersenyum pad
Melihat hal itu, jantung Bagas langsung kembali berdebar kencang, seluruh tubuhnya juga mendadak gemetar. Ia pun langsung berlari ke arah kamarnya dan bersembunyi di sana. Namun entah kenapa, suara langkah kaki itu masih terdengar jelas di telinganya.Seketika, Bagas langsung melompat ke atas ranjang, ia juga langsung menarik selimut dan menutupi tubuhnya yang meringkuk ke takutan.Namun tiba-tiba, suara gemercik air mendadak terdengar dari dalam kamar mandi. Semakin lama didengar, suara gemercik air tersebut malah semakin terdengar deras mengalir disana.Bagas pun akhirnya beranjak dari atas ranjangnya, kedua kakinya pun perlahan melangkah menuju kamar mandi di kamarnya. Semakin mendekat, suara gemercik air semakin jelas terdengar di telinganya.Detak jantungnya kini semakin berdebar kencang, keringat dingin pun kini sudah membanjiri keningnya. Tangannya yang gemetar, perlahan mulai mendorong daun pintu di hadapannya.Brugh.Sesosok bayangan hitam besar
Bagas pun langsung mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk memarkirkan mobilnya agak jauh dari rumah pak Soleh. Kemudian, ia pun berjalan mengendap-edap memasuki halaman rumahnya. Benar dugaannya, sesampainya ia di depan rumah pak Soleh, Bagas bisa mendengar dengan jelas suara Tari yang sedang berbincang dengn pak Soleh di dalam rumah. Ia pun langsung bersembunyi di samping rumahnya dan diam-diam juga mendengar percakapan mereka."Apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Sepertinya Bagas mulai sadar jika kita memeletnya, dia bahkan menghindariku sampai aku harus mengirimkan pasukanku untuk mengancamnya." ucap Tari.Seketika Bagas langsung terbelalak, jantungnya juga mendadak kembali berdebar sangat kencang. Dengan langkah yang tergesa-gesa, ia langsung meninggalkan rumah itu. Selama perjalanan pulang pun, ia sempat menyesali semua perbuatannya yang bisa percaya begitu saja pada mereka."Jadi, selama ini mereka bekerja sama? Aku tidak menyangka Tari bisa melakukan h