Share

Pusing atas Bawah

“Sa-sakit, Pak …,” desah Naya, seraya menggigit bibir bawahnya. Menahan rasa sakit dan perih ketika Rendi mulai menekan dan mengusap.

“Tahan sebentar, ini tidak akan lama,” bisik Rendi. Agar tak ada yang mendengar kini ia tengah berada di kamar Naya.

“Pak, aku nggak sanggup. Sakit,” lirih Naya. Menahan pergelangan tangan Rendi yang sibuk menyapukan alkohol di lukanya.

“Kalau nggak kamu tahan, kapan luka ini akan diobati? Kamu mau ini semua infeksi?” ketus Rendi. Tidak ingin Naya terus-menerus melarangnya untuk mengobati luka di punggung dan memarnya. Padahal Rendi sudah susah payah menahan diri agar tak kelewat batas terhadap Naya yang kini membelakanginya.

Setengah polos, seraya memeluk selimut, Naya membelakangi Rendi yang sedari tadi mengobatinya. Di mata Naya Rendi hanya sebatas mengobati tanpa tahu bagaimana sakit menjadi dirinya. Padahal Rendi jauh lebih menderita daripada Naya. Kepala atas bawahnya terasa berdenyut harus berhadapan dengan punggung Naya.

“Nah, sudah. Kalau kamu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status