Beberapa Saat kemudian.
"Xuan'er, bangunlah nak. Hiks..", tangis seorang wanita cantik sambil mengenggam tangan putranya. "Hmm, siapa yang sedang menangis itu?", ucap Xuan yang mendengar tangisan berat penuh kasih sayang dari alam bawah sadarnya. "Nak, ibu mohon bukalah mata mu hiks.." "Tenanglah istriku, sebentar lagi tabib Mo akan datang", ucap laki-laki yang terlihat khawatir pada kondisi Xuan saat ini. Entah apa yang telah terjadi namun jelas kedua orang ini sedang menangis dan khawatir pada pemuda yang kini berbaring lemas diatas kasur itu. "Apa yang sedang kalian katakan, kenapa kalian menangis? Sebenarnya suara siapa itu? Kenapa aku tidak bisa membuka mata ku untuk melihatnya!" tanya Ye Cheng Xuan yang tidak bisa membuka matanya. Tinggg.. *Singkronisasi tubuh belum selesai! "Ha, apa lagi ini? Akghhh... Kepala ku", ucap Xuan yang kehilangan kesadarannya kembali. Tanpa Xuan sadari kini jiwanya telah menyatu dengan tubuh seorang pemuda yang juga memiliki nama yang sama dengan dirinya, namun sang pemuda ini lebih beruntung karena ia memiliki kelengkapan kasih sayang baik dari orang tua mau pun lingkungannya seperti yang dimimpikan oleh Ye Cheng Xuan selama ini. "Ketua Sekte, Tabib Mo telah tiba", ucap seorang pelayan memasuki ruangan tempat Xuan berbaring saat ini. "Ya, ya. Persilahkan dia masuk", ucap sang Ketua Sekte yang kini menjadi ayah Xuan di Dunia yang tampak asing bagi Xuan sendiri. Entah karena apa putranya bungsunya ini terluka parah hingga ia meninggal dan di gantikan oleh Ye Cheng Xuan saat ini. Namun demikian, orang tua penuh kasih ini tetap memperjuangkan kehidupan sang anak meski sekujur tubuhnya pucat pasi dan dingin bak orang mati, tapi harapan mereka tak pernah sirna. Mereka berharap ada sebuah keajaiban yang terjadi pada putra kedua mereka itu. Bukan pula hal itu tak mungkin terjadi, sebab ini lah dunia kultivasi yang segala hal nya bisa terjadi. Pedang saja bisa terbang, apa lagi manusia tentu bisa hidup dari matinya dengan melakukan beberapa trik seperti 'jurus pengeluaran arwah dari tubuh, jurus pelarian jiwa dan sebagainya. Namum sayangnya mereka lupa bahwa Ye Cheng Xuan tidak menguasai teknik tingkat tinggi itu, tenik yang sulit sekali untuk di latih meskipun berkemampuan tinggi. "Tuan muda sedang kritis, bawa kemari bahan obatnya. Bawa airnya kemari, kau pergilah rebus obat ini", ucap sang tabib yang telah tiba itu. Tabib yang memeriksa kondisi Xuan tau bahwa saat ini detak jantung Xuan sangat lemah bahkan kemungkinan kecil Xuan bisa hidup kembali terkecuali ada sebuah keajaiban yang datang. "Baik tuan!" "Tabib Mo, bagaimana kondisi putraku hisk..." "Tolong semuanya keluar, aku butuh konsentrasi", ucap tabib Mo yang mengusir semua orang yang tidak memiliki keperluan. Ditengah- tengah perawatan tabib Mo, Xuan pun terbangun ibarat sebuah keajaiban benar- benar telah menghampirinya. Xuan yang baru bangun dari mimpi panjangnya ini pun perlahan membuka matanya yang membuat tabib Mo senang namun penuh khawatir kalau- kalau Xuan jatuh koma lagi. "Akghh, kenapa ini? Kepalaku sakit sekali!", ucap Xuan yang tiba- tiba mengerakan tangannya untuk menyentuh bagian kepala yang terasa sakit. Tentunya hal itu membuat tabib Mo keheranan bukan main, bagaimana mungkin orang yang baru terbangun dari komanya ini bisa mengerakan tangan dengan penuh tenaga begitu bahkan Xuan pun dengan reflek terduduk di tempat tidurnya. "Xuan'er, putra ku. Hikss... Hiks...", ucap sang wanita yang menjadi ibu Xuan didunia ini. Ia yang mendengar suara Xuan langsung berlari kedalam kamar untuk memeluk putra yang baru melewati masa kritisnya, entah kesalahan apa yang telah di lakukan oleh sang putra hingga ia terluka parah begitu, pikir sang ibu. "A- aku tidak bisa bernapas", ucap Xuan memperingati pelukan penuh kasih dari sang ibu itu telah membuatnya sesak. Xuan yang masih menerka- nerka apa yang telah terjadi disini malah di hujani berbagai pertanyaan yang membuatnya semakin bingung akan situasi saat ini. "Adik ku, kau sudah bangun", ucap sang kakak yang juga ada disana dan mengkhawatirkan kondisi sang adik yang entah di lukai oleh kultivator mana dan entah karena alasan apa."Apa yang telah terjadi padamu nak, kenapa bisa begini?", tanya sang ayah yang khawatir akan kondisi sang putra yang di lihatnya masih lemah itu. Dan tentunya, sang ayah yang juga khawatir akan putranya ini telah mendapatkan perlakuan tak adil (dibulli oleh pihak tertentu) yang membuatnya murka ketika membayangkan perlakuan kurang menyenangkan itu. Tentu saja ia hendak membalas pihak- pihak yang terlibat, namun sayangnya Xuan tidak mengingat peristiwa apa yang telah dialami pemilik tubuh ini hingga mati. Tinggg.. "Aghhhh, apa ini?", ucap Xuan yang pusing akan sesuatu yang masuk dalam alam kesadarannya. Sesuatu yang terasa mengikat dirinya, namun Xuan tidak tau persis apa itu dan detik itu juga muncul ingatan tentang nama serta indentitas singkat dari Xuan yang ada di Dunia ini. Ternyata pemuda tersebut juga memiliki nama yang sama dengan dirinya, Ye Cheng Xuan. Ia merupakan seorang pemuda yang berasal dari Sekte Seribu Bintang, Kerajan Xima yang merupakan salah satu Kerajaan Ke
"Kau pemilik suar yang mengusirku, suatu saat jika kita bertemu aku pasti akan menghajar mu dan menendang bokong mu hingga jatuh ke dunia ini", ucap Xuan seakan mengutuk penjaga alam baka yang telah mengirimnya ke Daratan Pendekar. Prakkk.. Trakkk... Xuan pun tersambar petir setelah mengatakan itu, seolah perkataanya di tujukan pada Dewa penjaga dunia kultivasi ini yang membuatnya murka mendengar perkataan penuh cemooh hingga Xuan di hatam petir di siang bolong. Zou'er yang melihat Xuan di sambar petir itu keheranan bukan main, biasanya orang- orang di dunia ini akan di sambar petir jika mereka melakukan terobosan, namun pengecualian pada kasus Xuan karna dia tidak sedang melakukan terobosan saat ini. "Apa- apaan petir i-niii", ucap Xuan yang kemudian jatuh pingsan. Mendengar suara petir yang cukup besar itu, sang ayah dan beberapa orang lainnya pun menghampiri mereka di halaman belakang sekte dengan cepat lantaran takut jika ada kultivator hebat yang sedang melakukan pelat
"APA??? Kita menjadi sekte terbelakang di kerajaan kecil ini?", ucap Xuan yang syok mendengar kondisi sektenya saat ini. "Ya, selamat untuk itu!!" "Haisss, tempat apa yang telah aku datangi ini" "Tentu saja tempat kelahiran mu, selain itu panggil aku ibu" "Ckckck, aku pasti dikutuk telah datang ketempat aneh ini", ucap Xuan tanpa sadar bahwa ia kini meremehkan sekte yang sangat di banggakan oleh keluarganya dan di jaga oleh para leluhurnya dengan mengorbankan nyawa mereka. "Kau bilang apa? Tempat aneh?", ucap sang ibu yang mengeluarkan aura spiritualnya. Seakan ia tidak terima bahwa tempat ia bernaung dan amat dicintainya dengan segenap jiwa dihina oleh putranya sendiri. Tingg.. *Peringatan tanda bahaya. Sebuah peringatan datang di kepala Xuan, namun ia sangat terkejut lantaran ia bisa melihat pemberitahuan yang tiba- tiba itu dengan jelasnya. Tapi, sangat disayangkan lantaran Xuan tidak memperhatikan pesan yang diberikan bahkan bunyi dari pergitan itu malah di abaikan
“Apa? Kita akan turun gunung bersama?!”, ucap Wang Lizi yang tiba-tiba bersemangat. Matanya yang berbinar-binar itu memperlihatkan betapa ia sangat ingin menuruni gunung untuk melihat kehidupan luar. “Hem, kenapa menatapku begitu? Apa kau sudah lama tidak menuruni gunung?”, tanya Xuan yang pemasaran seberapa lama gadis ini terkurung di sekte tanpa melihat kehidupan normal di luar sana selain pelatihan dan bunyi pedang. “Ahh, bu-bukan begitu!”, ucap Lizi yang malu- malu. “Lalu?”, tanya Xuan yang penasaran akan sikap gadis ini sambil menelengkan kepalanya. “Ha-hanya saja, kakak tidak pernah mengajakku keluar bersama dan lagi, kakak tidak biasanya mencari barang sendirian!”, jelas Lizi yang menyatakan sikap Xuan telah banyak berubah. “Apa??", ucap Xuan yang terkejut akan sikap dirinya yang itu terlihat acuh tak acuh. Bahkan Xuan yang dulu benar-benar hidup layaknya seorang tuan muda yang suka memerintah bawahannya pada hal-hal yang terbilang sepele. “Ya, biasanya kakak akan me
Pembagian keluarga ini di lihat dari jumlah kekayaan dan pasukan tempurnya yang meliputi tingkat para kultivasi dari anggota keluarga itu sendiri. Jumlah tingkatan keluarga sangat menentukan peringkat dari sebuah kerajaan, oleh karenanya para raja dan pentinggi kerjaaan sangat mengutamakan untuk mengasah kemampuan para generasi muda. Kerajaan sendiri dibagi menjadi tiga kelas meliputi: Kerajaan kelas atas, Kerajaan kelas menengah dan Kerajaan kelas bawah. Kerajaan kelas atas sendiri terdiri dari 500 kerajaan, sedangkan kerajaan kelas menengah dan bawah terdiri lebih dari 1000 kerajaan. “Lihat itu, aku dengar dia baru saja terluka di hutan monster”, ucap tuan muda pertama keluarga Mo dari salah satu rumah makan ternama di Ibu Kota. “Sepertinya, lukanya cukup parah hingga ia menjadi bodoh begitu!”, ucap tuan muda ke- 2 keluarga Mo yang juga ada disana. Mereka yang tengah makan siang di lantai dua itu tertarik pada kehadiran yang tak biasa yaitu kemunculan Xuan setelah sekian lama.
“Heh, tampaknya kepala mu harus dipukul baru bisa mengingat siapa aku ya!”, ucap sang tuan muda Cheng sambil menahan emosinya. “Hei nak, jangan menghadang orang di tengah jalan begini. Minggirlah, aku masih ada keperluan, tidak bisa meladeni mu sekarang”, ucap Xuan yang tak peduli sama sekali akan rivalnya itu. “Kak, apa yang kau katakan?”, ucap Lizi yang khawatir sikap Xuan saat ini mengundang kemarahan dari sang tuan muda Cheng yang menganggap dirinya sebagai rival, meskipun Xuan telah kalah jauh dari dirinya saat ini. “Hem, apa maksudmu?”, tanya Xuan yang tidak mengerti akan situasi saat ini. “Kak, apa kau sungguh tidak ingat siapa dia?”, tanya Lizi memastikan akan sikap Xuan yang mengabaikan rivalnya sendiri. “Ehm, kenapa juga aku harus mengingatnya? Apa dia itu begitu penting? Ohh, apakah dia pemuda nomor satu di kota ini?”, tanya Xuan yang membuat situasi semakin runyam, dan tentunya emosi sang tuan muda Cheng naik 1000 tingkat. “Ten- tentu saja bukan!”, ucap Lizi s
Xuan yang dibawa kembali ke sekte dalam keadaan terluka lagi dan lagi membuat kedua orang tuannya khawatir. Baru saja ia pulih beberapa saat lalu, kini malah terluka lagi meski pun tidak terbilang parah. “Aku minta maaf, aku tidak tau kultivasinya jatuh separah ini”, ucap sang tuan muda Cheng yang benar - benar tidak tau bahwa Xuan telah jatuh hingga dasar begini. Bukan tanpa alasan ia mengatakan hal itu, sebab ia berpikir sejak Xuan bertanya apakah dirinya adalah pemuda nomor satu di kerajaan itu, pastilah Xuan telah melampauinya. Namun, nyatanya Xuan malah jatuh merosot hingga bawah, sungguh hal yang tak dapat dimengerti oleh dirinya bagaimana hal itu mungkin terjadi. “Sudahlah, kau juga tidak tau!”, ucap sang ayah yaang paham betul akan tuan muda Cheng yang merupakan rival anaknya itu. Pikirnya mana mungkin sang tuan muda akan melukai Xuan jika tau kondisi Xuan yang cukup memprihatikan. “Sebenarnya apa yang telah terjadi pada Xuan di gu
Ting.. *Perkenalan MC ¤》Nama: Ye Cheng Xuan (19 Tahun) ¤》Identitas: Penetua Sekte Seribu Bintang dari kerajaan Xima. ¤》Skill : Petarung ¤》Tingkat Kultivasi: Prajurit ¤》Level dalam sistem: 05 ¤》Keberuntungan: 10 “Hem, aghhhh.. Apa- apaan ini!", teriak Xuan melihat informasi dari sistem akan dirinya didunia ini yang cukup menyedihkan. "Kau kenapa, apa ada bagian tubuh mu yang sakit?”, tanya sang ibu melihat Xuan yang berteriak dalam lamunannya. Pikirnya, apa telah terjadi sesuatu yang buruk pada putranya ini. “Oh, tidak bu. Aku baik-baik saja”, ucap Xuan yang tersadar bahwa sang ibu masih ada disana. “Hufff, syukurlah kalau begitu. Lebih baik kau makan dulu, setelahnya minum ramuan ini!", ucap sang ibu yang telah mempersiapkan berbagai hal untuk putranya dan tak lupa pula ramuan obat yang telah disiapkan oleh tabib Mo untuk meningkatkan stamina Xuan. “Baik, tapi ibu apa yang telah terjadi padamu?”, tanya Xuan setelah memperhatikan wajah penat nan letih dari sang