“Hah, apa- apaan itu. Posisi yang tidak hanya keren namun terlihat hebat begitu, aku juga mau!!” “Hem, jika kau mau, maka rebut lah dari ku. Tentu itu tidak akan mudah, kau bahkan belum memulai apa pun” “Cih, kau tau apa, aku tidak akan kalah darimu. Mulai malam ini, aku akan rajin berkultivasi!!” “Kalau begitu, mari kita bertarung untuk merebutkan posisi pertama kelak!” “Hah, tentu saja! Saat itu terjadi, aku pasti akan mengalahkan mu” “Heh, kau terlalu percaya diri, aku lah yang akan mengalahkan mu jika waktunya sudah tiba”, ucap Xuan sambil berbalik arah dengan kerennya. Percakapan yang dimulai dengan baku hantam itu pun berakhir dengan kerennya, dua bocah yang kini saling berhadapan punggung ini pun di hampiri angin yang berhembus kencang seakan menjadi saksi dari janji yang telah di ucapkan oleh ke duanya. Begitulah cerita dua rival hidup dan mati ini tersebar luas. Karena hl itu pula, pihak keluarga Cheng tidak pernah melarang tuan muda mereka berteman baik dengan
Pagi Hari “Kalian sudah siap?”, tanya Xuan yang mengunjungi kamar sang kakak. “Ya, kalau begitu mari kita pergi!”, ucap sang kakak yang sejak tadi menunggu Xuan bersama Mo Yang. Mereka pun pergi mencari beast terbang yang akan membawa mereka ke kerajaan Ming. Namun siapa sangka dalam pencarian Beast terbang itu, mereka malah terlibat dengan seorang nona muda, lebih tepatnya Mo Yang lah yang terlibat. Ia yang melihat gadis lemah nan sakit itu di ganggu oleh beberapa orang, barulah ia muncul sebagai pahlawan ke siangan. “Apa yang di lakukan oleh sekelompok anjing gila ini?”, ucap Mo Yang mendekati kerumunan penganggu itu. “Cih, tentu saja mengong-gong di depan gadis kecil”, ucap Zuo’er yang mengikuti secara alami. Xuan sangat terkejut melihat sang kakak yang dinilainya cukup berwibawa ini bisa menjadi orang yang sangat usil, bahkan ia kelihatan sangat cocok dengan Mo Yang saat ini. Yah, mungkin inilah rival sejati, mereka sudah saling memahami satu dengan lainnya hingga mere
"Sial, kenapa sistem ini tidak berfungsi? Uang dan waktu ku telah banyak habis! Ck, sia-sia saja!", ucap seorang pemuda yang gagal terus merakit sebuah sistem game online. Ia yang hidup dengan mencurahkan dirinya pada pekerjaan ini tak pernah mengecewakan pelanggannya, namun kehidupannya sial setelah ia bertemu dengan seorang pemuda yang melimpah harta kekayaan. Pemuda nomor satu di kotanya itu menjadi penggila game online dari perusahaanya, setelah penasaran akan siapa yang membuat sistem navigasi dari game yang ia mainkan itu, ia pun berusaha untuk menghacurkan si perancang. Alasannya sangat sederhana, karena sang perancang sendiri membuatnya iri lataran ia yang tidak pernah merasakan kebahagiaan, terutama cinta kasih dari orang tuanya yang super sibuk dengan pekerjaan mereka. Lebih tepatnya, hal itu bermula saat dirinya melihat sang perancang sedang makan sambil bercanda tawa bersama seorang wanita paruh baya yang dikiranya adalah ibu si perancang, dirinya pun meminta untuk
Beberapa Saat kemudian."Xuan'er, bangunlah nak. Hiks..", tangis seorang wanita cantik sambil mengenggam tangan putranya. "Hmm, siapa yang sedang menangis itu?", ucap Xuan yang mendengar tangisan berat penuh kasih sayang dari alam bawah sadarnya. "Nak, ibu mohon bukalah mata mu hiks.." "Tenanglah istriku, sebentar lagi tabib Mo akan datang", ucap laki-laki yang terlihat khawatir pada kondisi Xuan saat ini. Entah apa yang telah terjadi namun jelas kedua orang ini sedang menangis dan khawatir pada pemuda yang kini berbaring lemas diatas kasur itu. "Apa yang sedang kalian katakan, kenapa kalian menangis? Sebenarnya suara siapa itu? Kenapa aku tidak bisa membuka mata ku untuk melihatnya!" tanya Ye Cheng Xuan yang tidak bisa membuka matanya. Tinggg.. *Singkronisasi tubuh belum selesai! "Ha, apa lagi ini? Akghhh... Kepala ku", ucap Xuan yang kehilangan kesadarannya kembali. Tanpa Xuan sadari kini jiwanya telah menyatu dengan tubuh seorang pemuda yang juga memiliki nama yang
"Apa yang telah terjadi padamu nak, kenapa bisa begini?", tanya sang ayah yang khawatir akan kondisi sang putra yang di lihatnya masih lemah itu. Dan tentunya, sang ayah yang juga khawatir akan putranya ini telah mendapatkan perlakuan tak adil (dibulli oleh pihak tertentu) yang membuatnya murka ketika membayangkan perlakuan kurang menyenangkan itu. Tentu saja ia hendak membalas pihak- pihak yang terlibat, namun sayangnya Xuan tidak mengingat peristiwa apa yang telah dialami pemilik tubuh ini hingga mati. Tinggg.. "Aghhhh, apa ini?", ucap Xuan yang pusing akan sesuatu yang masuk dalam alam kesadarannya. Sesuatu yang terasa mengikat dirinya, namun Xuan tidak tau persis apa itu dan detik itu juga muncul ingatan tentang nama serta indentitas singkat dari Xuan yang ada di Dunia ini. Ternyata pemuda tersebut juga memiliki nama yang sama dengan dirinya, Ye Cheng Xuan. Ia merupakan seorang pemuda yang berasal dari Sekte Seribu Bintang, Kerajan Xima yang merupakan salah satu Kerajaan Ke
"Kau pemilik suar yang mengusirku, suatu saat jika kita bertemu aku pasti akan menghajar mu dan menendang bokong mu hingga jatuh ke dunia ini", ucap Xuan seakan mengutuk penjaga alam baka yang telah mengirimnya ke Daratan Pendekar. Prakkk.. Trakkk... Xuan pun tersambar petir setelah mengatakan itu, seolah perkataanya di tujukan pada Dewa penjaga dunia kultivasi ini yang membuatnya murka mendengar perkataan penuh cemooh hingga Xuan di hatam petir di siang bolong. Zou'er yang melihat Xuan di sambar petir itu keheranan bukan main, biasanya orang- orang di dunia ini akan di sambar petir jika mereka melakukan terobosan, namun pengecualian pada kasus Xuan karna dia tidak sedang melakukan terobosan saat ini. "Apa- apaan petir i-niii", ucap Xuan yang kemudian jatuh pingsan. Mendengar suara petir yang cukup besar itu, sang ayah dan beberapa orang lainnya pun menghampiri mereka di halaman belakang sekte dengan cepat lantaran takut jika ada kultivator hebat yang sedang melakukan pelat
"APA??? Kita menjadi sekte terbelakang di kerajaan kecil ini?", ucap Xuan yang syok mendengar kondisi sektenya saat ini. "Ya, selamat untuk itu!!" "Haisss, tempat apa yang telah aku datangi ini" "Tentu saja tempat kelahiran mu, selain itu panggil aku ibu" "Ckckck, aku pasti dikutuk telah datang ketempat aneh ini", ucap Xuan tanpa sadar bahwa ia kini meremehkan sekte yang sangat di banggakan oleh keluarganya dan di jaga oleh para leluhurnya dengan mengorbankan nyawa mereka. "Kau bilang apa? Tempat aneh?", ucap sang ibu yang mengeluarkan aura spiritualnya. Seakan ia tidak terima bahwa tempat ia bernaung dan amat dicintainya dengan segenap jiwa dihina oleh putranya sendiri. Tingg.. *Peringatan tanda bahaya. Sebuah peringatan datang di kepala Xuan, namun ia sangat terkejut lantaran ia bisa melihat pemberitahuan yang tiba- tiba itu dengan jelasnya. Tapi, sangat disayangkan lantaran Xuan tidak memperhatikan pesan yang diberikan bahkan bunyi dari pergitan itu malah di abaikan
“Apa? Kita akan turun gunung bersama?!”, ucap Wang Lizi yang tiba-tiba bersemangat. Matanya yang berbinar-binar itu memperlihatkan betapa ia sangat ingin menuruni gunung untuk melihat kehidupan luar. “Hem, kenapa menatapku begitu? Apa kau sudah lama tidak menuruni gunung?”, tanya Xuan yang pemasaran seberapa lama gadis ini terkurung di sekte tanpa melihat kehidupan normal di luar sana selain pelatihan dan bunyi pedang. “Ahh, bu-bukan begitu!”, ucap Lizi yang malu- malu. “Lalu?”, tanya Xuan yang penasaran akan sikap gadis ini sambil menelengkan kepalanya. “Ha-hanya saja, kakak tidak pernah mengajakku keluar bersama dan lagi, kakak tidak biasanya mencari barang sendirian!”, jelas Lizi yang menyatakan sikap Xuan telah banyak berubah. “Apa??", ucap Xuan yang terkejut akan sikap dirinya yang itu terlihat acuh tak acuh. Bahkan Xuan yang dulu benar-benar hidup layaknya seorang tuan muda yang suka memerintah bawahannya pada hal-hal yang terbilang sepele. “Ya, biasanya kakak akan me