Share

Hannah yang Panik

Hannah menatap tangannya yang kini berada dalam genggaman Sebastian. Lampu sorot membuatnya menyipit. Ia merasa asing dengan semua ini, tapi Sebastian yang duduk nyaman di sampingnya sama sekali tidak terlihat ragu akan apa pun. Pria itu menguasai keadaan.

“Apa yang terjadi? Semua orang tahu Tara Dixonlah yang akan menjadi pengantin tapi kami semua dikejutkan dengan kehadiran Hannah Evans. Apa ini semacam kejutan demi publisitas?”

Hannah meringis mendengar pertanyaan wartawan wanita yang memakai lipstik merah menyala itu. Publisitas? Apa Sebastian membutuhkannya? Pria itu milliarder dan sejauh yang ia tahu publisitaslah yang mengikuti langkah Sebastian bukan sebaliknya.

Hannah menatap Sebastian lewat sudut matanya. Pria itu luar biasa tenang, terkendali dan juga misterius. Andai ia bisa seperti itu, keluh Hannah.

“Aku dan Tara memutuskan untuk mengakui perasaan kami masing-masing,” ucap Sebastian tenang. Saat pandangan pria itu tertuju pada Hannah sudut mulutnya terangkat.

“Tara mencintai pria lain begitupun denganku mencintai wanita lain. Kami hanya terlalu takut untuk mengatakannya sampai pada saat terakhir.”

“Itu berarti anda mencintai istri Anda?”

“Ya. Aku mencintainya. Rasanya semua menjadi benar saat bersamanya.” Sebastian mencium puncak kepala Hannah untuk membuktikan ucapannya.

“Apa Anda merasakan hal yang sama? Publik tentunya berasumsi Anda menjadi orang ketiga dalam hubungan ini?”

Hannah mencoba mengingat-ingat jawaban yang seharusnya ia berikan saat pertanyaan ini muncul. Sialnya, otaknya tidak bisa diajak kerja sama. Kerongkongannya tiba-tiba terbakar. Apa yang harus ia katakan sekarang?

“Aku mencintai Sebastian,” ujarnya lembut dengan nada meyakinkan terbaik yang bisa ia lakukan. Pandangan matanya kini sepenuhnya pada Sebastian. Sebelum ia bisa mencerna apa yang ia lakukan, Hannah melakukan sesuatu yang membuat semua orang terkesiap. Ia mencium tangan Sebastian.

“Seperti yang dikatakan Sebastian. Saat kita mencintai seseorang rasanya menjadi benar. Tidak ada orang ketiga dalam hubungan ini. Aku mencintainya, begitupun sebaliknya. Tara menemukan orang yang tepat baginya dan seperti inilah akhirnya. Kami bersatu.”

“Bagaimana dengan Tara Dixon? Seperti yang kita tahu wanita itu sepertinya menghilang?”

Sebastian mengambil alih kendali. “Tara memutuskan kalau dia tidak menginginkan publisitas dan aku menghargainya.”

Wanita berlipstik merah itu mengangguk. Senyumnya mengembang saat membaca pertanyaan selanjutnya.

Hannah yang melihatnya merasakan wajahnya panas. Sepertinya apa pun yang akan dikatakan wanita itu ia tidak akan menyukainya.

“Semua orang tentunya ingin tahu ke mana kalian berbulan madu?”

Pertanyaan wartawan itu sukses membuat rona merah menjalar dari leher sampai wajahnya.

“Kami bisa pergi ke mana pun. Istriku yang akan mengaturnya,” balas Sebastian datar.

Mata pria itu kini tertuju pada sekretarisnya. Kit mengangguk tidak kentara.

“Wawancara berakhir,” ucapnya tenang.

Sebastian berdiri dan Hannah mengikuti gerakannya. Para pengawal mengelilingi mereka dalam sekejap.

Suara gaduh dan kalimat protes masih sempat menghiasi gendang telinganya sebelum mereka benar-benar memasuki limusin yang sudah menunggu.

Hannah mendesah lega begitu berada di dalam mobil yang sejuk. Wawancara itu membuat emosinya kacau.

Setiap harinya hanya semakin buruk dan buruk.

“Kita ke kantor. Setelah itu antar Hannah ke rumah.”

Hanya seperti itu. Tidak ada ucapan basa-basi apa pun seolah Sebastian hidup dalam dunianya sendiri. Hannah melirik Sebastian. Tubuh yang dibalut jas mahal buatan tangan itu terlihat kaku dan keras, tapi Hannah penasaran bagaimana dengan Sebastian yang sebenarnya? Apa pria itu memang selalu dingin seperti ini?

“Aku ingin ke butik,” ucap Hannah tiba-tiba.

Sebastian bahkan tidak menatapnya. Pria tu hanya mengangguk tanpa kata, sibuk dengan komputer tabletnya. Hannah mencebik, memutuskan untuk mengabaikan kebungkaman Sebastian.

“Kenapa 1 tahun?” tanyanya sebelum bisa menahan diri.

Sebastian mengangkat kepalanya sejenak. “Itu waktu yang efektif dan efisien.”

Efektif dan efisien?

“Satu tahun sudah cukup memudarkan cinta dan omong kosong seperti itu. Orang-orang tidak akan bertanya jika jangkanya di atas 1 tahun.”

Sebastian memikirkan segalanya.

“Apa kau baik-baik saja? Maksudku semua ini seperti mimpi buruk dan...”

Sebastian memencet tombol dan kaca pembatas segera muncul untuk memberikan mereka privasi.

"Apa yang kau harapkan? Pernikahan kita tidak lebih dari sekedar perjanjian di atas kertas, Hannah. Jangan membuatnya terdengar berlebihan.”

Kalimat pedas Sebastian berhasil membuat Hannah mendengus.

“Jangan khawatir aku tidak akan bertanya apa pun lagi jika itu membuatmu mengernyit dan berubah menjadi batu. Dan jangan salah paham aku bertanya karena semua ini benar-benar membuat frustrasi," balasnya ketus.

Hannah mulai bertanya-tanya bagaimana Tara bertahan menghadapi sikap Sebastian yang menyebalkan? Atau mungkin sikap Sebastianlah yang menyebabkan Tara pergi?

Limusin berhenti dan Sebastian keluar tanpa kata.

“Dasar,” ujarnya mendengus.

Hannah mengempaskan dirinya pada sandaran kursi. Hidupnya praktis berubah sejak terjebak dalam pernikahan konyol ini. Pandangannya kini menatap jalanan di mana kendaraan berlalu lalang. Apa mereka akan terus seperti ini? Bertindak seperti dua orang asing yang terjebak di bawah atap yang sama? Tidak bisakah mereka setidaknya berteman? Atau Sebastian tidak mengenal kosa kata itu?

“Mrs. Caster, kita sudah sampai.”

“Panggil Hannah saja, tolong. Panggilan itu membuatku merinding,” rutuknya dan berjalan keluar menghentakkan kakinya yang dibalut sepatu hak tinggi. Hannah merapatkan syal yang ia kenakan. Angin kencang berhasil membuat udara menjadi dingin. Kaki jenjangnya buru-buru melangkah memasuki butiknya.

Setidaknya di tempat ini ia memiliki sesuatu untuk dilakukan. Untuk mimpinya. Alasan ia melakukan semua kekacauan ini.

“Kalian menemukan sesuatu?” Sebastian menatap pria yang mengenakan topi bundar dan kaca mata anti surya itu dengan alis terangkat.

“Belum. Tidak ada jejak. Wanita itu menghilang seolah ditelan bumi.”

Bukan jawaban yang ia inginkan. “Bahkan kartu kredit yang kuberikan tidak meninggalkan jejak?”

Pria yang ditanya Sebastian menggeleng. “Asumsiku dia menggunakan uang tunai. Wanita itu tahu jika dia menarik uang jejaknya akan diketahui.”

Sebastian mengusap-usap dagunya yang mulai ditumbuhi rambut halus. Ke mana Tara menghilang? Kekacauan ini membuat emosinya carut marut dan ini tidak pernah terjadi. Sebastian selalu tahu bagaimana mengendalikan diri.

“Tetap lakukan pencarian. Aku ingin diberitahu jika ada perkembangan,” ucapnya tegas setelah terdiam beberapa saat.

Pria itu mengangguk dan berjalan menuju pintu, meninggalkan Sebastian dengan pikirannya yang menerawang.

Gema langkah kaki yang memasuki ruangannya membuat kepalanya terangkat. Kit masuk dengan tabletnya.

“Ada apa?” tanyanya langsung.

“Ada acara gala yang harus Anda hadiri, Sir. Anda setuju untuk datang minggu lalu.”

Sebastian memikirkannya. “Batalkan!”

“Akan banyak orang penting yang hadir, Sir. Acara ini—“

Senyum sinis yang tersungging di wajahnya berhasil menghentikan ocehan Kit.

“Aku tidak ingin publisitas dan pertanyaan saat ini.”

“Baik, Sir.” Kit sudah setengah jalan menuju pintu ketika Sebastian bersuara.

“Ke mana seharusnya orang-orang berbulan madu?”

Pertanyaan itu berhasil mengejutkan Kit, tapi pria itu menyembunyikannya dengan baik.

“Ada beberapa rekomendasi, Sir. Saya bisa membuat beberapa pilihan untuk Anda.”

Sebastian mengangguk. “Bagus. Berikan daftarnya untuk kupelajari. Secepatnya, Kit."

Kit mengangguk dan menghilang di balik pintu.

Sebastian menatap langit-langit kantornya setelah sendirian di ruangannya. Ada apa dengan dunianya? Semenjak Tara menghilang hidupnya menjadi berantakan dan kacau. Sebastian mengusap wajahnya. Apa pun yang terjadi ia harus menemukan Tara dan menuntut penjelasan dari wanita itu.

Ponsel Sebastian bergetar. Melihat nama Hannah di layar, Sebastian ragu sesaat. Apa yang diinginkan wanita itu sekarang?

Sebastian menggeser layar ponselnya dan suara Hannah yang Panik terdengar dari ujung telepon.

“Sebastian, aku butuh bantuanmu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status