Skandal Cinta Pengantin Pesanan

Skandal Cinta Pengantin Pesanan

Oleh:  Aphrodite  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
80Bab
1.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Hannah yang berprofesi sebagai perancang gaun pengantin dipaksa Sebastian menjadi pengantin pengganti demi menjaga harga diri pria itu. Keadaan semakin rumit saat kekasih Sebastian kembali muncul dengan sebuah misi dan Hannah menemukan dirinya bertarung melawan wanita itu demi menyelamatkan Sebastian. Yang tidak diduga Hannah adalah misi ini mungkin akan melibatkan perasaannya dan saat semua rahasia akhirnya terbongkar Hannah mungkin telah menghancurkan apa yang paling penting dalam hidupnya.

Lihat lebih banyak
Skandal Cinta Pengantin Pesanan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
80 Bab
Terjebak
“Apa ini semacam lelucon, Kit?” Sebastian menatap sekretarisnya dengan sorot mata mengancam. Jika ini lelucon maka Kit harus bersiap menerima kemarahannya dan saat ia marah tidak ada satu pun hal baik yang akan terjadi.Kit mengangguk. “Saya baru mengkonfirmasinya, Sir.”Sebastian memejamkan mata bukan untuk meredam emosinya seperti yang biasa ia lakukan. Bukan. Ia memejamkan mata dengan harapan kalau yang ia dengar mungkin hanya mimpi buruk. Para pengantin biasa merasakannya bukan?“Kenapa?” tanyanya bingung, lebih kepada dirinya sendiri.Kit mengangguk, tidak mengatakan apa pun. “Periksa semua gedung. Setiap sudut. Temukan dia, Kit! Sialan! Wanita itu mungkin terjatuh atau bisa saja dia sakit!” geramnya dengan rahang mengeras.“Kami sudah memeriksanya, Sir. Memeriksa setiap sudut. Memerintahkan setiap pengawal untuk mencari di apartemen dan kami menemukan ini.” Tangan Kit yang gemetar memberikan secarik kertas pada Sebastian.Sebastian mengernyit namun menerima
Baca selengkapnya
Keputusan Final
Hannah berpikir kalau orang tidak waras selalu bertindak tidak masuk akal dan orang-orang masih bisa menerimanya. Itu wajar. Mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan. Tapi ini, seorang miliuner tampan, berkuasa dan bisa mendapatkan apa pun yang dia inginkan baru saja melontarkan sesuatu yang tidak masuk akal.“Kau pasti bercanda!” Hanya itu yang bisa Hannah ucapkan. “Bagian mana dari kalimatku itu yang mengandung candaan, Hannah?”Hannah bahkan lebih terkejut lagi Sebastian tahu namanya. Meski menjadi investor utamanya, tapi Sebastian seringnya bekerja dibalik kursi. Orang-orang bawahannyalah yang sering berinteraksi dengannya.Sebastian menjadi penyandang dana utamanya saat ia berencana membuka butik. Dari sanalah semua berawal. Saat melihat contoh rancangannya Tara tertarik dan ingin dirinya menjadi perancang gaun pengantin mereka.“Tapi itu konyol!” pekiknya dengan mata melebar.Dengan gerakan malas, Sebastian kembali menatap jam tangannya.“Waktumu 15 menit. Lakukan apa
Baca selengkapnya
Hannah yang Panik
Hannah menatap tangannya yang kini berada dalam genggaman Sebastian. Lampu sorot membuatnya menyipit. Ia merasa asing dengan semua ini, tapi Sebastian yang duduk nyaman di sampingnya sama sekali tidak terlihat ragu akan apa pun. Pria itu menguasai keadaan.“Apa yang terjadi? Semua orang tahu Tara Dixonlah yang akan menjadi pengantin tapi kami semua dikejutkan dengan kehadiran Hannah Evans. Apa ini semacam kejutan demi publisitas?”Hannah meringis mendengar pertanyaan wartawan wanita yang memakai lipstik merah menyala itu. Publisitas? Apa Sebastian membutuhkannya? Pria itu milliarder dan sejauh yang ia tahu publisitaslah yang mengikuti langkah Sebastian bukan sebaliknya.Hannah menatap Sebastian lewat sudut matanya. Pria itu luar biasa tenang, terkendali dan juga misterius. Andai ia bisa seperti itu, keluh Hannah.“Aku dan Tara memutuskan untuk mengakui perasaan kami masing-masing,” ucap Sebastian tenang. Saat pandangan pria itu tertuju pada Hannah sudut mulutnya terangkat.“Tara menci
Baca selengkapnya
Permintaan Maaf
Hannah mengigit bibirnya saat menatap kerumunan wartawan dari balik tirai panjang butiknya. Sial! Ia tidak pernah tahu kalau masyarakat begitu tertarik dengan kehidupan pernikahan Sebastian.Hannah menatap jam tangannya. Kenapa Sebastian belum datang?Jawabannya datang saat itu juga. Begitu melihat limusin hitam dan sebuah mobil SUV di belakangnya Hannah langsung tahu kalau bantuannya telah datang. Tanpa sadar Hannah tersenyum dan mendesah lega."Sebastian sudah datang?"Hannah menoleh, menatap rekan kerjanya. "Sepertinya begitu."Beberapa pengawal dengan setelan resmi tampak berjalan mendekati butiknya. Hannah buru-buru membuka pintu untuk mereka.“Sebastian yang mengirim kalian?” tanyanya, begitu menutup pintu di belakang para pria bertubuh kekar dengan tatapan datar tanpa ekspresi itu.“Yes, Mam.”"Dia tidak ikut?"“Tuan Sebastian hanya mengirim kami, Mam. Perintahnya adalah membawa Anda dari sini.”Jadi ia minta tolong pada Sebastian dan para pengawal inilah jawabannya? Kenyataan
Baca selengkapnya
Tantangan
“Maaf, anggap saja aku tidak mengatakan apa pun,” ucap Hannah cepat-cepat tanpa berani menatap wajah Sebastian. Hannah mengutuk kebodohannya sendiri. Kenapa ia tidak bisa menahan mulut? “Punya referensi tertentu untuk berbulan madu?”Hannah tersedak makanannya mendengar ucapan Sebastian. Wajahnya panas dan ia yakin memerah. “Apa maksudmu bulan madu?” tanyanya terkejut. Pikirannya mendadak kosong."Kita akan bulan madu," jawabnya sederhana. "Punya tempat yang ingin dikunjungi?"Mulut Hannah kering mendengarnya. “Kita tidak perlu berbulan madu.”“Perlu. Orang-orang akan penasaran kita bulan madu di mana.”Hannah merengut. Ia meletakkan sendoknya agar bisa fokus pada Sebastian. “Katakan saja kita tidak berbulan madu atau kalau perlu katakan kita bulan madu di rumahmu. Terserah.” Membayangkan mereka berada di suatu tempat berduaan saja sudah cukup membuat Hannah merinding.“Tentu saja kita akan pergi,” gumam Sebastian seolah Hannah mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Sebastian mer
Baca selengkapnya
Berita Buruk
Hannah keluar dari mobil dan langsung terkesiap saat melihat keindahan yang menyambutnya. Mulutnya menganga lebar hingga ia takut akan robek. Bagaimana mungkin ada tempat seindah ini?Hannah dengan takjub menatap villa mewah Sebastian. Undakan kerikil kecil menjadi jalan yang harus mereka lewati agar bisa memasuki villa itu. Pohon-pohon rindang, bunga daffodil bahkan pansy terlihat mekar dan menghiasi bagian depan villa.Indah.Kata itu bahkan terlalu remeh untuk mendefinisikan tempat ini.“Ayo.”Hannah mengangguk, tidak sanggup berkata-kata. Ia melepas kaca mata anti suryanya. Sisilia selalu menjadi tempat yang indah tapi inilah pertama kalinya ia menginjakkan kaki di sini. Di sebuah villa mewah dengan kolam renang dan juga pantai pribadi.Sapuan angin lembut menyapu kulitnya yang terbuka. Hannah tersenyum lebar. Terlepas dari keengganannya untuk berbulan madu tempat ini terlalu indah untuk diabaikan.Sebastian menggeser pintu kaca yang membawa mereka memasuki villa. Tempat ini teraw
Baca selengkapnya
Adu Mulut
Hannah pikir kalau sikap Sebastian selama beberapa hari terakhir sudah cukup menyebalkan dan membuatnya ketakutan, tapi ternyata ia salah. Sejak menerima telepon entah dari siapa sikap Sebastian seperti gunung es. Dingin dan berjarak. Pria itu bahkan menganggapnya seperti makhluk tak kasat mata. Oh, mereka makan bersama di meja yang sama tapi sama sekali tidak ada obrolan basa-basi.Pertanyaannya bahkan hanya mengambang di udara. Hannah penasaran. Siapa yang menelepon dan apa yang dikatakan orang itu sampai membuat Sebastian seperti ini? begitu dingin dan kaku.Hannah menatap siluet Sebastian yang sedang duduk sendirian dan sibuk dengan laptopnya. Pria itu bekerja seharian seolah hidupnya akan berubah kacau jika dia tidak menyentuh benda mungil persegi itu barang sekejap.Hannah melepas kain yang melekat di tubuhnya, menyisakan pakaian renang yang ia kenakan. Jika Sebastian memutuskan menjadi patung di tempat seindah ini, Hannah tidak akan mengusiknya. Ia akan menikmati keindahan Sisi
Baca selengkapnya
Jatuh Bersama
“Aku pergi dulu,” gumam Hannah, menatap Tina yang sejak kedatangan Sebastian tidak pernah melepaskan senyum dari wajahnya. Hannah sampai menahan senyum melihatnya.“Take your time,” balas Tina sumringah.Hannah berjalan, mengabaikan lengan Sebastian yang bertengger di pinggangnya. Ia tahu, pria itu melakukannya karena Tina melihat mereka.Supir membuka pintu mobil dan mereka berdua masuk ke dalam mobil yang sejuk dan menenangkan.“Ada apa?” tanyanya langsung begitu mobil mulai membelah jalan.“Maksudmu?”“Kau tidak mungkin tiba-tiba datang tanpa tujuan Sebastian. Jadi …?” lanjutnya dengan alis terangkat.“Kita akan pergi malam ini ke pesta gala.”“Kenapa mendadak?”Sebastian terlihat tidak nyaman. “Karena sejujurnya aku tidak berencana untuk datang tapi Kit berkeras kalau pesta ini akan berguna untuk pembukaan hotel baru yang akan kami buka.”Sebagai pebisnis di bidang perhotelan yang tersebar di seluruh dunia, Hannah tahu kalau Sebastian akan sangat sibuk. Bisa dikatakan mereka hanya
Baca selengkapnya
Tantangan
Tangan hangat yang membelit pinggangnya dan tubuh kekar yang membalut tubuhnyalah yang memungkinkan kenapa ia tidak merasa sakit sama sekali. Sebastian memeluknya seperti bayi yang membutuhkan perlindungan.“Auhhh.”Rintihan rasa sakit itu memaksa Hannah membuka mata. Ia melihat Sebastian meringis. Mengingat panjang tangga dan kerasnya tangga yang mereka lewati tidak mengherankan Sebastian merintih.“Ma-maaf. Ini semua salahku,” bisiknya terbata-bata.Sebastian melepaskan belitan tangannya.“Kau baik-baik saja?” tanya Hannah dan langsung menyesali kebodohannya. Tentu saja tidak! Siapa yang masih baik-baik saja setelah jatuh berguling dari tangga?Hannah berdiri diikuti Sebastian. Ekspresi pria itu tidak memberikan petunjuk apa pun padanya. Hannah mengigit bibirnya saat melihat Sebastian memejamkan mata karena kesakitan. Tangannya terulur hendak menyentuh Sebastian namun urung dilakukan saat ingat kalau pria itu kemungkinan tidak akan menyukai sentuhannya.“Maaf,” ujarnya kembali.Seba
Baca selengkapnya
Tara Ditemukan
“Ini yang kau andalkan untuk membujukku makan?”Hannah mengangguk. “Ini makanan andalanku. Rasanya enak. Cobalah.”Sebastian ragu. Apa yang spesial dari sepiring macaroni selain menambah asupan lemak dalam tubuh? Sebastian menatap Hannah dan makaroninya bergantian. Ekspresinya terlihat tidak meyakinkan.“Sepiring macaroni tidak akan membuat lemak ditubuhmu bertambah Sebastian. Cobalah, kau akan menyukainya.”Godaan itu berhasil membuat lengkungan alis Sebastian meninggi. Ia meraih sendok dan meniru gerakan Hannah yang sudah lebih dahulu menyuap makanannya. Sebastian menyendoknya dengan ragu dan saat makanan berbahan tepung itu menyentuh indra pengecapnya Sebastian menemukan dirinya terkejut.“Bagaimana?” tanya Hannah penasaran. Wanita itu terlihat takut mendengar jawabannya.Sebastian menarik napas. “Enak,” jawabnya.Senyum lebar Hannah adalah hadiahnya. “Kau menyukainya? Sudah kubilang ini masakan andalanku. Aku selalu menyukai makanan ini.”Sebastian tidak membantah. Makanan ini kha
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status