Share

64. Kebahagiaan Pahit

"Orang kaya tuh semua begitu, sering memandang rendah orang miskin, berpikir mereka tak selevel."

Aku masih ingat salah seorang teman berkata seperti itu. Tadinya aku tak begitu peduli, lalu mencemooh pendapatnya, terutama setelah menikah dengan Yudistira yang adalah anak seorang konglomerat.

"Ah, mertuaku tak seperti itu, kok. Papa Pandu dan Mama Ani baik kepadaku, meskipun keluargaku bukan keluarga kaya dan terpandang," pendapatku, menepis anggapan bahwa semua orang kaya seperti yang orang tuduhkan.

Pak Pandu memang baik kepadaku, Bu Ani lebih-lebih lagi, sayangnya kepadaku sudah seperti anak sendiri.

"Aduh, Ashanna! Maafkan Mama, ya, kalau Mama selama ini salah karena sudah membuat kamu tertekan mengenai anak," sesalnya kepadaku seusai anak lelakinya bercerita bahwa aku pusing dan galau karena belum memiliki anak.

Menurutnya apa yang ia ucapkan soal mempunyai cucu dari darah dagingnya sendiri adalah sebuah harapan dan doanya, tetapi ia sama sekali tidak memaksa kami untuk secep
Teha

Aduh, duh, duh, ternyata...... Yah, semoga urusan Arjuna dan Fitri segera kelar, ya, kalau perlu kita undang Wali yang biasa cari jodoh. Hehe

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status