Share

70. Iri Adalah Penyakit Hati

"Bapaknya siapa sih itu? Nyolot banget kayak anaknya," sindir Mei sembari melirik suamiku dengan pandangan mencemooh. Kami sedang membicarakan ayah mertuaku.

"Pak Pandu? Bapaknya Arjuna, lah. Aku kan cuma anak ketemu gedhe," kilah suamiku. Yudistira menghindari 'serangan' Mei dengan sangat efektif.

"Hahaha. Kamu sih, Mei, anak pelawak dilawan." Aku tertawa terpingkal-pingkal melihat interaksi antara suamiku dan sahabatku. Muka Mei cemberut, seperti bocah yang habis dirundung temannya, dan mainannya direbut. Macam Suneo dengan si giant, Takeshi gitu.

"Hah, apes bener, ketemu tukang nyolot beneran! Pinter banget dia membalik kata-kata! Hebat banget kamu, Ashanna, bisa mengalahkan ahli silat lidah." Mei kesal karena tak mampu memojokkan suamiku yang selicin belut. Sikap pasrahnya membuatku semakin geli.

Meskipun sahabatku itu telah mengibarkan bendera putih, Yudistira masih belum lelah.

"Kalau sama Ashanna aku berubah, Mei," katanya sambil menatap lurus ke arahku. Waduh, ada bau-bau
Teha

Waduh, Yudistira mau mengajak Ashanna ke ujung dunia sebelah mana, ya? Ikutan dong. ^^

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status