Share

44. Berhutang Nyawa.

Mata Riri terbelalak ketika melihat sesosok laki-laki paruh baya yang sangat dia kenal sedang berdiri di sampingnya. Berkali-kali Riri menggosok matanya untuk membuktikan bahwa dirinya saat ini tidak sedang salah lihat.

“Ayah?!... Ayah nggak jadi meninggal?!”

“Kamu mau jadi anak yatim?!”

Mata Riri yang awalnya suram dan di penuhi dengan kekosongan kini menjadi berbinar seolah-olah di penuhi dengan kehidupan yang penuh warna.

Riri tak tahu bagaimana dan kenapa bisa, tapi yang pasti saat ini Riri merasa sangat bahagia karna ayahnya tak jadi pergi untuk selamanya.

Dengan perasaan bahagia Riri melompat kearah ayahnya lalu memeluknya dengan sangat erat.

“Makanya kalau ada apa-apa itu di pastikan dulu, ini malah langsung nangis sampai pingsan!”

Riri tersenyum senang, kata-kata sindiran dari ayahnya terasa seperti hiburan di telinganya, setidaknya Riri merasa yakin bahwa ayahnya tidak pergi karna bisa menyindirnya secara langsung.

Riri melepaskan pelukannya, matanya menelisik seluruh tubuh d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status