Riri menghirup udara di pagi hari yang terasa sangat segar di hidungnya. Sudah empat hari berlalu begitu saja, Syifa yang niatnya ingin menginap selama empat hari kini menjadi bertambah hingga tujuh hari, tak hanya itu saja, Syifa bahkan mengajak adik dan adik sepupunya untuk menginap bersama di rumah, tentu saja awalnya Riri menentang keras, tapi karna bujukan dari Dion, Riri akhirnya setuju untuk membiarkan Syifa menginap lebih lama lagi. Riri melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi dengan santai, setelah dua bulan lamanya, baru kali ini Riri merasakan aura kehidupan kembali menyelimutinya.Dua hari yang lalu Syifa menawarkan diri untuk membantu pekerjaan rumah, entah apa yang ada di dalam pikiran nenek, tanpa berpikir panjang nenek langsung saja mengiyakan tawaran Syifa. Namun berkat itu kini Riri dapat beristirahat sejenak dari tugas membersihkan rumah yang cukup melelahkan, karna tak hanya tugasnya saja, tugas semua art di rumah di ambil alih oleh Syifa.Riri menjalankan rit
“Maaf ya kak, sepertinya kakak harus pergi.” Ujar Dion dengan senyum manis di wajahnya.Wajah Syifa memerah karna marah, dirinya tak terima jika di usir dari rumah yang saat ini dia tempati.“Apa maksud kamu Dion, kamu tidak punya hak untuk mengusir aku dan adik-adikku dari sini, kita datang ke sini karna mendapatkan izin dari Leon.”Dion hanya tersenyum sembari menunjukkan pintu depan rumahnya dengan sopan.Mendapatkan perlakuan sopan dari Dion yang menurutnya sangat kurang ajar, bukannya berpikir untuk keluar dari rumah itu, Syifa malah berpikir untuk menemui Leon agar di berikan pembelaan untuk dirinya dan adik-adiknya.“Mau kemana kamu?! Pintu keluar ada di sebelah sana!.”Syifa tak memperdulikan teriakan Riri dan tetap melangkah maju menuju kamar Leon. Sesampainya di depan pintu kamar Leon, Syifa memegang gagang pintu untuk membukanya, namun ternyata pintu itu tak dapat di buka.Karna tak sabar, Syifa mengetuk pintu di depannya berkali-kali, mulutnya pun tak henti-hentinya untuk
“Tapi bagaimana bisa dia mengetahuinya? Apa terlalu kelihatan dari wajahku? Sepertinya tidak. Tunggu, apa ada jangan-jangan abang... Ah tidak mungkin, mana mungkin orang menyebalkan itu mau dekat-dekat dengan wanita menyebalkan itu!.”Dion tengah di landa rasa bimbang, biasanya kalau ada masalah sedikit saja Dion langsung berlari mencari kakaknya dan menceritakan segala keluh kesahnya, namun kali ini Dion tidak bisa melakukannya karna nyawanyalah yang akan menjadi taruhan jika dirinya salah mengambil jalan.“Dion.” Suara yang tak asing terdengar di telinganya.Dion bergegas berjalan menuju pintu lalu membukanya.“Mereka sudah aku urus.”Dion mengangguk lalu menutup kembali pintu kamar mandinya. Dion melanjutkan aktivitas mandinya dan keluar saat sudah selesai.Dion keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terlilit di pinggangnya, kakinya melangkah menuju ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya. Tiba-tiba sebuah ingatan muncul di benaknya, Dion meraba-raba area bawah bantalnya untu
Dion dengan cemas berjalan kesana ke mari seperti sebuah setrikaan yang sedang di gunakan. Berkali-kali Dion mengintip dari balik celah pintu kamarnya untuk melihat apakah Brian sudah pulang atau pun belum, walaupun tertutup gengsi, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam kini merasa sangat bersalah karna telat memberikan alasan yang tepat.“Sialan! Sok banget dia, dia pikir itu keren?!”Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, namun Dion masih saja setia menunggu di dalam kamarnya.Sedangkan di sisi lain Brian yang saat ini mendapatkan hukuman dari ayahnya hanya bisa tertunduk diam.Pak Arjuna menatap bangga pada putranya yang selama ini selalu dia abaikan. Suasana yang sepi karna hanya ada mereka berdua membuat pak Arjuna dapat melancarkan aksinya agar bisa akrab dengan Brian.Pak Arjuna sengaja menyuruh semua anak buahnya untuk pergi meninggalkan markasnya sebelum dia dan Brian sampai, tujuan utama pak Arjuna adalah menghabiskan waktu bersama dengan Brian walaupun suasananya se
“Itu kan mas Leon, kenapa dia ada di situ? Mau apa dia?"Riri melangkah maju sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan, ketika hampir saja sampai di dekat suaminya, tubuh Riri tiba-tiba saja membeku karna melihat Leon yang sedang di peluk oleh seorang wanita.“Benar kata ibu, bisa gawat kalau mas Leon terus terusan di godain begitu.”Merasa bahwa wanita itu adalah salah satu orang yang mengincar suaminya, Riri berniat menghampiri dan memisahkan keduanya. Namun niat itu hilang ketika tangan Leon bergerak dan ikut memeluk tubuh wanita itu, di tambah lagi Leon juga mengecup kening wanita yang ada di dalam pelukannya dengan lembut.“Hubungan kita sudah berakhir lama, jadi aku mohon berhenti mencariku, tolong lupakan saja hubungan kita, kamu bisa mencari laki-laki lain yang lebih baik dari aku.”“Kenapa?! Kenapa kamu harus menikah dengan wanita itu?! Apa aku tidak ada artinya bagimu?! Kenapa kamu meninggalkan aku demi wanita itu!. Orang yang menemanimu selama ini adalah aku, bukan dia! Ken
Tangan Riri mengepal kuat saat selesai mendengar percakapan kedua manusia yang dulunya merupakan sepasang kekasih. “Takut katanya, kalau takut kenapa malah di lakukan?! Mana peluknya erat banget lagi.”Riri meluapkan kekesalannya di dalam kamar mandi, setelah rumah orang tuanya di bangun ulang, di seluruh ruangan yang ada terdapat pengendap suaranya, dan salah satunya adalah kamar mandi yang saat ini di tempati oleh Riri.“Jadi mereka ke hotel cuman makan? Tapi kenapa harus ke hotel? Kan dia maunya pulang, masa iya sih rumahnya itu di dalam hotel.”Riri berpikir sejenak dan mencerna percakapan serta kejadian yang tadi dia lihat di dekat pasar.“Kalau dia masih suka kenapa mau menikah denganku? Kenapa nggak nikah aja sama dia, kan kalau begini aku yang terlihat seperti penjahatnya. Tapi dia di hotel di bawa ke kamar yang mana ya? Nggak mungkin kan ke kamar khusus waktu itu?”Riri menendang-nendang tembok dan benda-benda di sekelilingnya, mengingat kejadian barusan membuat kepala Riri m
Hari ini Riri benar-benar mendapatkan kesialan yang tidak di sangka-sangka, sudah bertemu dengan istri kedua ayah mertuanya, sekarang Riri harus bertemu dengan orang yang dulunya pernah menjadi kekasih suaminya.Padahal niatnya hari ini Riri ingin mencari tahu mengenai wanita yang bernama Ren, tapi tak tahunya wanita itu muncul dengan sendirinya ketika Riri sedang melihat area sekitar kamar hotel khusus yang hanya di peruntukkan bagi anggota keluarga pemilik hotel saja.Penjelasan Leon tadi pagi dini hari membuat Riri tak puas, Leon hanya mengatakan bahwa dirinya sudah tidak memiliki hubungan lagi dengan wanita bernama Rena, walaupun begitu Riri tetap ingin mencari tahu karna Leon masih menyimpan rasa untuk dia, dan alhasil Riri nekat datang ke hotel sendiri tanpa di dampingi oleh siapa pun.Riri datang ke hotel dengan alasan ingin mengantar Fafa ke sekolah, tentu saja Riri meninggalkan semua barang-barang yang kemungkinan menjadi tempat terselipnya sebuah pelacak atau pun perekam sua
"Iya.”Leon hanya bisa menjawab dengan suara pelan dan kepala tertunduk, walaupun sudah tahu kalau kejadian kemarin telah terbongkar, Leon masih saja tidak sanggup untuk mengatakannya, apa lagi dengan ekspresi wajah Riri yang terlihat ingin menangis, rasanya seperti ada belati yang tak berwujud menggores jantungnya, terasa sakit namun tak terlihat.Mata Riri pada pintu yang ada di sampingnya, dengan niat yang sudah memudar, Riri tetap meyakinkan dirinya untuk masuk dan mencari sesuatu hal yang ada di dalam.Riri melangkah masuk ke dalam kamar hotel dengan mata tajam yang tertuju ke seluruh penjuru ruangan. Matanya memindai apakah ada yang aneh atau tidak. Dan matanya kini tertuju pada sebuah kain berwarna merah yang berada di tengah-tengah pintu kamar mandi.Kaki Riri semakin melangkah mendekat, matanya tak dapat berpaling dari benda yang ada di hadapannya itu.Seolah-olah sedang di uji kesabarannya, mata Riri menangkap sebuah pemandangan yang tak mengenakkan, Riri tidak menyangka aka