Tiba di kediaman Haryadi Bintoro, semua anggota keluarga Hermanto langsung disambut ramah oleh tuan rumah.Kecuali Aditama yang harus mendapatkan sambutan yang tidak mengenakan. Tatapan sinis ... dan juga nyalang. Namun, Aditama sama sekali tidak menghiraukan dan mempermasalahkan hal itu karena ... tidak penting baginya. Di tengah jalan, semua anggota keluarga Hermanto merasa begitu bahagia karena Aditama mau melakukan syarat yang diberikan oleh Edward dan menerima tawaran dari mereka. Mereka sudah membayangkan jika setelah ini Aditama akan terdepak dari keluarga Hermanto dan Vania bisa menikah dengan Edward. Dengan terjadinya pernikahan macam itu, maka, derajat keluarga Hermanto pun akan langsung terangkat! Wah ... mereka benar-benar sudah tidak sabar menantikan hal tersebut terjadi. Sementara Vania merasa campur aduk karena tidak menyangka jika Aditama akan tergiur dengan penawaran dari keluarganya.Edward dan keluarganya pun langsung menjamu tamunya dengan berbagai macam hida
Mendengar teriakan Aditama, membuat Vania menoleh dengan mata yang telah berkaca-kaca. "Hanya ini yang bisa aku lakukan, Tam!" pekik Vania tertahan. Dia kemudian menambahkan. "Memangnya kamu bisa melakukan sesuatu?!" Mendengar hal tersebut membuat Aditama seketika terdiam. Vania lanjut berkata. "Tidak, 'kan!?" Aditama menghela nafas berat, menatap Vania untuk beberapa saat. Akan tetapi, tidak ada kebencian sedikit pun di matanya kala mendengar apa yang baru saja keluar dari mulut sang istri yang sedang frustasi itu. Andai saja Vania tahu jika ia bisa melakukan apa pun.Berhubungan dengan Gandara group? Itu hal yang bisa begitu mudah ia lakukan. Lalu, Vania pun memilih memalingkan muka dan kemudian mulai menangis. Sementara Edward dan Haryadi Bintoro mendengus dingin kala melihat Vania yang memohon-mohon kepada mereka berdua. Percuma saja. Mereka tidak akan mengabulkan permohonan Vania. Di saat ini, Bastian kembali menatap Aditama tajam dan lanjut berkata. "Bukan kah tadi kau
Anggota keluarga Hermanto menganggap Aditama bodoh karena menolak tawaran yang begitu menggiurkan. Sementara itu, Edward dan sang Ayah terkejut bukan main. Apa lagi ini? Kenapa Aditama menolak tawaran mereka? Kenapa Aditama berubah pikiran?Sama seperti anggota keluarga Hermanto, keduanya pun menganggap Aditama bodoh. Edward dan Haryadi Bintoro lalu menatap Bastian tajam. Lagi dan lagi, Bastian tidak bisa becus menjalankan tugas! Mendapat pelototan mata tajam dari mereka berdua, membuat Bastian buru-buru menundukan kepala.Edward lalu beralih menatap Aditama. "Bodoh sekali kau, Aditama. Bagaimana kau akan membayar hutang-hutangmu dan sewa apartemenmu, hah!?" serunya dengan nada meledak-ledak seraya berkacak pinggang. Dia kemudian menambahkan. "Tidak hanya itu, padahal, aku dan Paman Bastian juga akan memberikanmu uang yang jumlahnya begitu banyak ... berapa pun yang kau minta akan kukasih ... dan kau juga boleh minta apa saja! Tapi, kenapa kau malah menolak?! Dasar bodoh! Orang m
Semua orang seketika panik, apalagi ketika melihat wajah Haryadi Bintoro menggeram. Memancarkan kemarahan hebat. Seluruh anggota keluarga Hermanto pun langsung berusaha memperingati Aditama. Jika Haryadi Bintoro sampai murka, maka perjanjian bisnis antara keluarga Hermanto dan keluarga Bintoro benar-benar akan berakhir!"Aditama! Kamu akan berakhir mengenaskan ... kamu tahu? Keluarga Bintoro memiliki hubungan dengan Gandara Group! Dan keluara Bintoro bisa membuat kita semua menderita!" Bastian berseru lagi seraya menunjuk muka Aditama. Dia kemudian menambahkan. "Cepat minta maaf kepada Pak Haryadi sekarang dan bilang, jika kau benar-benar menyesal karena telah melakukan hal itu kepada Pak Haryadi!"Aditama menoleh menatap Bastian sambil berdecih. Meminta maaf? Merasa begitu menyesal dengan apa yang tengah ia lakukan kepada Haryadi Bintoro?Tentu saja ia tidak sudi melakukannya! Kenapa juga ia harus melakukan hal tersebut? Ia tidak merasa bersalah sedikit pun. Justru, ia sedang
"Heh, Aditama! Kau pikir kau adalah pemilik Gandara Group? Presdir Gandara Group?!" Edward tertawa sambil berkacak pinggang."Yang bisa melakukan hal itu dengan begitu mudah!" kata Edward lagi, diikuti tertawaan semua orang yang ada di situ setelahnya. Haryadi Bintoro memicingkan pandangan. "Astaga ... selain kau begitu bodoh! Ternyata, kau juga pintar mengkhayal ya, Aditama." sambung Haryadi Bintoro dengan tawa sinis sambil geleng-geleng kepala. Dia kemudian menambahkan. "Pantas saja. Kau dijuluki sebagai menantu tidak berguna. Ternyata kerjaanya cuma mengkhayal saja." "Jangan mentang-mentang kau mengenal Pak Fernando ... lalu kau bisa membohongi kami sesuka hatimu, Tama!" sambung Bastian mendukung Edward dan Haryadi Bintoro. "Tapi, jangan harap kami akan percaya dengan omong kosongmu! Karena hal itu ... begitu mustahil!" lanjut Bastian. Mendengar itu, Edward dan Haryadi Bintoro mengerutkan kening, kemudian menoleh dan menatap Bastian. Meminta penjelasan mengenai ucapannya baru
Tiba di dekat motor yang terparkir di halaman rumahnya Haryadi Bintoro, Vania langsung melepaskan tangan dengan paksa dari genggaman tangan Aditama.Hal tersebut membuat Aditama terkejut dan balik badan. Vania lalu menatap Aditama tajam. "Tama! Jelaskan kepadaku ... apa maksud dari perkataanmu tadi di dalam?!" pekik Vania tertahan. Dia kemudian menambahkan. "A-ku sungguh tak paham denganmu, Tama! A-a-pa kamu ... sudah gila, hah!? K-kamu ... " Vania seketika terbata, tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Mendadak, ia merasa tidak karu-karuan. Geregetan pula dengan sang suami. Alhasil, ia pun memilih memalingkan muka sambil mengurut keningnya. Sementara Aditama menatap Vania lembut. Tidak terlihat tersinggung sedikit pun dengan kekesalan yang sedang ditunjukan Vania kepadanya. Selagi Vania tengah mengurut kening, Aditama mengeraskan rahang. Dia kemudian berkata. "Kamu kecewa dengan Pamanmu yang telah memecatmu dari perusahaan, 'kan, Van?" tanya Aditama dengan hati-hati.Ucapan Adita
Sementara itu, ketika seluruh anggota keluarga Hermanto telah tiba di kediaman Kakek Hermanto, Bastian langsung marah-marah di hadapan anggota keluarganya sebab perjanjian bisnis antara keluarga mereka dengan keluarga Bintoro telah berakhir."Jika Ayah sudah pulih dan membaik, pulang ke rumah ini ... pasti dia akan marah besar jika mengetahui keluarga kita sudah tidak bekerja sama dengan keluarga Bintoro lagi!" seru Bastian, yang membuat semua orang yang ada di situ terdiam dan memilih menundukan kepala. Mereka begitu menghormati dan menghargai Bastian sebagai sosok pengganti Kakek Hermanto di keluarga tersebut. Bastian terus mondar mandir dengan gelisah di ruang tamu dengan wajah mengeras. Ia sedang kalut bukan main karena selagi sang Ayah tidak bisa mengurus masalah perusahaan, maka, dia lah orang yang bertanggung jawab penuh atas hal tersebut. Apalagi ia adalah presiden direktur perusahaan keluarga Hermanto. Bastian lalu menatap Aditama dan Vania secara bergantian dengan tajam
Aditama dan Vania tampak berdiri di depan sebuah rumah kecil, tengah menunggu sang tuan rumah membukakan pintu untuk keduanya. Ketika mendapati pintu telah dibuka, membuat Aditama dan Vania menoleh dan menampilkan seorang wanita paruh baya dengan ekspresi wajah yang langsung berbinar-binar dari balik pintu kala melihat siapa yang datang. "Aditama ... " pekiknya riang sebelum kemudian pindah menatap Vania. "Vania ... " pekiknya lagi. "Ibu ... " balas Vania, ekspresi wajahnya mendadak sendu.Lalu, secara refleks, keduanya langsung berpelukan dengan erat dan saling mengusap punggung satu sama lain. Wanita paruh baya itu tak lain dan tak bukan adalah Sophia, ibunya Aditama. Hari itu, Aditama dan Vania mengunjungi sang ibu karena hendak memastikan keadaanya semenjak keluar dari rumah sakit setelah menjalani operasi. Sementara Aditama memilih terdiam di tempat, membiarkan keduanya melakukan hal tersebut.Pemandangan itu ... membuat Aditama terenyuh.Walau selama ini sikap Vania terke