Share

Bung Hadi, Badut dan Tuhan

Tan Djiman membakar rokok kawung pemberian Sersan Andi dan menyandarkan punggungnya ke dinding barak. Di samping Tan Dijman, Pramoedya menggulung sarungnya yang bergaris-garis dan sudah sangat lusuh.

“Di masa ini kita bisa melihat bagaimana perang yang baru saja usai membuat begitu banyak kehancuran. Terutama moral,” kata Pramoedya. “Kita akan dengan mudah menemui orang yang berdiri diam menyaksikan anak-anak yang menangis kelaparan. Mereka bersikap acuh, tidak mau memedulikan orang lain hanya karena tak mau mendapat masalah. Mereka ingin hidup dengan tenang dan aman, meski mereka tahu sebenarnya mereka tak hidup sama sekali. Mereka menganggap menghubungkan hidupnya dengan hidup orang lain akan menghapusnya. Jadi mereka tidak mau melakukannya. Kita sedang berada di dalam krisis moral yang sangat mengerikan.”

“Ya, kau benar, Pram. Kau ingat bagaimana dulu Bung Hadi? Dia adalah seorang fanatik agamanya yang sejati. Barulah saat dia ditampar kenyataan oleh temannya, dia

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status