“Nggak ada Mas,” jawabnya singkat.“Ndak ada yang kamu sembunyikan dari aku kan?” tanyanya lagi yang masih penasaran.“Oh ya Mas, tadi katanya mau pulang nggak jadi?” Suratmin sengaja mengalihkan pembicaraan.“Nanti saja, tanggung sudah mau magrib,” jawabnya ketus.“Kamu belum jawab pertanyaanku, Min, apa yang dikatakan mereka sama kamu?”“Dengar ya Min, bos mu keterlaluan banget, masa dia nggak kenal aku? Dan parahnya katanya orang kaya kok nggak ngasih apa-apa sama kamu masa cuma di kasih buah-buahan?” “Atau jangan-jangan tadi lama, kamu baru di kasih uang ya, mana-mana uangnya? Kamu umpetin di mana?” tanya Suratman sembari meraba-raba badan Suratmin.“Ya Allah, kamu kenapa seperti kebakaran jenggot gitu?”“Meskipun Pak Dirga kasih aku uang atau tidak, apa urusanmu, mau minta, katanya orang kaya kok masih minta sama orang miskin?” ejek Suratmin.“Bukan begitu Min, aku mau tahu saja berapa yang orang kaya itu kasih kamu uang siapa tahu cuma sedikit buat apa,” kilahnya.“Bos apaan tu
“Ayuk Mas kita pulang saja lama-lama aku bisa stres!”“Betul kamu, Sayang serasa kita nggak dihargai lagi jadi keluarga!” Suratman pergi dalam keadaan marah begitu juga dengan istrinya.Susi memandang pasangan suami istri itu dengan bingung, dia pun hanya bisa melongo melihat kepergian mereka.“Kapan mereka taubat, nggak sadar-sadar tuh orang, masih saja buat ulah,” ucap Susi bingung.“Mereka itu sudah tahu salah malah mereka yang marah, ada apa sih dengan mereka, memang ada masalah apa sih Bu?” tanya Susi yang tidak mengerti dengan sikap saudara kembar suaminya itu.Bu Retno terdiam dan menunduk, tiba-tiba tanpa sengaja bulir-bulir air matanya pun sudah menganak sungai membasahi kedua pipinya yang mulai keriput.Susi menjadi merasa bersalah karena tidak membelanya saat Bu Retno dihina oleh Siska.“Maafkan Susi, Bu, tadi Susi hanya diam saja saat Ibu diperlakukan seperti itu, seharusnya Susi kasih pelajaran buat mereka, nantilah aku akan membuat mereka meminta maaf sama Ibu!”“Bagi
“Angkat Mas, siapa tahu penting, speaker saja aku mau dengar apa lagi yang ingin dia bicarakan,” celetuk Susi.“Iya, Dek!”[Assalamu’alaikum, Mas][Wa’alaikumsalam, Min][Ada apa, Mas? Telepon malam-malam begini?][Min, minta tolong kamu sekarang ke rumah sakit Bakti Husada, Mbakmu mau melahirkan!][Loh kok mendadak Mas, bukannya kehamilan mbak Siska masih delapan bulan lebih ya][Salah perhitungan ternyata Min, usia kandungan istriku sudah sembilan bulan, dia salah lihat di buku KIA nya padahal disitu sudah ditulis][Terus kenapa nggak ke sini saja melahirkan?][Di tempat Bidan Warti? Nggak mau ah, istriku maunya melahirkan di rumah sakit][Terus aku ke sana ngapain, Mas, kan ada kamu suaminya?][Aku minta tolong jaga in sebentar istriku sebentar, aku mau pulang ngambil perlengkapan istriku yang sudah dia siapkan][Biar aku yang ambilkan di rumahmu, nanti aku ke rumah sakit minta kunci rumah dan mengambil perlengkapan mbak Siska][Kamu yang ke rumah dengan kunci rumahku? Nggak mau n
“Ternyata sangat mudah membuat Suratmin masuk lagi diperangkapku. Lebih baik aku pulang istirahat dan tidur sebentar, besok pagi baru aku akan datang ke rumah sakit,” ucapnya dalam hati dengan semangat.“Ngapain balik ke sana, bisa-bisa aku malah nggak bisa tidur , lagian mau tidur di mana coba, hanya bisa mendengar suara rengekan si Siska!”“Maaf ya Sayang aku mau tidur dulu di rumah sudah aku wakilkan dengan saudara kembarku si Suratmin, anggaplah dia suamimu sebentar saja!” ucapnya dalam hati sambil tersenyum.Suratman lalu mengemudikan mobilnya dengan perasaan bahagia, dia tidak peduli dengan istrinya yang berada di rumah sakit.Baginya menunggu di rumah sakit adalah hal yang membosankan dan membuang-buang waktu.Pria tinggi itu selalu memanfaatkan saudara kembarnya jika dalam keadaan mendesak, tetapi Suratmin tetap saja mengalah untuk saudaranya.***Di rumah sakit Bakti Husada ...Suratmin yang tidak tahu rencana busuk dari saudara kembarnya, dia langsung mencari kamar yang dise
“Maksudnya dia nggak ada masalah dengan kandungannya tetapi memilih tinggal di rumah sakit?” tanyanya lagi heran.“Iya, Pak, bahkan suaminya sudah menjadwalkan operasi untuk Ibu Siska tepat jam sembilan pagi, tetapi kata dokter minta tolong dipertimbangkan kembali karena sebenarnya bu Siska itu bisa melahirkan dengan normal,” lanjutnya lagi.“Memang aneh mereka buat apa coba buang-buang uang, tenaga untuk melakukan tindakan operasi!” gerutunya kesal.“Terima kasih informasinya, Sus, kalau begitu saya permisi dulu, tolong jaga sebentar Bu Siska nya, saya panggil suaminya dulu.” Suratmin meminta tolong agar bisa menjaga kakak iparnya selama dia pergi.“Iya nggak apa-apa, Pak,” sahut Suster itu dengan ramah.“Terima kasih, Sus, saya permisi dulu.”“Iya, sama-sama, Pak.Suratmin lalu bergegas pergi ke luar, dia tidak memedulikan lagi kalau sudah tengah malam dan hawa udara dingin menembus kulitnya walaupun sudah memakai jaket tebal.“Keterlaluan sekali si Ratman, aku yang disuruhnya men
“Suratmin ... Suratman!”“Suratman ... Suratmin, kenapa juga sih namanya ndeso banget, bagusan sedikit kenapa, Fahad dan Farhan kek, Samuel dan Smith kek yang bule-bule dikit gitu!”“Ngidam apa sih orang tuanya dulu, nggak ke pikiran kali kalau anak-anaknya nggak malu gitu punya nama ndeso banget, untungnya mas Ratman ganteng, tinggi, putih dan yang paling utama adalah tajir.“Nggak sia-sia sih punya suami ganteng gitu tetapi kan Mas Ratman kalau di panggil di kantor sepertinya bukan Suratman deh, siapa ya aku lupa juga nanti deh aku tanya dulu ...Namun, pikirannya selalu tertuju oleh pria yang berkulit hitam manis itu yang bernama Suratmin. Wanita seksi itu pun membayangkan kembali saat di sentuh pertama kalinya olehnya Suratmin, entah kenapa saat melihat otot kekarnya dan mampu menggendong dirinya membuat hatinya deg-deg ser.“Ih ... aku kenapa ini kok malah si hitam manis sih yang aku pikirkan bukan si putih, ada apa ini?”“Duh sadar Siska, sadar!”“Dia itu adik iparmu, bukan sua
[MAS, AKU PULANG AKU TUNGGUIN SAMPAI DUA JAM KAMU NGGAK NONGOL-NONGOL, AKU HUBUNGI KAMU NGGAK DIANGKAT, AKU KE RUMAHMU TERNYATA KAMU MOLOR, JAGAIN SENDIRI ISTRIMU, KASIHAN ISTRIKU SENDIRIAN JUGA BARU MELAHIRKAN, KAMU KAN BISA MINTA TOLONG SAMA KELUARGA ISTRIMU YANG BEJIBUN ITU. ASSALAMU’ALAIKUM]“Kurang ajar Suratmin, apa susahnya sih dimintai tolong jaga sebentar, pasti Siska marah sama aku, tetapi kok dia tidak menghubungi aku ya, tidak ada satu pun nomornya nyantol di ponselku?”Suratman kembali menghubungi Suratmin, tetapi tetap tidak bisa.“Pasti dia sengaja memastikan ponselnya agar aku tidak bisa menghubunginya,” sahut Suratman geram.“Pak Tejo!”“Pak Tejo!” teriak Suratman memanggil satpam itu dari arah balkon.Pak Tejo berlari saat mendengar majikan memanggilnya.“Ada apa, Pak?” tanya Pak Tejo mendongkak ke atas.“Tadi malam ada yang datang nggak?” tanya balik Suratman.“Ada, saudara kembar Bapak!”“Terus kamu bilang apa sama dia?”“Ya dia cari Bapak dan saya bilang kalau Bap
Tepat jam tujuh pagi, sang surya sudah mulai menampakkan sinarnya yang sehat di pagi hari.Suratmin lalu menjemur bayi itu sebentar. Bayi mungil itu menggeliat setelah matahari itu mengenai tubuhnya.Namun, dedek Hanin sangat menikmatinya apalagi diperdengarkan shalawat nabi membuat dirinya tenang seketika.Setelah sepuluh menit berlalu akhirnya Suratmin masuk ke dalam rumah untuk menaruh kembali di Box bayi itu.Susi masih tertidur dengan pulas, tidak tega rasanya membangunkannya, sehingga dia tidak ingin mengganggu wanita yang dicintainya itu.Tak lama kemudian Bidan Warti datang menemui mereka. “Loh Min, sudah bangun toh?” tanya Bu Warti terkejut melihat Suratmin sedang menggendong dedek Hanin.“Sudah Bu, ini gantian tidurnya kasihan Susi belum ada tidur, kebetulan bayinya masih anteng tidur jadi tadi tak suruh tidur dulu mumpung saya bisa jaga,” jelasnya kepada Bu Warti.“Gitu dong, kamu harus mendukung istrimu, dia sangat baik dan sudah memberikan kamu seorang anak.”“Sudah sewa