[MAS, AKU PULANG AKU TUNGGUIN SAMPAI DUA JAM KAMU NGGAK NONGOL-NONGOL, AKU HUBUNGI KAMU NGGAK DIANGKAT, AKU KE RUMAHMU TERNYATA KAMU MOLOR, JAGAIN SENDIRI ISTRIMU, KASIHAN ISTRIKU SENDIRIAN JUGA BARU MELAHIRKAN, KAMU KAN BISA MINTA TOLONG SAMA KELUARGA ISTRIMU YANG BEJIBUN ITU. ASSALAMU’ALAIKUM]“Kurang ajar Suratmin, apa susahnya sih dimintai tolong jaga sebentar, pasti Siska marah sama aku, tetapi kok dia tidak menghubungi aku ya, tidak ada satu pun nomornya nyantol di ponselku?”Suratman kembali menghubungi Suratmin, tetapi tetap tidak bisa.“Pasti dia sengaja memastikan ponselnya agar aku tidak bisa menghubunginya,” sahut Suratman geram.“Pak Tejo!”“Pak Tejo!” teriak Suratman memanggil satpam itu dari arah balkon.Pak Tejo berlari saat mendengar majikan memanggilnya.“Ada apa, Pak?” tanya Pak Tejo mendongkak ke atas.“Tadi malam ada yang datang nggak?” tanya balik Suratman.“Ada, saudara kembar Bapak!”“Terus kamu bilang apa sama dia?”“Ya dia cari Bapak dan saya bilang kalau Bap
Tepat jam tujuh pagi, sang surya sudah mulai menampakkan sinarnya yang sehat di pagi hari.Suratmin lalu menjemur bayi itu sebentar. Bayi mungil itu menggeliat setelah matahari itu mengenai tubuhnya.Namun, dedek Hanin sangat menikmatinya apalagi diperdengarkan shalawat nabi membuat dirinya tenang seketika.Setelah sepuluh menit berlalu akhirnya Suratmin masuk ke dalam rumah untuk menaruh kembali di Box bayi itu.Susi masih tertidur dengan pulas, tidak tega rasanya membangunkannya, sehingga dia tidak ingin mengganggu wanita yang dicintainya itu.Tak lama kemudian Bidan Warti datang menemui mereka. “Loh Min, sudah bangun toh?” tanya Bu Warti terkejut melihat Suratmin sedang menggendong dedek Hanin.“Sudah Bu, ini gantian tidurnya kasihan Susi belum ada tidur, kebetulan bayinya masih anteng tidur jadi tadi tak suruh tidur dulu mumpung saya bisa jaga,” jelasnya kepada Bu Warti.“Gitu dong, kamu harus mendukung istrimu, dia sangat baik dan sudah memberikan kamu seorang anak.”“Sudah sewa
“Kenapa kamu diam, Mas?”“Atau apa yang dikatakan Bu Warti memang benar kalau selama ini kamu juga yang mengeluarkan untuk keperluan renovasi rumah itu?”“Kamu keterlaluan Mas!”“Kamu sudah membohongi aku!”“Katamu kita harus terbuka, saling jujur dan saling percaya tetapi kenyataannya nol besar!”“Kamu tidak menghargai aku sebagai istrimu, buat apa kita menderita begini toh saudaramu yang menikmati hasil kerja kerasmu!”“Mungkin aku juga bisa menyimpulkan kalau kamu tidak sampai kuliah gara-gara kamu membiayai kuliah saudaramu juga, kamu terlalu baik dan juga bodoh!” teriak Susi kesal.Susi lalu mengambil bayinya dari gendongan Bu Warti dan meninggalkan mereka berdua.“Cepat susul istrimu, dia sangat marah, Ibu tidak ingin terjadi apa-apa sama mereka,”“Baik, Bu!”Suratmin mengejar Susi yang menangis tersedu-sedu, dia pun merasa bersalah telah membohonginya selama dua tahun pernikahan mereka.“Dek! Tolong dengarkan aku dulu, Sayang!” teriak Suratmin saat mengejar istrinya itu.“Apa y
Karena merasa jengkel akhirnya ponsel itu dimatikan oleh Susi.“Kalau begini kan nggak ada yang berani telepon Mas Ratmin. Mereka akan berpikir dua kali untuk menghubungiku,” ucapnya dengan penuh keyakinan.***Beberapa saat kemudian Bu Warti datang menemui Susi ditemani oleh Suratmin. Beliau lalu memeriksa kondisi Susi.“Semuanya bagus ya Nduk, hanya saja tekanan darahmu sedikit tinggi,” ucap Bu Warti lembut.“Ya mau bagaimana nggak tinggi, Bu , kalau ada masalah di depan tetapi saya sengaja menutup mata,” sindirnya.“Nduk, jangan marah-marah toh , itu akan berpengaruh juga dengan Asi mu, kamu harus rileks dan tenang.”“Semua ada jalannya, suatu hari pasti saudaranya Ratmin akan menyadari kesalahannya.”“Kamu harus membantu suamimu untuk selalu berdiri tegap tanpa menunduk, suamimu orang baik hanya saja terlalu polos.”“Makanya dia juga ingin memperbaiki hidupnya, tidak ingin menjadi bayangan saudara kembarnya lagi, untuk itu kamu harus bantu suamimu, selalu ada di sampingnya, membe
“Dok tolong penuhi keinginan istri saya, Dokter nggak mau kan membuat pasien kecewa apalagi kalau pasiennya lagi hamil, kata orang hamil itu lebih sensitif loh,” ucap Suratman memohon kepada Dokter Ramli.“Baiklah Pak, Bu jika kalian berisi keras tetapi kami tidak bertanggung jawab jika seandainya terjadi sesuatu kepada istri Bapak, karena risikonya besar untuk melakukan operasi,” jelas Dokter Ramli pelan.“Oh jadi maksudnya Dokter menyumpahi istri saya begitu, doanya jelek sekali,” ucapnya terlihat marah.“Maaf bukan seperti itu Pak, kami selalu mengutamakan keselamatan pasien, bahkan kami melakukan yang terbaik, hanya saja kami sangat memperbolehkan untuk normal bukan sesar, tetapi jika kalian berisi keras baiklah, saya bersama tim akan menyiapkan kamar operasi.”“Kalau begitu kami permisi dulu, Pak, Bu, jika sudah siap kami akan memberitahukan jadwal operasinya jam berapa,” jelas Dokter itu tersenyum.“Dok, kalau boleh usuk saya mau jadwal operasinya jam sebelas siang sesuai dengan
Suratmin dan Susi saling berpandangan.“Maaf Pak, ba-bagaimana Bapak tahu sedangkan kami belum memberitahukan kepada siapa pun?” tanya Suratmin gugup.“Hahaha ... kalian heran ya kenapa saya tahu semua tentang kalian, bagaimana hidup kalian?” “Itu rahasia dong,” jawab Pak Dirga tersenyum.“Saya kira ada apa, ternyata masalah itu toh,” ledek Bu Susi yang ikut tertawa membuat mereka bertambah bingung.Ratmin, Susi, kami sudah tahu bahkan uang itu tidak ada kaitannya dengan kamu punya rumah atau tidak, miskin atau tidak, itu hannyalah hadiah untuk kamu karena telah bekerja dengan saya selama tujuh tahun.“Memang saya tidak tahu apa uang gajimu ke mana, ke rumah itu kan?” tanya Pak Dirga.“Justru itu Min, Ibu memberikan uang bulanan itu anggap saja sebagai modal kamu untuk membuka usaha tidak usah besar yang kecil-kecil saja dan bisa di kerjakan di rumah saja.”“Kalau untuk urusan rumah kamu, kami tidak ingin ikut campur karena itu masalah keluarga kalian tak perlu orang lain campur tang
“Huh sungguh terlalu!”“Atau mungkin si Susi itu yang mempengaruhi si hitam manis untuk tidak bermain di sosial media, dasar katrok banget deh!”“Pasti Suratmin lagi bantu Susi nyuci baju, memasak, atau nggak bantuin jagaan bayinya.”“Duh aku kok jadi ngiri sama mereka, sedangkan di sini suamiku yang katanya tampan ini sibuk membalas satu persatu pesan dari ponstingannya,” gerutunya kesal.“Sayang, kamu sudah siapkan namanya kan?” tanya Siska sembari memegang perutnya.“Nama untuk siapa?”“Calon madumu!” jawab Siska asal“Belum ke pikiran!”“Apa, berarti kamu memang ada niat tambah istri lagi?” emosinya sudah memuncak.“Iya!”“Kurang ajar kamu Mas, kamu berani main belakang?”“Iya!”“Mas!” teriaknya lagi membuat Suratman terkejut dan menghentikan sementara kegiatannya.“Oh maaf Sayang, aku nggak bermaksud seperti itu, aku tadi baca postingan orang katanya yang pria nikah lagi dan bawa istri mudanya ke rumah, tinggal satu atap dengan istri tua,” ucapnya menjelaskan sembari mendatang
“Dasar Abunawas kampung ngapain sih ini orang telepon melulu, nggak tahu apa kalau kita lagi di rumah sakit, mana nggak ada Suratmin lagi?”“Aku ini malas banget menunggu Siska di sini, coba kalau ada Suratmin pasti dia mau gantian sama aku,” gerutunya sepanjang jalan koridor rumah sakit.“Suratmin belum selesai urusannya eh datang lagi masalah baru pakde Karso, apalagi ya alasannya?” batinnya berkata.“Penasaran sih tetapi nggak ah nanti saja dipikirkan lebih baik aku update status dulu deh,” lanjutnya lagi dengan bersemangat.***Setelah selesai semuanya, Siska yang menggunakan kursi roda diantar sampai ke ruang operasi bersama Suratman suaminya dan tidak lupa Siska menitipkan pesan untuknya.“Mas, doakan semoga selamat semuanya,” ucap Siska saat ingin masuk ke ruang operasi.“Ya jelas Sayang, kamu kan belum menikmati hasil warisanmu,” ucapnya pelan.“Apa, Mas, kamu ngomong apa?”“Oh nggak maksudku ya jelas lah Sayang pasti aku doakan semoga kalian selamat operasinya dan baik-baik