Share

20% dan 80%

Prisha terdiam. Pipinya bersemu merah. Untuk pertama kali, Gavin memujinya cantik. Sensasinya luar biasa, padahal kata-katanya sederhana. Banyak orang memberi pujian yang sama, tapi kalau Gavin yang mengucapkannya, rasanya beda. Ah, Prisha merasa kembali jadi gadis bodoh. Jantungnya dibuat berdegup kencang hanya oleh satu kalimat receh dari profesor dokter itu.

"Kamu masih marah?"

Prisha mengatupkan bibir. Marah? Ya, ia marah. Marah pada kenyataan yang mengombang-ambingkan hidupnya. Namun, apakah tepat melampiaskan kemarahan itu pada Gavin? Apa salah lelaki itu?

"Sha, mari kita bicara di tempat lain. Nggak enak dilihat orang di sini. Masuklah ke mobil." Gavin menahan diri untuk tidak menggandeng tangan Prisha dan menuntunnya masuk mobil. Gadis itu masih dalam mode galak, susah didekati.

Prisha melirik sebentar ke arah orang-orang yang masih menjadikan Gavin dan dirinya sebagai obyek perhatian. Tampak wajah-wajah terpukau bercampur kepo akut. Bahkan beberapa paramedis, mengarahkan kame
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status