"Daf, kamu tau nggak?" Caca menolehkan kepalanya menghadap Dafa.
Dafa berdehem namun tatapannya masih fokus pada gadgetnya.
"Aku tadi ketemu cowok, ganteng banget ...," Kata Caca menggoyang-goyangkan lengan sahabatnya.
"Siapa?" Tanya lelaki itu tanpa minat.
"Fahry, anggota UKS."
Sontak saja Dafa terkejut, netranya langsung menatap sang sahabat.
"Bukannya aku udah bilang, jangan deket-deket anak UKS! Bahaya, kok kamu ngeyel sih," ucap Dafa menatap tajam Caca.
"Aku gak sengaja ketemu tadi. Lagian bahaya kenapa coba, orang mereka baik gitu kok," Caca menatap sebal laki-laki di sampingnya.
Kalau dipikir-pikir, anggota UKS yang ditemuinya tidak terlalu berbahaya seperti yang diucapkan Dafa, atau mungkin dia belum melihat?
"Kalau mereka gak bahaya, mungkin dari dulu abang mu udah ngenalin kamu sama mereka."
"Mereka gak ngenalin itu karna emang aku yang minta, bukan abang-abang ku yang sengaja nyembunyiin!"
"Eh, ada anak kesayangan dosen nih guys." Vania bersama kedua temannya, Ela dan Angel duduk di bangku taman yang ada di kampus, tepat bersebelahan dengan Caca dan Naya."Awas loh, dengar ngamuk nanti," ujar Ela cekikikan."Gue curiga, jangan-jangan mereka dapat nilai bagus karna ngerayu tuh dosen," ucap Angel pura-pura terkejut tidak menyangka."Maksud lo jadi pelacur gitu?" Tanya Vania membuat ketiganya tertawa.Naya membanting bukunya di bangku dan berdiri, "heh, maksud lo apa ngomong gitu? Sesuci apa kalian sampai berani ngomong kita pelacur?!""Kita tadi gak nyebut nama loh, kok lo marah? Kesindir ya?" Kata Angel dengan wajah angkuhnya seolah mengejek."Gak nyebut nama juga gue udah tau pasti, nggak berguna banget sih jadi orang, bisanya cuma iri aja!"Vania dan teman-temannya mendelik marah. Dia hendak menjambak rambut Naya, Caca segera berdiri dan memelintir tangannya. Pekikan Vania menarik perhatian beberapa orang yang ad
Caca sedang berada di sebuah danau buatan di belakang rumahnya, pandangannya fokus pada lukisan yang sedang ia buat.Tiba-tiba ada suara disamping telinganya, "bagus."Sontak gadis itu berjingkat, kuas di tangannya juga terlempar ke danau."Dafa! Ngagetin aja deh."Dafa tertawa lalu duduk disampingnya. Tangannya membuka tutup dari salah satu botol minuman yang tadi dia bawa dan meletakkan disamping Caca."Kuasku kemana coba?! Kamu sih," kata Caca kesal. Dia berdiri dan mencari-cari kuasnya di rerumputan."Nyemplung di danau itu loh," ujar Dafa disertai senyum tak berdosa andalannya, jari telunjuknya mengarah ke danau."Gimana ngambilnya coba? Udah ke tengah lagi." Caca melepas sandalnya lalu berjalan di pinggiran danau, untung saja memakai celana pendek jadi tidak takut basah.Dafa berdecak, "gak usah diambil sih Ca, di rumahmu kan masih banyak."Caca menoleh ke arahnya, matanya menatap tajam."Gara-gara kam
"Dasar jal*ng! Gue udah bilang, jangan deketin Irfan lagi!"Kiara diam saja ketika wanita di depannya memaki bahkan menyiram segelas jus jambu ke wajahnya. Sebenarnya bukan dia yang salah, tapi Irfan lah yang terus mengganggunya. Lelaki itu terus menemuinya. Kiara ingin menjelaskan, tapi percuma, orang yang sedang marah tidak akan mau mendengar penjelasan apapun.Caca datang dan menahan tangan Jenna yang hendak menampar Kiara. Caca langsung mengambil jus alpukat dan menumpahkan diatas kepala Jenna, membuat wanita itu memekik marah."Brengs*k! Siapa datang-datang sok jagoan ...." Ucapan Jenna terhenti seketika saat melihat siapa yang menyiramnya.Dulu, saat masih SMA Caca pernah tergabung dalam grup vocal and dance cover. Jumlahnya 8 orang dengan Caca, 4 laki-laki dan 4 perempuan. Caca sangat dekat dengan Gavin, pasangan dalam grupnya.Entah kenapa, waktu itu ada penambahan 2 anggota, salah satunya Jenna. Awalnya gadis itu terlihat polos, namu
Kiara diam saja, membiarkan Satria yang meladeni mantan gebetan yang sudah membuat hidupnya susah."Ya, saya Satria, pacarnya Kiara."Pipi Kiara bersemu merah, dia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat agar tidak tersenyum. Meski yang dikatakan Satria hanya kebohongan, tapi Kiara sudah senang, setidaknya lelaki ini mempunyai rasa perduli dibalik sifat dinginnya.***"Dek, abang denger tadi kamu berantem di Caffe bang Gema?" Tanya Arga sembari duduk di samping Caca yang sedang makan.Tak lama, Gara menyusul. Lelaki itu duduk didepan Caca."Iya.""Kata Bang Gama, sama perempuan yang dulu fitnah kamu, sama temen-temenmu yang dulu juga.""Mantan temen," ucap Caca meralat ucapan Gara."Ya ... itulah maksudnya.""Kamu gak kenapa-napa kan?" Tanya Arga mengelus surai lembut adiknya."Gak pa-pa kok, tapi dia aku tampar.""Bagus dong, perempuan kayak gitu emang pantes dikasih pelajaran," kata Gara antusias.
Dafa datang ke rumah Caca saat mendengar sahabatnya sakit. Dia mengetuk pintu kamar gadis itu, ditangannya terdapat semangkuk bubur buatan sang bunda.Karena tidak ada tanggapan dia pun membuka pintu sendiri, toh biasanya juga begitu."Ca, kamu sakit apa?" Ucapnya mendekati sang sahabat yang sedang berbaring memunggunginya.Khawatir, jelas. Gadis bar-bar itu biasanya meski sakit tidak akan mengurung diri di kamar seperti saat ini.Pandangannya tertuju pada wajah pucat sahabatnya, juga kantung mata yang besar, jelas gadis itu habis menangis. Apa terjadi sesuatu padanya? Kenapa Caca tidak memberitahunya?"Ca ...." Tangan Dafa mengusap pipi Caca membuat gadis itu mengerjap pelan.Sambil mengucek-ucek matanya, dia berkata dengan tidak yakin, "Dafa ....""Iya, ini aku. Makan dulu ya, kata Bik Ani kamu belum makan dari pagi, ini tadi bunda buatin bubur.""Gak nafsu."Dafa berdecak kesal, "sok-sokan gak nafsu, bias
"Daf ...."Dafa menoleh, menatap wajah sang sahabat yang saat ini duduk di sampingnya. Malam ini, mereka berada di rumah pohon, melihat bintang-bintang seperti yang biasa mereka lakukan sejak kecil, namun jarang mereka lakukan akhir-akhir ini."Jangan pacaran dulu, ya.""Kenapa?"Gadis itu tersenyum tipis."Kebiasaan kamu jadi kacang lupa kulit kalo udah ada pacar," jawabnya sembari menatap wajah sang sahabat.Entah kenapa, malam ini wajah lelaki itu terlihat lebih tampan. Sejak dulu, Caca ingin melarang Dafa pacaran, tapi tidak berani. Dia takut Dafa marah lalu menjauhinya."Maaf ya, aku juga gak tau kenapa bisa sejahat ini sama kamu."Tangan lelaki itu terulur mengelus surai gadis disebelahnya."Aku belum siap pisah sama kamu, mungkin sekitar dua tahun lagi gak pa-pa. Tapi gak mungkin 'kan kamu mau ngejomblo selama itu."Mendengar kata-kata gadis itu membuat hatinya tiba-tiba tidak senang. Dia segera memel
"Pelan-pelan Ca," lirih Arga saat pipinya dikompres Caca.Karena masih kesal Caca justru semakin menekan kompresannya pada lebam itu hingga menimbulkan ringisan dari bibir abangnya."Sakit?."Arga diam, begitupun Gara yang sudah selesai diobati."Lain kali diulangi."Gara tersenyum, "kalo diulangi nanti kamu obati lagi Ca?"Caca menempelkan plaster di pelipis Arga lalu menatap tajam abangnya yang selalu banyak tanya."Enggak, nanti aku minta tolong ke Dafa buat ngobatin kalian.""Bukannya sembuh malah masuk rumah sakit," cibir Gara.Ia masih ingat ketika dulu dirinya dan Arga terluka lalu Caca meminta tolong Dafa agar mengobati keduanya karena adik perempuannya itu ada jadwal les. Bukannya sembuh, dia dan Arga justru berakhir menginap di klinik terdekat, rasanya pun bukan seperti diobati melainkan seperti dihajar dua kali.Malas menyahut, Caca segera membereskan isi kotak P3K lalu berjalan ke meja dekat TV,
"Hama banget tau nggak, kalau ada pestisida pasti langsung gue semprot."Seketika semua yang ada di meja itu tergelak mendengar ucapan Caca."Kasian banget hidup lo Ca ... Ca." Kiara menggelengkan kepala tak habis pikir. Sebagai orang yang tau kisah berakhirnya persahabatan Caca dengan teman 1 grupnya dulu, dia merasa sangat prihatin."Sial banget. Kenapa gue harus ketemu mereka lagi coba? Kalau kayak gini gue jadi pingin pindah, ikut Bang Dev.""Heh! Sembarangan. Gak usah pindah-pindah segala, kalau mereka berani ganggu lagi nanti kita bantu ngelawan," ujar Naya dengan semangat. Iya, semangat menghajar para hama tadi.Ucapan Naya barusan mampu membuat Caca tersenyum."Kalau perlu bantuan yang lain bilang aja, ntar kita bantuin," kata Erza membuat keempat gadis yang ada disana kaget. Terutama Caca.Jika dibantu Erza, berarti dia melibatkan anggota UKS yang lain, termasuk kedua abangnya. Tidak boleh! Selama ini juga tidak ada yang tau