Share

Kalian Ngelakiun Itu?

“Udah cukup seneng-senengnya Jenna?”

“Ra.. rama.” Jenna tanpa sadar menjatuhkan ice cream yang baru saja di belinya begitu melihat Rama berdiri menjulang di belakangnya.

“Cih, makanan sampah apa yang lo makan ini?” tanya Rama sembari menginjang cone ice cream di lantai.

“Kalau lo mau Ice cream, harusnya bilang. Gue bisa beliin lo ice cream premium yang biasa kita makan di rumah.”

“Oh, lo belum ngenalin gue sama temen baru lo ini. Apa harus gue sendiri yang nyari tau dia siapa?” Jenna langsung gelagapan, urusannya pasti akan panjang nanti.

“Dia… temen Ram. Kenalannya Leni.” Rama tidak akan begitu saja percaya.

“Lo udah pinter bohong ya sekarang.”

“Ram..”

“Pulang!” Rama langsung menarik tangan Jenna dengan kasar, Rudi yang tidak terima kekasihnya di perlakukan sekasar itu jelas protes.

“Jangan main kasar dong!”

“Jangan ikut campur.” Desis Rama sembari melepaskan cekalan tangan Rudi di pergelangan tangan Jenna.

“Ini bukan urusan lo.”

“Ini urusan gue, karena Jenna-“

“Rud!” Jenna langsung memotong ucapan Rudi.

“Enggak apa-apa, kamu pulang duluan ya.”

“Tapi Jen..”

“Enggak apa-apa, kamu pulang aja ya. Makasih udah mau nemenin hari ini.” Rama tidak ingin berbasa basi, laki-laki itu langsung menyeret Jenna kasar. Ia sama sekali tidak peduli dengan kesulitan yang di alami Jenna ketika harus mengikuti langkah kakinya yang lebar.

“Ram..”

“Diem Jenna, mending lo diem dari pada bikin gue emosi terus nabrakin ini mobil ke trotoar.” Ucapan dingin laki-laki itu membuat nyali Jenna menciut. Ia hanya berdoa semoga Bima ada di rumah untuk menyelamatkannya dari amukan Rama.

***

Jenna langsung panik begitu mendapati rumah besar kediaman Sore dalam keadaan sepi, Rama pasti sudah melakukan sesuatu untuk mengatur keadaan ini. Perempuan itu semakin ketakutan ketika Rama dengan paksa mendorong Jenna memasuki kamar laki-laki itu.

“Ram..”

“Jujur sama gue dia siapa?” Rama melepaskan dasi yang sejak tadi mencekik lehernya dengan kuat, tidak cukup sampai di sana laki-laki itu juga melepas tiga kancing teratas kemejanya demi menghilangkan sesak.

“Jawab Jenna!”

“Temen, dia cuma temen.” Jenna memejamkan mata ketika tubuhnya di dorong ke dinding dengan kasar, beruntungnya Rama masih memiliki sedikit belas kasihan untuk menahan kepalanya dengan telapak tangan laki-laki tersebut.

“Temen macam apa yang jalan pake gandengan tangan segala?” Desis laki-laki itu tepat di depan wajah Jenna.

“Temen macam apa yang nonton film romantis di bioskop berdua, ha?!” Rama masih belum selesai, di cengkramnya dagu Jenna yang sedari tadi sibuk menghindari tatapannya.

“Temen macam apa yang saling suap-suapan ice cream di tempat umum, Jawab?!”

“Kita juga sering begitu!” Jenna spontan berteriak.

“Kita juga sering kayak gitu kan Ram? Bahkan apa yang udah kita lakuin enggak ada apa-apanya di bandingkan sama apa yang aku dan Rudi lakuin.” Lanjut Jenna dengan suara lirih.

“Kita temenan dan bisa ngelakuin itu semua, enggak ada bedanya.” Jawaban Jenna membuat Rama semakin marah, laki-laki itu jelas mengerti kegiatan apa saja yang bisa mereka lakukan dalam ‘pertemanan’ mereka. Dan membayangkan Jenna melakukan hal yang sama, hah Rama benar-benar tidak bisa terima.

“Kalian ngelakuin itu?”

“A..apa?” Jenna bertanya tidak mengerti.”

“Jawab Jenna, sejauh mana dia berani nyentuh lo.” Rama benar-benar marah sekarang, wajahnya memerah begitu juga tangannya yang terkepal hingga kuku jarinya memutih.

“Ap.. enggak. Ram, enggak sampai sejauh itu. aku..”  Rama tidak mengizinkan Jenna menyelesaikan kata-katanya karena laki-laki itu sudah lebih dulu melempar tubuh Jenna ke atas ranjang.

“Ram, kamu salah paham!”

“Di mana Jenna? Di mana dia berani nyentuh lo, kasih tau gue.” Rama tidak bisa mendengar tangisan Jenna, laki-laki itu sibuk mencari-cari jejak-jejak pemuda kurang ajar yang berani menyentuh bunganya yang berharga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status