Happy Reading*****Perdebatan antara Fahri dan Ismail terhenti ketika salah satu perawat keluar dari ruangan. Perempuan berbaju putih, khas pegawai rumah sakit itu memanggil salah satu kerabat pasien."Bagaimana keadaan Papa saya, Sus?" tanya Ismail dan juga Tiara berbarengan."Beliau sudah siuman. Sebentar lagi, akan dipindahkan ke ruang perawatan.""Jadi, bagaimana dengan kesehatan jantungnya?" tambah Tiara. "Tidak terjadi apa-apa. Cuma tensinya agak tinggi, jadi beliau harus menginap sementara waktu di rumah sakit. Saya permisi dulu dan tolong administrasi pasien segera diurus, ya." Suster itu berlalu begitu saja ketika selesai menjelaskan. "Biar aku saja yang mengurus administrasi," kata Fahri. Segera pergi meninggalkan keluarga istrinya. Bersamaan dengan hal mengurus administrasi Hartawan. Ada yang harus dia selesaikan saat ini. *****Hari yang cukup membahagiakan bagi Fandra. Setelah lamarannya pada Wening di terima dan direstui. Lelaki itu bak dikejar rejeki. Beberapa kesep
Happy Reading*****Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Wening terus menangis. Sungguh, baru saja dia mereguk kebahagiaan karena sudah memiliki calon suami. Kini, calon suaminya malah kecelakaan. Ya, chat yang dikirimkan Catra adalah pesan supaya Wening segera ke rumah sakit. Fandra mengalami kecelakaan katanya. Namun, sayang seribu kali sayang, si gadis tidak membaca pesan tersebut. Bahkan panggilan sang manajer yang sekarang berstatus calon suami Silvia itu tidak dijawab. "Mbak, jangan menangis lagi. Kita sendiri belum tahu keadaan Fandra seperti apa. Semoga saja kecelakaannya nggak parah," hibur Damayanti. Perempuan itu sendiri saat ini sedang cemas. Fandra sudah dia anggap sebagai bagian dari keluarganya. Saat mendengar kecelakaan lelaki itu, Damayanti bahkan menangis. Sungguh, dia juga sangat sedih. Fandra dan Wening baru saja diberi kebahagiaan, tetapi ujian kesedihan sudah datang. "Bener, kata ibu, Mbak. Sebaiknya, kita berdoa supaya Fandra baik-bak saja. Kalau menangi
Happy Reading*****Wening terbengong dengan ucapan Fahri di telepon. Baru dia sadari, lelaki yang dulu sangat dipujanya itu ternyata memang manusia jahat dan tidak berperikemanusiaan. Fandra itu adalah adiknya walau bukan sekandung. Mengapa tidak ada empati sama sekali dalam dirinya? "Terserah Mas Fahri saja. Saya cuma mengabari keadaan Mas Fandra karena keluarga yang beliau miliki ya cuma njenengan sama ibu." Catra berkata dengan lembut. Setelahnya, dia menutup panggilan karena Fahri diam dan tak menjawab."Astagfirullah. Dia beneran mantanmu, Mbak? Kenapa kelakuannya begitu? Untung saja, dia nggak jadi sama kamu," ucap Silvia."Itulah baiknya Allah. Mencegah keburukan yang akan terjadi pada diri kita dengan menjauhkannya, tapi kadang kita berburuk sangka. Sering menganggap Allah nggak adil dengan tidak mengabulkan apa yang menjadi harapan serta keinginan kita. Pikiran kita itu terbatas, apa yang bisa terlihat juga terbatas. Allah Maha Mengetahui bahkan masa depan yang belum bisa
Happy Reading*****Wening terdiam. Dia mulai meragu, bukan hatinya. Namun, penerimaan keluarganya tentang keadaan Fandra. Paling dia khawatirkan adalah penerimaan Fatimah. "Insya Allah. Keluargaku pasti menerima keadaan Fandra yang sekarang. Apakah sebelumnya kamu sudah tahu akan hal ini, Cat?""Aku nggak tahu jika separah ini, Mbak. Melihat luka di kedua kakinya, aku cuma berdoa semoga nggak ada yang serius. Pas, Mbak Ning sama Bapak cerita semalam. Baru aku paham. Mas Fandra itu orang baik, Mbak," cerita Catra, "aku yang bukan siapa-siapa langsung diangkat jadi manajer waktu itu. Hanya karena saat wawancara aku menceritakan jika putus kuliah demi membiayai pengobatan Ibu. Mbak tahu, Mas Fandra bahkan membiayai kuliahku sehingga aku mempunyai gelar sarjana. Pada karyawan lainnya, dia memperlakukan seperti saudara.""Aku bisa melihatnya, Cat. Walau terkadang sifatnya berubah tengil kalau sudah menggodaku. Tapi, dibalik itu semua dia memiliki kepribadian yang baik. Selalu ingin oran
Happy Reading*****Fandra berusaha menggerakkan jari-jarinya. Ingin sekali menautkan dengan milik sang pujaan. Namun, tenaga yang begitu lemah membuatnya tak mampu melakukan hal itu."Aku serius, Mbak. Jika kita nggak bisa bersama dalam ikatan pernikahan, maka biarkan aku menjadi saudaramu. Tapi, tolong jangan pernah tinggalkan aku," kata Fandra terpatah-patah. Wening menatap tidak suka pada tangannya. "Kamu ngomong apa, Fan? Aku nggak akan pernah meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini. Kita pasti bisa melewati ini bersama-sama. Jangan bicara sembarangan, Allah nggak suka kita berputus asa."Walau samar, garis bibir Fandra terangkat. "Tapi, jika aku divonis lumpuh selamanya. Bukankah aku akan menjadi beban Mbak Ning selamanya.""Jangan mendahului kehendak Allah. Apa yang terjadi di masa depan, kita nggak tahu. Sudah, berpikir positif saja. Kamu belum melewati masa kritis, jadi nggak usah mikir yang nggak-nggak." Wening mengeluarkan sedikit amarahnya. Walau dia sendiri ragu dengan
Happy Reading*****Beberapa menit, Wening bengong dan mulai terpengaruh dengan ucapan Ibra. Suara Rahmat kembali menyadarkan lamunan sang gadis."Kita juga belum menyelidikinya, Pak. Semalam, kami fokus pada keselamatan Nak Fandra saja. Mungkin, setelah ini kami akan bertanya pada Catra. Mobil dan juga truk sudah diamankan oleh pihak berwajib, sedangkan sopirnya ju"ga dirawat di rumah sakit ini. Sama seperti Nak Fandra, dia mengalami cedera juga. Semua akan kita ketahui saat polisi datang meminta keterangan Nak Fandra terkait kecelakaan." Rahmat berusaha bersikap bijak. Segala kemungkinan yang dikatakan Ibra mungkin saja benar, tetapi lelaki itu yakin bahwa Fandra selalu menjaga kondisi kendaraannya dengan baik. Tidak mungkin lelaki itu membiarkan mobil yang sehari-hari dibawa dengan rem tidak berfungsi. Artinya, Fandra sengaja mencelakakan diri jika seperti itu. "Semoga ini memang murni kecelakaan biasa," ucap Ibra. Melirik ke arah Fandra, lelaki itu mulai bersimpati. Wajah tampan
Happy Reading*****Fandra memilih diam dan memejamkan mata. Sejak tadi, dia berusaha menahan rasa sakit dan menampilkan senyuman pada sang pujaan. Kini, rasa sakit di sekujur tubuhnya sudah tak bisa lagi ditahan. Tanggap dengan keadaan lelaki di depannya, Wening segera menyelimuti Fandra. Sementara itu, Rahmat pamit pulang karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Damayanti juga ikut pulang untuk mengambil pakaian ganti dan juga membawakan makanan Wening.***** Sesuai permintaan Fandra tadi, Ibra segera ke kantor polisi sepulang dari rumah sakit. Menemui salah satu sahabatnya dan menceritakan tentang kecelakaan yag dialami oleh adik sahabatnya. "Aku akan menyelediki kasus ini untukmu, Ib. Jika memang terbukti bahwa ada unsur kesengajaan, maka kecelakaan ini sudah masuk ranah pidana," kata Polisi muda tersebut. "Ya, aku harap kamu menangani kasus ini dengan sebaik mungkin. Terima kasih sebelumnya," ucap Ibra. Berdiri dan menjulurkan tangannya ke arah si polisi. "Sama-sama, se
Happy Reading*****Setelah saling pandang, Mahmud dan Fatimah menatap Fahri. "Apakah kamu sudah menjenguk saudaramu itu hingga bisa berkata demikian?" Fatimah membuka suara.Pasalnya dari cerita Wening, tidak ada satu pun keluarga Fandra yang menjenguknya sejak kecelakaan itu. Wening dan keluarga iparnya selalu bergantian menjadi bahkan manajer yang notabene adalah orang lain juga ikut menjaga di kala senggang. Fatimah sama sekali tidak mendengar nama Fahri dan Karima disebut oleh putrinya."Tentu saja, Bu. Saya sudah menjenguk adik saya itu. Jadi, saya hia mengatakan hal ini. Jika tidak, mana mungkin saya berani memberikan informasi. Apakah Ibu meragukan informasi yang saya berikan? Saya bisa menunjukkan hasil perkembangan kesehatan Fandra selama kecelakaan. Bagaimana?" Fahri menundukkan kepala dan merogoh saku celana. Mengeluarkan benda persegi ajaib yang digunakan oleh banyak orang. Lalu, menatap Mahmud dan Fatimah bergantian. "Untuk apa juga saya harus berbohong."Lelaki paruh