Share

Bab 161. Tawaran Tak Terduga

Zayden mengepalkan kedua tangannya yang berada di atas pahanya. Apa yang tadi Aara katakan, benar-benar sudah mengguncang hatinya.

“Istirahatlah,” ucapnya kemudian. Dia lalu berdiri, menatap Aara sekilas sebelum akhirnya dia pun keluar dari sana.

Aara menatap kepergian Zayden dengan mulutnya yang tertutup rapat, tapi air mata tampak jatuh di pelupuk matanya.

Dia tahu Zayden mengerti maksud dari ucapannya tadi, karena itu dia langsung keluar. Karena sepertinya dia tidak ingin mendengarnya lagi.

“Saat aku mengungkit masalah ibuku, apa rasa bersalah itu muncul di hatimu. Atau hatimu tetap membeku seperti biasanya?” ucapnya.

Di sisi lain, Zayden terlihat terus melangkahkan kakinya melewati lorong rumahnya untuk menuju ke ruang kerjanya.

Namun, tiba-tiba ia berhenti. Zayden menempelkan satu tangannya itu pada dinding untuk menopang tubuhnya yang terasa begitu lemas.

Satu tangannya yang lain tampak menutupi wajahnya. “Dia belum memaafkanku, atau ... dia memang tidak berniat memaafkan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status