Share

167. Tak Tertahankan

Pukul 3 pagi, Aku dan Anya meninggalkan rumah sakit dan pulang ke rumah. Di tengah rintik hujan dan dinginnya udara pagi, ditambah lagi kurang tidur membuat aku serasa membutuhkan sesuatu.

“Om kedinginan gak? Aku gak kuat om, cuacanya dingin sekali.” Anya merapatkan tubuhnya ke tubuhku.

Satu tanganku memegang stir, tangan yang satunya lagi memeluk Anya.

“Gimana Anya? Masih kedinginan?” tanyaku

“Lumayan hangat om.. “

Aku khawatir efek dari mendonorkan darahnya, Anya menjadi sensitif tubuhnya. Aku semakin eratkan pelukanku, Anya terlihat mulai nyaman.

“Tenang ya.. sebentar lagi kita sampai.” aku terus memacu mobil di tengah rintik hujan dan pagi yang begitu sepi.

Situasi itu membuatku sangat bergairah, ditambah lagi aroma wangi tubuh Anya yang khas. Aku tidak tahu perasaan apa yang sedang menerpaku, sehingga aku ingin buru-buru sampai di rumah.

Setelah lima belas menit menempuh perjalanan, kami sampai di rumah. Kami segera turun dan Anya membuka pintu rumah, karena dia yang terakh
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status