Dimas memegang kunci dengan gantungan boneka beruang itu, mengguncangnya, lalu berkata, "Urusan seperti ini harusnya dilakukan oleh pria."Setelah mengatakan itu, Dimas menaiki motor.Sosok ramping dan wajah tampan pria itu sangat tidak sesuai dengan motor kecil ini. Entah kenapa, Amel berpikir bahwa Dimas lebih cocok menaiki mobil.Namun, Amel tidak memikirkan hal ini lebih jauh lagi. Dia dengan patuh duduk di belakang sambil memegang kue dan tempat makanan penutup.Motor kecil yang ditinggalkan rekan kerja Dimas itu berukuran relatif besar, dengan rak kecil di depan. Amel jadi bisa duduk di belakang sambil memegang kue dengan tenang."Duduk baik-baik."Suara lembut dan rendah pria itu terdengar dari depan.Amel menjawab dengan gumaman lembut, lalu meraih sudut baju Dimas dengan tangannya.Dimas yang menyetir di depan jelas merasakan pakaiannya ditarik. Dia menundukkan kepalanya, melirik pakaiannya yang ditarik ke belakang dengan sedikit ketidakpuasan di matanya.Apa cukup aman hanya
Irfan yang tidak bisa menahan tekanan itu langsung menerobos kerumunan, lalu menuju ke meja makanan penutup. Dia mengulurkan tangan, mengambil kue dan mulai memakannya.Begitu kue itu masuk ke dalam mulut Irfan, krimnya yang lembut dan manisnya susu membuatnya tidak bisa menahan diri untuk memuji, "Kue ini enak sekali. Ayo cepat kalian coba."Irfan mengambil sepotong kue lagi, lalu kembali mempromosikannya dengan penuh semangat, "Enak sekali. Rasanya nggak terlalu manis, kuenya empuk, lalu krimnya juga lembut."Pria itu memperhatikan saat semua orang mulai mengambil kue satu per satu. Dia berpikir dalam hati, 'Ayo cepat, cepat cobalah. Katakan bahwa kuenya enak segera setelah kalian makan. Ini adalah buatan nyonya bos kalian!'"Benar, enak.""Kue dari toko mana ini? Enak sekali."Dengan kata pujian dari Irfan, tak ada yang berani mengatakan kue ini tidak enak.Amel tidak menyangka para pelanggan ini akan sangat menyukai kuenya. Dia merasa tersanjung dan segera merekomendasikan tokonya,
Gadis kecil itu cukup patuh. Dia mengangkat kepalanya dan menyapa dengan manis, "Halo, Paman. Halo, Bibi cantik."Amel sedikit tersipu saat mendengar panggilan 'Bibi cantik' ini, tapi Dimas yang ada di sampingnya merasa cukup senang. Dimas menundukkan kepalanya, lalu menatap gadis kecil yang tingginya baru mencapai lututnya itu dengan puas.Amel berjongkok di depan anak itu, mengulurkan kepalannya sambil berkata, "Selamat ulang tahun."Setelah mengatakan ini, Amel perlahan membuka telapak tangannya, memperlihatkan sepotong cokelat yang tergeletak di tangannya.Amel memiliki kebiasaan membawa permen. Melihat gadis kecil yang lucu dan pintar ini, Amel ingin lebih dekat dengannya."Terima kasih, Bibi cantik."Kemudian, gadis kecil itu dengan gembira pergi ke meja anak-anak sambil memegang permen itu.Dimas yang berdiri di sebelah, tidak menyangka Amel tiba-tiba akan berjongkok, lalu mengeluarkan permen dari sakunya.Wanita ini seperti memiliki pesona istimewanya sendiri. Terlepas dari lin
Csshh.Suara desisan dari panci presto yang ada di atas kompor memotong pembicaraan mereka. Istri mandor dengan terampil mengangkat panci presto.Dia melepaskan tekanan panci presto secara manual, lalu menyajikan daging yang terlihat lezat ke meja makan.Para pria dengan cepat berkumpul saat melihat makanan sudah selesai dimasak. Sementara itu, Dimas yang awalnya terlihat dingin di mata mereka, sekarang tampak jauh lebih mudah didekati.Pada saat ini, meskipun Dimas sedang dikelilingi oleh banyak orang, tatapannya tetap tertuju pada sosok wanita yang sedang sibuk di dapur.Makin dekat Dimas dengan Amel, makin banyak keunikan yang bisa dia lihat dari diri wanita itu.Di tengah ataupun di luar kerumunan, Amel bagaikan magnet yang menarik perhatiannya."Pak Dimas," seru seorang rekan Dimas.Seruan ini membuat Dimas kembali tersadar. Dia pun mengalihkan tatapannya ke orang yang memanggilnya."Ayo, aku akan bersulang untukmu dengan segelas bir ini."Sang mandor memegang segelas besar bir de
Dimas yang sedang bersandar di bahu Amel tidak menjawab, hanya menurunkan tatapannya.Wangi yang segar dari wanita di sampingnya membuat Dimas merasa tenang.Tidak ada balasan untuk sekian lama, Amel pun menghela napas dan menatap Dimas yang sedang bersandar padanya."Kamu mabuk," gumam Amel.Dimas memejamkan kedua matanya dan membatin, 'Ya, aku mabuk.'Amel tidak terlalu tahu cara untuk menjaga orang yang mabuk, tapi selama perjalanan, dia selalu memperbaiki posisi begitu Dimas merasa tidak nyaman, seolah khawatir Dimas tidak nyaman dengan posisi duduknya.Suhu di mobil cukup tinggi, sehingga dahi Dimas sedikit berkeringat.Amel menyadarinya dan menyeka keringat Dimas.Selagi menyeka keringat, fokus Amel beralih pada hal lain.Kulit Dimas bagus sekali.Wajah Dimas juga sama sekali tidak berjerawat.Bahkan pori-porinya pun tidak tampak.Apakah Dimas melakukan prosedur kecantikan?Amel langsung menghilangkan pikiran-pikiran tersebut.Apa yang sedang dia pikirkan?Amel tersadar kembali,
Namun, mereka sudah menjadi sepasang suami istri, jadi menyeka badan adalah hal yang biasa, bukan?Setelah sekian lama, akhirnya Amel selesai mengurus Dimas. Kemudian, dia pun mandi dan menyelimuti diri di sisi lain kasur.Meskipun hari ini sangat produktif, rasanya sangat melelahkan.Amel langsung tertidur setelah berbaring di kasur.Dimas yang dari tadi berdiam diri pun membuka matanya. Kedua matanya sangat jernih dan tidak tampak seperti orang mabuk.Dimas menoleh untuk melihat wanita di sampingnya, kemudian mendekatinya.Amel tertidur pulas.Tampaknya hari ini Amel benar-benar lelah.Dimas membungkuk dan mencium dahi Amel.Kemudian, dia menopang kepalanya untuk melihat Amel.Entah sejak kapan, fokusnya selalu tertuju pada tubuh Amel.Dimas pun menyadari bahwa dirinya menginginkan lebih banyak lagi, tapi juga tidak berani terlalu gegabah karena khawatir akan membuat Amel takut, sehingga dia merancang kejadian malam ini."Hm ...."Dimas yang sedang melamun pun tersadar karena suara t
Wajah manajer toko menjadi kaku karena tertawa. Namun, dia tidak bisa mengatakan sepatah kata 'tidak' pun kepada Amel.Amel melihat sekeliling dengan tidak percaya. "Ini .... Semuanya untuk saya?"Dia tidak menyangka akan ada hari di mana manajer toko berubah sikap.Jika bukan karena melihat komisi itu benar-benar ada di depan matanya, Amel benar-benar menduga bahwa dia belum bangun pagi ini.Namun, uang itu memang sudah seharusnya menjadi miliknya. Jadi, Amel berhak mengambilnya.Amel mengambil uang tersebut sambil berkata dengan tulus, "Terima kasih, Bu."Manajer toko menatap uang tersebut dengan perasaan tertekan, jari-jarinya juga makin kaku.Uang yang hampir masuk ke sakunya, sekarang harus diambil kembali. Rasanya benar-benar menyakitkan.Amel menarik-narik dan gagal menarik uang itu dari tangan manajer toko.Amel menatap manajer toko dengan canggung dan bertanya dengan bingung, "Bu?"Mendengar Amel memanggilnya, tiba-tiba saja tubuh manajer toko itu gemetar dengan hebat.Benar.
Amel tidak memahami maksud kata-kata Dimas itu. Amel berpikir bahwa maksud Dimas adalah Amel sudah mengenal tempat itu.Namun, hal tersebut wajar juga. Dimas baru saja tiba di kota ini dan langsung menikahi Amel. Kemudian, Dimas mulai bekerja untuk menghidupi keluarga. Oleh karena itu, dia sama sekali tidak punya kesempatan untuk keluar.Memikirkan hal tersebut, tiba-tiba saja Amel merasa sedikit bersalah.Amel berjalan ke sisi Dimas. Kemudian, dia meraih tangan Dimas dan berkata, "Ayo ikut aku membeli beberapa kebutuhan sehari-hari. Aku tahu ada tempat yang cukup luas, di mana kita bisa berbelanja sebentar."Amel mengajak Dimas pergi ke sebuah gedung pusat perbelanjaan terdekat, yang menjual berbagai macam barang.Yang terpenting adalah, kualitas barang-barang di sana sangat bagus.Amel ingin membeli barang kebutuhan sehari-hari untuk Dimas. Tentu saja mereka tidak boleh membeli barang dengan kualitas yang buruk.Sepuluh menit kemudian, Dimas berhenti di depan gedung pusat perbelanjaa