"Tanaya! Beraninya kamu berbuat tanpa mengakuinya!? Untuk apa berpura-pura! Aku cuma ingin meminjam kalungmu, tapi kamu mengancamku dengan pisau. Sekarang kamu masih berani menyangkalnya!"Vera sangat marah karena Tanaya. Dia tidak pernah menyangka Tanaya tidak hanya menyangkalnya, tetapi juga berpura-pura seolah tidak tahu apa-apa.Nyonya Martha, Tuan Besar Arya, serta Nelia dan Theo menatap kedua gadis itu.Bukan karena mereka tidak ingin memercayai Vera, tetapi tidak mungkin Tanaya melakukan hal seperti itu setelah dilihat dari apa yang terjadi selama bertahun-tahun. Sebaliknya, Vera-lah yang manja dan selalu bersikap agresif."Vera, nggak masalah kalau bertengkar dengan kakakmu, tapi kamu nggak boleh memfitnah kakakmu seperti ini! Ditambah lagi acara apa yang diadakan hari ini? Kamu malah menyuruh kakakmu bermain tanpa izin! Kurasa kamu ini benar-benar terlalu dimanjakan!" Nyonya Martha menegur dengan suara muram dan marah.Mata Vera memerah karena marah dan dia buru-buru menjelask
Dia bergegas ke arah Nelia dan menarik kalung yang ibunya kenakan di leher Tanaya."Tanaya, biar kuberi tahu kamu. Jangan pernah mimpi! Jangan pura-pura sok nggak bersalah. Kamu itu cuma anak haram yang telah kami adopsi dan nggak ada sepeser pun dari keluarga ini yang akan menjadi milikmu!""Plak!"Saat Vera selesai berbicara, tamparan keras terdengar.Theo menamparnya dengan keras. Vera merasa dunia berputar, kepalanya berdengung dan penglihatannya semakin kabur."Diam! Lihat seperti apa dirimu dan apa yang kamu katakan! Pergi ke kamarmu dan renungkan kesalahanmu!"Theo berkata dengan marah, dia benar-benar naik pitam.Meskipun biasanya Vera naif dan sombong, setidaknya dia memiliki hubungan yang baik dengan Tanaya.Tanaya adalah pion penting mereka dalam menghancurkan Keluarga Davinon. Tidak peduli apa pun yang terjadi, saat ini mereka tidak bisa membiarkan Tanaya memiliki pemikiran lain dan gagal mencapai kesuksesan.Terlebih lagi terlepas dari nilai Tanaya sendiri, Keluarga Mauel
Semua orang menoleh ke arah Tanaya. Gaun wanita itu tidak bisa menyembunyikan apa pun. Kalau ada, itu pasti ada di tas tangannya."Naya ...." Nelia berkata dengan lembut dan raut wajahnya terlihat rumit."Aku mengerti." Tanaya berkata tanpa ragu dan berinisiatif untuk membuka tas tangan sebelum menyerahkannya kepada Theo yang berdiri di samping, "Ayah."Theo menunduk dan melihat-lihat. Tas tangan itu ukurannya tidak besar dan isinya juga sangat sederhana. Hanya ada ponsel, sebungkus tisu dan lipstik yang sekilas sudah terlihat jelas.Tanaya menjelaskan, "Ibu yang menyiapkan tas tangan ini saat aku pergi ke ruangan di atas ruang perjamuan. Tas itu juga dicocokkan untuk gaun ini."Maksudnya adalah, 'Semuanya sudah dipersiapkan oleh kalian dan aku tak punya kesempatan untuk membawanya.'"Itu berarti kamu datang dengan persiapan dan membuang pisaunya dulu! Ya, pasti begitu! Bu, selama ada orang yang menyelidiki hotel secara menyeluruh, mereka pasti akan menemukannya ...."Vera ingin mengat
Theo, Nyonya Martha dan Tuan Besar Arya saling menatap. Mereka jelas sangat jengkel dengan kekacauan yang Vera timbulkan hari ini.Tanaya selalu sabar dan patuh, tetapi sekarang dia marah. Jelas kalau dia sudah tidak tahan lagi.Tuan Besar Arya terdiam beberapa saat sebelum berkata, "Naya, kamu tahu bagaimana kami memperlakukanmu selama bertahun-tahun. Vera masih mudah dan nggak mengerti apa-apa. Aku nggak menyangka kamu telah menanggung begitu banyak penderitaan. Dasar kamu ini, punya begitu banyak penderitaan, tapi nggak bilang kepada Kakek ....""Begini, kalau kamu suka rumah di Paviliun Skylar, kamu bisa suruh Vera kembalikan padamu. Pada dasarnya rumah itu memang disiapkan untukmu, begitu juga dengan perhiasannya. Nanti suruh ibumu untuk memintanya kembali dari Vera. Kok bisa-bisanya dia menginginkan semua barang kakaknya? Mengenai Perusahaan Desain Heather, sekarang perusahaan itu atas nama Vera. Kemungkinan Vera itu cuma bersenang-senang saja dan nanti suruh dia serahkan juga."
Setelah meninggalkan hotel, Tanaya berdiri di depan pintu hotel sambil melihat kembali ke arah ruang perjamuan. Dia mengerutkan bibir merahnya dan tatapannya dingin.Tidak lama kemudian, sebuah Lamborghini biru tua berhenti dengan mantap di depan Tanaya.Tanaya membuka pintu dan masuk ke dalam mobil tanpa ragu.Miguel mengenakan kacamata hitam besar di wajahnya yang membuatnya terlihat tidak seanggun saat berada di perjamuan sebelumnya dan lebih mirip pemuda nakal."Mereka nggak mempersulitmu, 'kan?" Miguel menoleh ke arah wanita di kursi penumpang dan melihat raut wajah tenangnya. Sepertinya dia tidak begitu khawatir."Nggak, Vera nggak bisa memberikan bukti apa pun." Tanaya berkata dengan acuh tak acuh.Miguel yang memberikan pisau itu. Setelah menggunakannya, dia diam-diam mengembalikan pisau itu kepada Miguel agar tidak ada yang menyadarinya."Tuan Besar Arya memintaku untuk menghadiri acara sosial atas nama Keluarga Mauel besok malam. Kalau negosiasi berjalan dengan baik, Keluarga
Terlebih lagi, Tanaya tidak merencanakan semua ini hanya untuk membiarkan Keluarga Mauel duduk santai dan menikmati keuntungannya. Dia tidak berniat memberikan proyek ini ke Keluarga Mauel."Charles itu sombong dan mendominasi, juga sulit untuk didekati. Dia pernah mendengar orang menyebutmu sebelumnya, tapi kemudian seorang artis menarik perhatiannya, jadi dia nggak repot-repot mencarimu." Miguel berkata perlahan."Lebih baik begitu. Karena nggak ada tempat untuk bersembunyi, jadi lebih baik manfaatkan kesempatan ini." Suara Tanaya sangat tenang, nyatanya dia tidak terlalu peduli.Miguel menoleh ke arahnya. Wajah wanita itu cantik. Sepertinya tidak banyak berubah dari sebelumnya, tetapi ini terlihat seperti mutiara yang baru muncul dari cangkang kerang atau kupu-kupu yang baru selesai berevolusi.Merasakan tatapan Miguel, Tanaya mengulurkan tangan dan melepas kacamata hitam dari wajah pria itu dan berkata sambil tersenyum, "Kok pakai kacamata hitam di malam hari, nggak takut menabrak
Saat ini seberang lautan.Di kamar hotel, Henry duduk di mejanya sambil menatap panggilan yang ditolak dan berpikir.Setelah Tanaya mematikan komputer, dia naik ke atas kasur dengan ponselnya dan melakukan panggilan video ke Henry yang jauh lebih mahal daripada panggilan telepon langsung.Henry tertegun selama beberapa detik saat melihat panggilan video tersebut, lalu menjawabnya."Tuan Henry mencariku?" Tanaya bersandar di samping kasur dan berbicara dengan ramah, suaranya terdengar agak bersemangat.Di kamera, lampu meja di meja hotel menyala dan Henry masih mengenakan setelan jas."Gaunnya cantik sekali." Henry perlahan melepas jaket dan melonggarkan dasinya.Tanaya menyadari selama dia tidak membuat Henry kesal, sebenarnya pria ini adalah pria yang sangat lembut, setidaknya baginya.Tanaya memutar matanya dan berkata dengan manja, "Cuma gaun?"Henry berhenti sejenak sambil memegang dasinya. Dia berdiri di depan meja dan menatap wanita di kamera dari kejauhan.Rambutnya tergerai den
Karena mengetahui hal inilah Tanaya menerima lamaran Henry untuk jalan-jalan. Dia tidak lagi terlalu peduli dengan pendapat orang lain dan menemaninya ke luar negeri saat dia bekerja dan bersantai.Henry tetap diam, pandangannya tertuju pada wajah merah muda lembutnya.Bagaimana kalau kamu tidur lebih awal dan aku akan mentraktirmu makan setelah kamu kembali? Tanaya tidak tahan dengan kerja kerasnya dan mendesaknya dengan lembut.Henry tidak menjawab, melainkan berkata, "Besok malam ada rencana apa?"Tanaya memikirkannya dan menyadari sepertinya tidak ada lagi yang bisa dilakukan dalam dua hari terakhir ini selain menggambar desain Taman Roseyard dan rancangan desain perhiasan untuk pesanan."Ada rencana yang cukup penting." Tanaya membuyarkan lamunannya dan berbicara dengan lembut."Hmm?" Henry mendengarkan kata-katanya dengan sabar dan berencana untuk mengingatnya.Tanaya membangkitkan rasa ingin tahu pria itu dan berkata dengan hangat, "Kamu istirahatlah dulu, nanti akan kuberi tahu