Saat mendengar itu, Lydia tertawa dan meliriknya dari atas ke bawah, lalu berkata tanpa segan, "Apa Nona Janet merasa dengki saat orang lain punya benda bagus?"Raut wajah Janet menjadi agak pucat dan berkata dengan sedih, "Aku hanya benar-benar merasa kalung itu sangat cantik. Apalagi kalung ini masih belum jadi milikmu."Ucapan Janet memang tidak salah.Lydia adalah VIP kelas atas di toko merek diawali huruf D ini. Setelah memperkenalkan berbagai model dengan ramah, pramuniaga mengundang mereka berdua untuk mencoba pakaian dan permata dalam ruangan tamu.Sementara itu, kenyataannya adalah Lydia memang ke sini demi model baru produk, tetapi kebetulan produk baru telat tiba dari waktu yang diperkirakan.Kebetulan saat mereka selesai belanja dan ingin pulang, tiba berbagai produk baru di toko.Mungkin karena ingin meninggalkan kesan yang baik kepada para pelanggan, sehingga begitu produk baru tiba, pramuniaga segera memperkenalkan beberapa produk baru kepada Lydia. Mereka berdua juga ka
"Apa Nyonya nggak berencana untuk merebut kesukaan orang lain?" Lydia langsung omong blak-blakan tanpa ragu-ragu."Nggak berani, nggak bisa dikatakan merebut kesukaan, hanya bisa dikatakan setiap orang punya mau mempercantik diri. Jarang ada benda yang disukai Janet, sebagai senior, tentu saja aku harus berusaha memenuhi keinginannya." Nyonya tua itu berkata dengan perlahan dan ekspresi datar, sama sekali tidak terlihat murka.Lydia berkata dengan senyuman tipis dan merasa kesal terhadap orang tua yang menyesalkan seperti ini.Selalu melakukan sesuatu secara bertele-tele. Begitu buka suara langsung penuh dengan aturan, membuat orang terdengar pusing.Tiba-tiba, Lydia teringat nyonya tua di rumahnya itu. Biasanya nyonya tua itu juga cerewet seperti ini, tetapi bagaimanapun dia adalah nenek kandungnya. Meskipun sering menunjukkan kemoceng di rumah, neneknya selalu membelanya saat berada di luar.Tanaya tidak bersuara, melainkan merenungkannya dengan serius. Dia juga tidak menyamakan nyon
"Nggak sangka begitu kurang beruntung. Nona Lydia, bagaimana kalau lupakan saja. Menurutku, kalung di dalam Ipad ini juga sangat cantik. Selain itu, Tuan Letno juga sudah meminta maaf."Janet pura-pura berkata seperti itu, tetapi dalam hatinya malah sangat kegirangan.Lydia kalah darinya, mungkin setelah pulang ke rumah, dia bisa tertawa saat sedang tidur!Perlu diketahui bahwa apa yang direbutkan sekarang bukan lagi kalung itu, melainkan harga diri dan melampiaskan amarah. Kalung itu direbut oleh Janet, bisa dikatakan Lydia sepenuhnya kehilangan harga diri.Ini tidak bisa diganti rugi oleh Tuan Letno tidak peduli seberapa banyak benda yang diberikan. Bagaimana mungkin Janet tidak kegirangan.Habis bicara, Lydia berdiri sambil tersenyum, lalu berkata secara langsung, "Berkenaan dengan pemilik toko ini sudah melakukan pilihan, maka aku harus mengalah. Apa lagi yang bisa aku katakan?"Selanjutnya dia menatap nyonya tua di depan secara mendalam dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Nyonya
"Manajer Wayne, aku tahu kalung ini adalah benda pribadi Tuan Letno, tapi aku benar-benar sangat menyukainya. Apa aku boleh mencoba untuk mengenakannya?"Janet berkata dengan lembut dan tampak sangat mulia."Tentu saja." Manajer itu mengiakannya, lalu mempersilakan Janet dan nyonya tua itu duduk. Manajer itu mengenakan sarung tangan hitam, lalu mengeluarkan kalung itu dengan hati-hati dan mengenakan untuk Janet.Janet melihat dirinya dalam cermin dan benar-benar sangat menyukainya.Dia juga seorang desainer, tentu saja bisa melihat teknik pembuatan kalung ini tidak sederhana. Hal yang terpenting adalah saat ini kalung ini seperti melambangkan perpisahan dia dengan masa lalu, bukan lagi gadis miskin yang tinggal di area kumuh dan setiap hari harus bekerja untuk orang lain.Dia bahkan berhasil merebutnya dari Lydia, dia juga bisa memiliki semua ini.Ini adalah permulaan, sebuah permulaan yang baru dan cemerlang ....Janet menikmati dirinya di depan cermin dengan serius, lalu menoleh ke a
Setelah mendengar itu, Lydia mengangkat alis mata dan menoleh ke arah Janet sambil tersenyum setengah.Senyuman pada wajah Janet sontak memaku dan menoleh ke arah nyonya tua di samping secara refleks. Dia merasa kurang nyaman dan agak menantikannya.Jika dibandingkan, ekspresi Nyonya Besar Eva jauh lebih tenang. Dia hanya menoleh ke arah Janet sambil berkata dengan lembut, "Benar kata Nona Lydia, mesti mengakui kekalahan. Kalau nggak mampu menandingi, kita hanya bisa mengalah."Janet tidak terpikir bahwa Nyonya Besar Eva akan memberikan jawaban ini kepadanya. Dia menatap lekat pada Tanaya dengan mata yang merah, "Apa yang telah kamu lakukan?"Tanaya menyunggingkan tatapan dingin dan mengerutkan bibir, "Tiada komentar."Janet mengepalkan tangan dengan kejam. Kenapa tidak terpikir bahwa Tanaya benar-benar dapat melakukannya? Akan tetapi, bagaimana dia melakukannya? Ternyata dapat membuang muka Nyonya Besar Eva."Ck, kelihatannya ada orang yang ditakdirkan keinginannya nggak terkabul." Ly
Lydia meraba hidungnya, "Kenapa kamu tahu?"Siapa tahu betapa marahnya dia pada saat itu. Jika bukan karena takut melibatkan Tanaya, dia pasti akan menghancurkan kalung itu.Lapang dada? Maaf, tiada istilah seperti itu di Lydia.Dia menginginkannya, 'kan?Jika tidak dapat, Lydia akan menghancurkannya!Pokoknya, jangan berharap untuk merebut barang di sini!...Keesokan paginya, Tanaya membawa barang-barangnya pulang ke Keluarga Mauel, terutama setumpuk sketsa desain yang tebal.Saat dia tiba, hanya ada Nyonya Martha dan Vera yang berada di rumah.Saat melihat dia memindahkan barang, Nyonya Martha segera memanggil pembantu untuk membantunya, "Kenapa masih bengong? Cepat bantu Naya memindahkan barang.""Nggak apa-apa Nenek, ini adalah sketsa desain, aku memang nggak tenang untuk menyerahkannya kepada orang lain, jadi aku pindahkan sendiri," jelas Tanaya dengan suara lembut.Saat mendengar itu, Vera yang duduk di sofa sambil bermain game jari tangannya agak bergetar. Saat Tanaya membalikk
Selama beberapa hari, Tanaya tinggal di Keluarga Mauel. Selain mengerjakan desain, Tanaya juga sibuk membuat masalah untuk Vera.Malam hari ini.Saat makan malam keluarga, Tuan Besar Arya memandang Tanaya dan berkata dengan hangat, "Naya, bagaimana desainnya?"Seolah-olah sudah menduga pertanyaan itu, Tanaya menyerahkan kertas sketsa itu pada Tuan Besar Arya. "Ini ide awalku, dasarnya sudah selesai. Aku juga sudah mulai membuat desain detail di laptop."Bagaimanapun, Tuan Besar Arya memiliki latar belakang arsitektur. Dia tidak terburu-buru untuk makan, tetapi dengan cermat melihat gambar desain Tanaya."Bagus! Bagus, bagus sekali!"Beberapa saat kemudian, Tuan Besar Arya memuji dengan keras.Harus diakui bahwa Tanaya sangat berbakat dalam desain arsitektur. Meskipun sudah berkecimpung di industri ini selama bertahun-tahun, Tuan Besar Arya tetap merasa bahwa desainnya ditujukan langsung ke hati orang-orang dan selalu membuat orang merasa nyaman."Kakek, terlalu memujiku," kata Tanaya s
Nelia membujuk dengan suara lembut, juga merasa akhir-akhir ini posisi Tanaya di Keluarga Mauel makin meninggi.Setelah Nelia membujuknya beberapa saat, Vera akhirnya tenang.Namun, ketika Nelia pergi, Vera berpikir bahwa alasan mereka begitu tertarik pada Tanaya hanyalah karena proyek Taman Roseyard.Jika Tanaya gagal dengan proyek ini, bukankah mereka nggak akan menyukainya lagi? Mereka bahkan mungkin berpikir bahwa Tanaya lebih sering gagal daripada berhasil!Begitu ide ini muncul, ide ini dengan cepat berkembang pesat di benaknya.Vera langsung memikirkan tumpukan tebal rancangan desain di tangan Tanaya di atas meja makan barusan, matanya berbinar karena kegembiraan.Proyek Taman Roseyard mencakup area yang luas, sehingga perencanaan secara keseluruhan tidaklah mudah.Naskah desain sangat penting bagi setiap desainer, karena sering kali mereka mencatat data detail paling orisinal dan rencana perubahan, bahkan menyertakan banyak inspirasi desain yang hanya dapat dipahami oleh desain