"Nanti Shanaz akan jelaskan kalau ayah sudah pulang saja ya Bu. Biar tidak 2 kali menjelaskan," jawab Shanaz. Ibunya hanya menjawab dengan anggukan.Shanaz merasa tak enak hati. Dia kemudian meraih telapak tangannya dan menggenggam jemari tangan ibunya dengan erat. "Ibu tidak keberatan kan?" tanya Shanaz ragu.Farida tersenyum. Membuat keraguan Shanaz seketika menghilang. "Tidak apa-apa. Kamu benar. Kita tunggu ayah ya." Keduanya lalu bersitatap dan tersenyum bersama."Kamu mau minum apa?" tanya Farida."Astaga. Kenapa Ibu memperlakukan Shanaz seperti tamu seperti ini?" Shanaz terkekeh. "Shanaz bisa membuat minuman untuk diri Shanaz sendiri," lanjutnya."Kalau begitu ayo kita ke dapur dan membuat minuman untuk kita berdua," ajak Farida.Shanaz mengangguk pertanda setuju. "Ayo Bu," sahutnya. "Kita sekalian buat cemilan juga," lanjutnya."Hmm. Ibu juga rindu cemilan buatanmu," ucap Farida. Ia kemudian mereka berdua bangkit dari tempat duduknya dan masuk ke dapur.Dengan terampil Shanaz
"Iya Tuan Fernando? Ada yang Anda butuhkan?" tanya Shanaz saat sambungan teleponnya sudah terhubung dengan Fernando."Lita sudah pulang belum?" Di ujung telepon Fernando bertanya balik.Shanaz menepuk jidatnya sendiri. Mana dia tahu Lita sudah pulang atau belum. Dia kan saat ini tidak ada di rumah. Tak mau salah langkah, Shanaz lebih memilih untuk berkata jika dirinya sedang tak ada di rumah saat ini. Namun tak sepenuhnya dia berkata jujur tentang keberadaannya saat ini."Maaf Tuan Fernando. "Maaf Tuan Fernando. Tapi saat ini saya sedang tidak ada di rumah," beber Shanaz."Lantas kamu di mana?" tanya Fernando di ujung telepon."Saya sedang ke minimarket Tuan. Untuk membeli keperluan pribadi saya kebetulan habis," jawab Shanaz. "Oh, ya sudah kalau begitu," pungkas Fernando mengakhiri sambungan teleponnya.Shanaz mematikan ponselnya. Lalu memasukkannya ke dalam tas miliknya. Ayah dan ibunya menatap ke arahnya dengan raut wajah penuh pertanyaan."Apa yang dia katakan?" tanya ayah Shana
Seperti yang sudah Yuni katakan tadi. Ia saat ini tengah sibuk dengan urusan yang berkaitan dengan pakaian Felicia. Sementara Shanaz bermain dengan Felicia. Shanaz sebenarnya kasihan melihat wajah bayi tersebut. Terdapat luka yang dibalut perban. Tapi mau bagaimana lagi. Kenny hanyalah bayi yang belum tahu apa-apa.Ketika melihat ponsel Yuni yang tergeletak di atas kasur. Shanaz berpikir keras bagaimana caranya bisa meminjam benda pipih itu dan mencari informasi di dalamnya.Tak lama Shanaz mendapatkan ide. Demi meminjam ponsel Yuni, Shanaz beralasan ingin berbelanja online dengan gratis ongkir. "Bibi Yuni. Bisakah aku pinjam ponsel Bibi sebentar?" pinta Shanaz."Untuk apa?" tanya Yuni penasaran."Itu. Aku ingin belanja online. Tapi sepertinya karena sudah terlalu sering, jadi ongkos kirimnya sudah terlalu mahal. Mungkin lewat ponsel Bibi, aku bisa mendapatkan gratis ongkir," jawab Shanaz tertawa canggung.Yuni tak keberatan. Dia langsung mengiyakan permintaan dari Syahnaz. "Oh, jad
Shanaz tertawa kecil. Dia masih tak mengerti dengan penjelasan Dafa yang bernada ambigu itu. "Maksud kamu?" tanyanya. "Aku tidak mengerti," lanjutnya.Sebelum menjawab Dafa menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskan perlahan. "Aku dulu mempunyai kakak perempuan. Ibu memberi nama Lisa. Karena kakakku berasal dari hubungan gelap ibuku, jadi Ibu menitipkan kakak di sebuah panti asuhan. Namun Ibu selalu memantau tumbuh kembangnya," jelasnya panjang lebar. Akan tetapi belum selesai sampai di sana. Shanaz masih diam dan menunggu Dafa menyelesaikan penjelasannya."Lalu kakakku mengalami kecelakaan dan meninggal. Tapi ibukku tak bisa menerima keputusan itu," lanjut Dafa mengakhiri ceritanya. Raut wajahnya berubah,. Ia tersenyum pilu. "Lantas kenapa wanita itu yang dianggap sebagai anak Tante Virna yang sudah meninggal?" tanya Shanaz tak mengerti. "Di mana Tante Virna menemukan wanita itu?" "Ketika ibuku lewat di sebuah sungai. Ia tidak sengaja melihat seperti ada orang yang tenggelam.
Mendengar perdebatan antara satpam dan ayahnya. Hal pertama yang Shanaz lakukan adalah mencari keberadaan Fernando. Lelaki itu sedang berada di kamarnya. Shanaz mengetuk pintu kamarnya.Tak lama Fernando membuka pintu. "Ada apa?" tanyanya penasaran."Di luar ada seorang pria paruh baya sedang mencari Anda, Tuan Fernando," jawab Shanaz. Ia berpura-pura polos dan seakan tak tahu apa-apa."Siapa?" tanya Fernando menelengkan kepalanya. Dia tak merasa membuat janji dengan siapapun hari ini. Jadi siapa orang yang ingin menemuinya malam-malam begini?"Soal itu saya juga tidak tahu Tuan. Saya hanya melihatnya dari jendela saja," jawab Shanaz.Tanpa membuang waktu Fernando berjalan menuju ke halaman rumahnya. Dia membuka pintu dengan emosi, karena ingin mengecek sendiri siapa yang datang. Langkahnya semakin dipercepat. Namun saat sudah hampir dekat, Fernando menghentikan sejenak langkahnya. Dia terpaku saat melihat ayah Shanaz yang ternyata ada di balik pintu gerbang."Mau apa dia ke sini mala
Saat ayahnya sudah tak terlihat lagi bayangannya, Shanaz segera masuk. Ia membujuk agar Fernando tak bersikap gegabah dalam masalah ini. "Maaf Tuan, saya datang karena kaget mendengar teriakkan Anda tadi," ucapnya dengan raut wajah takut.Fernando masih sibuk mengatur napasnya yang berantakan. Ia menatap tajam ke arah Shanaz. Saat Shanaz menoleh ke belakang, dia melihat Yuni yang datang menghampiri mereka dengan menggendong Kenny dan Felicia. Dia juga kaget mendengar suara Fernando yang menggelegar. "Apa yang terjadi Tuan?" Shanaz membulatkan matanya. Dia tak ingin Yuni tahu apa yang terjadi. Ia kemudian menutupinya dengan kebohongan. "Tidak apa-apa Bi. Tuan Fernando hanya mencari Nyonya Lita saja tadi. Tapi karena belum pulang jadi Tuan Fernando marah."Fernando mengerutkan keningnya, lalu memiringkan kepalanya. Tak mengerti mengapa Shanaz harus berbohong tentang masalah ini. Beruntung Kenny menangis, jadi Yuni tak terlalu memperhatikan. Karena tak mau disalahkan jadi Yuni memilih u
"Apa yang kamu katakan ada benarnya. Terimakasih atas saran yang kamu berikan tadi ya," ucap Fernando kepada Shanaz. Ia seperti mendapatkan pencerahan. Meskipun hatinya memendam rasa sakit. Fernando benar-benar kecewa karena merasa ditipu oleh istrinya sendiri.Sementara itu Shanaz merasa lega karena Fernando mempercayai ucapannya. Tepatnya masuk ke dalam permainan yang ia ciptakan. "Sama-sama Tuan," sahut Shanaz. "Saya hanya tidak tega melihat suami sebaik Tuan dibohongi seperti itu oleh Nyonya Lita," lanjut Shanaz yang sengaja memberi bumbu-bumbu agar Fernando semakin disulut api amarah.Fernando merasa terenyuh dengan ucapan Shanaz. Lalu ia teringat kembali dengan kesalahan yang dibuat oleh istrinya. Lelaki itu kemudian tertawa hampa. "Aku tak mengerti mengapa Lita sampai hati melakukan kebohongan ini kepadaku?" tanya Fernando tak mengerti.Soal ini Shanaz juga tak tahu apa alasan Lita sampai menukar bayinya dengan bayi Yuni. "Saya juga tidak tahu Tuan," sahutnya. "Tuan akan menget
"Maaf jika kedatangan saya menganggu Tuan Fernando. Tapi saya hhanya menjalankan amanah dari Nyonya Lita, Tuan," jawab Yuni."Amanah apa? Dia menyuruhmu apa?" cecar Fernando bertanya balik."Nyonya Lita kemarin berpesan kepada saya, supaya dibangunkan pagi-pagi Tuan. Karena mau mengantar Tuan Muda untuk vaksin," jawab Yuni.Fernando berdecap. Tak percaya begitu saja dengan niatan istrinya. Dia adalah tipe wanita yang akan pergi jika hal itu menguntungkan dirinya. "Sejak kapan dia peduli dengan anaknya?" ledek Fernando ."Dia masih tidur. Lihat itu," tunjuk Fernando. Dia bahkan menggeser badannya agar Yuni dapat melihat Lita yang masih pulas. Yuni mengangguk ragu. Dan senyumnya terlihat begitu canggung. Ia yang hanya melihat saja malu sendiri akan hal itu."Kalau dia peduli dengan anaknya, dia tidak akan pulang menjelang dini hari. Dia tak akan kuat tidur dengan waktu yang sedikit seperti itu jadi tidak perlu membangunkannya," tolak Fernando. "Lebih baik kamu cari Nabila untuk ikut de