Share

44. Perhatian yang Berlebihan

Tanjung mendudukkan Serina di kursi kayu, tepat di depan meja di mana ia meletakkan kantong makan malam mereka. Dengan telaten lelaki itu membuka dan menatanya di atas meja.

Nasi goreng yang mengepul langsung menyambut Serina. Tanjung mengeluarkan banyak bungkusan dan kotak makan di hadapannya. Berbagai makanan pinggir jalan menyapu pandangan Serina.

“Ini yang belum sempat kau makan tadi pagi. Maaf soal yang tadi, makananmu tumpah semua.”

Rasa senang merebak di hati Serina. Ia merindukan makanan jalanan yang seperti ini. Maka, ia mendongak, memberikan senyum tanda terima kasihnya pada Tanjung.

Tanjung terpaku. Ada rasa panas yang tiba-tiba merambat di dadanya. Senyuman itu terasa tulus, tanpa kelicikan dan rencana misterius, tapi terlihat sangat cantik.

Tanjung berdeham. Rasa gugup mendadak menyerangnya. “Kau bisa makan?”

“Tentu saja, aku bisa pakai tangan kiri.”

Serina menunduk untuk memasukkan satu suapan ke mulutnya. Tanjung memperhatikan rambut panjang Serina yang terjatuh di b
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status