All Chapters of GUTEN TAG, MOMMY!: Chapter 21 - Chapter 30
86 Chapters
Kapitel 21 : Perubahan Rara
Aku hanya diam, karena kesalahan yang aku perbuat. Gerald juga diam, sepanjang perjalanan. Mungkin kami sama-sama menyadari apa yang terjadi, dan menyadari sifat kekanakan yang telah kami perbuat.aku menunggu, agar Gerald meledak dan aku siap menangkisnya. Aku harus tegas dengan hubunganku sekarang. Tidak ada kata labil, dan tidak tega. Karena semua itu merusak hubunganku dan berdampak pada diriku sendiri.Aku lelah dengan hidupku. Apalagi orang-orang di sekitarku, yang selalu menganggapku sepeleh dan beranggapan aku tidak bisa berbuat apa-apa, dan aku selalu mengambil keputusan yang salah. Persetan dengan orang-orang. Mulai sekarang, aku akan menfokuskan hubunganku dengan suami.Aku menyandarkan kepalaku di dashboard dan menoleh ke arah Gerald. Ok, aku sudah gila, aku membayangkan suamiku Justin Bieber. Sadarlah Rara
Read more
Kapitel 22 : Istri Tak Guna!
"Gerald apa ini?" Teriakku heboh. Napasku memburu, aku berbalik pada Gerald yang begitu santai berdiri, menyandarkan punggungnya ke tembok, dengan tangan di depan dada. Ia ingin menunjukan ini semua, agar membuatku terkesan. Sayangnya, tidak sama sekali.Ruang tamu kami yang tidak seberapa itu, tidak terlihat lagi. Ditutupi oleh barang-barang baru dan aneh. Kulihat ada ranjang bayi, baju bayi, pernak-pernik bayi, alat mandi bayi, sabun dan kawan-kawannya beserta semua kebutuhan bayi. Waoh. Entah ini disebut kejutan atau pemborosan? Dan aku tidak terkesan sama sekali. Aku jahat? Entahlah. Aku  tidak tersentuh sedikit pun, Gerald melakukan pemborosan. Kebutuhan bayi itu, belanja seperlunya, karena perkembangan bayi itu cepat sekali pertumbuhannya. Bahkan, pakaian saja ia bisa sekali pakai dan selanjutnya tidak terpakai lagi, seharusnya Gerald membeli seperlunya saja, bukan memborong satu toko.
Read more
Kapitel 23 : Kado Natal
Satu hari sebelum Natal. Aku harus membeli kado, karena nanti malam akan ada pertukaran kado. Bukan mau merayakan Natal, tapi lebih ke tradisi. Selama hidupku aku tidak pernah merayakan Natal itu seperti apa. Di sepanjang jalan, pohon Natal sudah dihias sedemikian rupa. Dan setiap rumah sudah bertengger pohon Natal. Jadi kami akan bertukar kado di rumah oma di Hessen. Anggap saja sedang lebaran di rumah oma.Yang buat aku bingung, kado apa? Aku harus membelikan Gerald kado apa? Oma apalagi. Dan aku sama sekali, buta referensi kado buat oma. Aku tak tahu, oma sukanya apa. Ah, apa saja di mataku cantik, aku beli saja. Gerald? Kurasa, aku belikan dia satu pack kondom dia pasti tidak keberatan. Tapi kondom buat apa? Kami tak pernah lagi, bermain menggunakan kondom. Bisa jadi, dia memakai kondom di luar sana. Duh, jangan
Read more
Kapitel 24 : Pindah Kewarganegaraan
"Jadi, kamu anggap aku apa? Kenapa kamu sering melakukan apa-apa tanpa aku mengetahuinya?"Menangis? ya aku sedang menangis. Emosiku memuncak, aku tahu Gerald suka melakukan sesuatu dengan tiba-tiba. Tapi, tidak dengan perubahan rencana masa depannya.  Kenapa ia tak mau mendiskusikan semuanya denganku terlebih dahulu? Sebenarnya aku ingin dianggap apa? Kenapa ia harus memilih warga negara Jerman, jika ia sudah menikah dan akan punya anak. Kenapa harus egois? Jika dia memikirkanku, ia pasti tidak akan memilih warga negara Jerman. Argh... manusia laknat ini, selalu membuat kepalaku pusing. Hatiku merasa sakit, dan bahkan merasa seperti dikhianati. Gerald sialan. Aku makin terisak, tak mengerti lagi dengan jalan pikirannya. "Aku memang nggak pernah berguna jadi istri. Jadi, memang kamu nggak perlu kasih tah
Read more
Kapitel 25 : Maniak Gerald
Aku masih uring-uringan. Dan Gerald dengan laknatnya malah keluar kamar dan bergabung dengan keluarganya, untuk membuka kado. Suami yang luar biasa. Suami langka, dengan sifat yang langka pula.Otomatis, jika Gerald ingin pulang ke Indonesia, dia harus mengurus pasport dan urusan dokumen ribet lainnya. Atau jangan-jangan dia berencana tak pernah pulang lagi? Bagaimana dengan aku? Aku Indonesia. Warga Indonesia. Walau Gerald mempunyai kewarganegaraan ganda, dia tetap harus punya dua pasport. Tapi apa pilihan Gerald sudah tepat? Begini ribetnya, mempunyai suami bule, dan suami yang mikir tekaknya sendiri.Argh.... Aku menggigit bantal dengan gemas. Maunya menggigit suami. Biar berdarah. Sesekali aku perlu menggigit Gerald, agar memberinya pelajaran. Dia memang super menyebalkan. Entah
Read more
Kapitel 26 : Keguguran, Lagi?
Aku melihat, biola berbalik, dan kentara rasa kecewa di matanya. Apa salah, jika aku mencium suami sendiri? Apa aku tak boleh bermanja-manja dengan suamiku? Memikirkan ini, kurasa Biola ingin mendapat ciuman manja dariku. Aku meloncat dari pangkuan Gerald. Kembali ke ruang tengah, para keluarga bule berkumpul."Biola mana?" tanyaku, ketika keluarga Gerald tertawa, dan memegang masing-masing anggur ri tangan mereka."Biola? Oma nggak punya biola." tanya oma heran.  Keceplosan. Aku menutup mulutku dan menggeleng. Bisa-bisanya keceplosan sebut nama orangm nanti dikira, aku manusia tak sopan. Walau begitu kenyataan. Aku ingin menjaga image terbaik di hadapan mertua, mereka begiti baik padaku, peduli padaku."Kalau Winola mana?" Baru pertama kali, aku menyebut nama wanita gila ini. Beruntung aku masih mengingat namanya. Karena ku mengingat lagi ke belakang. Biola-Viola-Winola. Yeah, all correct. C
Read more
Kapitel 27 : Süsser Gila!
Aku tidak pasti bangun jam berapa, tapi perutku meraung minta makan.Aku berusaha bangun, dan merasa-rasa apakah perutku masih terasa sakit. Syukurnya tidak.Untung saja, aku bukan orang yang pendendam. Jika tidak, sudah kupastikan akan menjambak rambut biola saiko sampai botak. Apalagi terjadi apa-apa terhadap anakku. Aku akan menjadi seperti induk ayam yang galak, ketika menjaga anak-anaknya. Aku akan menyerunduknya menggunakan apapun yang aku bisa.Aku menurunkan kakiku dari ranjang dan berusaha berdiri, bokongku luar biasa sakit. Bokongku tidak bengkak bukan? Aku belum pernah mendengar kasus bokong bengkak. Rasanya bokongku luar biasa sakit. Jangan-jangan aku tidak bisa jalan?Aku berdiri dan menutup mataku, menimbang harus jalan atau kembali berbaring. Perutku makin berbunyi.
Read more
Kapitel 28 : Kissing Under Fireworks
Tahun baru.. malamnya.Begitu antusiasme orang Jerman mau menyambut tahun baru. Meski, di Indonesia juga sama. Tapi, tidak seheboh dan semeriah di sini.Terlalu banyak tradisi warga Jerman menyambut tahun baru. Tapi, aku malas untuk mengikuti tradisinya. Aku hanya ingin, melihat kembang api, setelah itu membuat daftar yang akan kujalani di tahun berikutnya. Karena, tahun berikutnya, aku akan mengemban, tanggung jawab yang sangat besar menjadi seorang ibu. Semoga, aku bisa menjadi ibu yang bertanggung jawab terhadap anakku dan tidak lupa melimpahkan kasih sayang terhadap anakku. Aku akan memastikan anakku tidak kekurangan satu apapun, apalagi menyangkut kasih sayang.Sakit di bokongku, masih sedikit kurasakan. Walau pada saat digarap sakit itu hilang sekejap, setelah selesai sakit itu kembali.
Read more
Kapitel 29 : Ayo! Kita... Pisah!
Memasuki bulan ke 7 kehamilan. Dua bulan lagi, dan aku benar-benar akan menjadi seorang ibu. Perutku makin membesar. Karena badanku mungil, tubuhku tidak terlalu seperti domba bulat. Walau perutku membesar dan membulat. Aku juga bisa melihat, ada urat-urat kecil menjalar di sepanjang perutku. Setelah melahirkan, perutku akan mengkerut dan bervarises. Semoga, Gerald tidak ilfeel lagi dengan tubuhku. Lagian, ini sudah menjadi kodrat setiap wanita yang melahirkan. Aku berencana melahirkan normal. Berharap saja lancar. Aku sudah menantikan detik-detik melahirkan.  Hari ini jadwal pemeriksaan, sekalian mengetahui posisi bayi. Semoga, sudah pada posisi yang semestinya. Aku takut, banyak drama seperti pengelaman ibu-ibu yang lain. Apalagi ini pengelaman pertamaku, yang bisa membuat aku tak bisa berbuat banyak kecuali pasrah dengan keadaan.
Read more
Kapitel 30 : Melukai Harga Dirinya
"Ok, Rara yang mutusin duluan. Ayo kita pisah!"Detik selanjutnya, aku menyadari kebodohanku."Aku nggak mau pisah!" Aku dan Gerald, bicara bersama. Menit berikutnya, kami sama-sama menyadari dan ngakak bersama. Bisa dibilang, kami pasangan sinting. Aku memang menyadari, jika aku dan Gerald adalah pasangan tak beres, seperti yang sering Aldo sebutkan. Awalnya kukira, Aldo iri, tapi melihat kelakuan absurd kami, ternyata Aldo benar. Hm... aku merindukan cecungut satu itu.Tup!Gerald menepuk mulutku."Nih mulut, memang luar biasa. ucapan itu doa, mau nangis kejer? Mau jadi janda? Mau anak kita tak punya ayah?" tanya Gerald, bertubi-tubi. Aku hanya mengerucutkan bibirku. "Rara bercanda doang ngomongnya. Kita itu pasangan abadi, takkan berpisah selamanya.""Romeo dan Juliet?""Mau bangat, jadi pasangan itu? Hidup mereka
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status