All Chapters of Sentuhan Cinta: Chapter 71 - Chapter 80
98 Chapters
BAB 71. Sebuah Pukulan
Diruang keluarga, suasana begitu mencekam. Sarapan yang sudah disiapkan sedari tadi pagi oleh Luna, ibu dari Ririn dan juga Vanya, seperti tak ada artinya.   Itu semua akibat dari Fahri yang menarik paksa pergelengan tangan Ririn dipagi menuju ke ruang keluarga, sedangkan Ririn hanya bisa mengeluarkan air matanya saja.   Ririn sedang berlutut dilantai, dengan kedua tangan yang saling bersatu untuk meminta pengampunan dari Ayahnya.   Sedangkan Fahri, sudah hilang akal dan kendali mendengar hal gila yang keluar dari mulut putri bungsunya tersebut.   "Ayah, tanya sekali lagi. Apa benar kamu hamil!!!"    Ririn hanya bisa menganggukan kepalanya, seraya telapak tangannya mengusap air mata yang terus bercucuran.   "Ayah, tenanglah dulu." Luna yang mendekati suaminya tersebut, sambil mengusap tangan suaminya agar lebih tenang.   "Bagaimana b
Read more
BAB 72. Ancaman dan Peringatan
Ririn ingin keluar dari kamarnya, tetapi pintu kamarnya sudah terkunci. Itu semua karena ulah kakaknya tersebut.   Ririn mengkhawatirkan apa yang akan terjadi kepada Ares. Pasti Ayahnya benar-benar akan memukul Ares, sudah terlihat jelas dari raut wajah marah Ayahnya itu.   Tangannya sudah berkali-kali mengetuk pintu, agar ada kakaknya membukakan pintu untuk dirinya. Tapi itu semua hanyalah sia-sia saja.   Tubuh Ririn yang sudah lelah dan sakit akibat, pukulan yang dilakukan oleh Ayahnya kepada dirinya.   Ririn terduduk lesu di lantai dingin kamarnya, seraya berdoa agar Ares baik-baik saja dan tak lupa Ririn juga berdoa supaya Ayahnya bisa memaafkan dirinya ini.     ***   Vanya mengintip dari anak tangga atas, dirinya sangat penasaran akan apa yang terjadi kepada pria asing tersebut.   Sungguh dirinya tercengang dengan apa ya
Read more
BAB 73. Pelukan Hangat
Supir taxi ini sangat cepat sekali menjalankan mobilnya, hingga sampai ke rumah besar milik Ares, hanya membutuhkan waktu 20 menit saja untuk sampai.   "Maaf, pak. Bisa tunggu sebentar, saya akan mengambil uangnya didalam dahulu." Ririn dengan wajah memeles kepada Pak supir tersebut.   "Oke Nona."   Ririn tersenyum mendengarnya, dirinya bergegas saja masuk ke dalam rumah mewah itu. Tapi saat berada digerbang, dirinya sudah dihadang oleh pengawal.   "Saya ingih bertemu dengan Ares," ucap Ririn dengan sopan kepada pengawal yan bertubuh besar tersebut.   "Anda siapa?" pengawal tersebut menatap tubuh Ririn dari atas hingga ke bawah.   "Ririn," jawabnya.   "Anda siapanya Tuan Ares?"   Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh pengawal tersebut, membuat Ririn juga merasa bingung dengan identitas dirinya sendiri. &n
Read more
BAB 74. Pertanyaan Sepele
Pukul 8 malalm. Setelah mengantarkan kembali Ririn dengan selamat kerumahnya tersebut. Ares menjalankan mobilnya untuk bertemu dengan pria tua yang mana adalah kakeknya tersebut. Ares sudah sangat hapal sekali dengan tingkah pria tua itu, jika ingin memanggil dirinya. Pasti ada yang ingin ditanyakan olehnya. Ares tak membutuhkan waktu lama, untuk sampai kerumah pria tua tersebut. Hanya membutuhkan waktu 20 menit saja, karena dirinya mengendarai mobil mahal miliknya dengan kecepatan tinggi. Pintu gerbang yang menjulang tinggi, sudah terbuka saat mobil Ares telah tiba dirumah milik kakeknya atau lebih tepatnya dengan mansion utama. Ares melirik sekilas kearah mobil yang mengikuti dirinya dari belakang, orang yang mengikuti adalah Roy. Pria itu selalu saja mengikuti diirnya jika sudah berhubungan dengan kakek tua dan anaknya itu. Ares tak protes atau komen dengan apa yang dilakukan
Read more
BAB 75. Segeralah Menikah!!
Pukul 8 pagi hari. Ririn yang sudah siap akan bekerja lagi, dirinnya sudah bolos kemarin, akibat ulah Vanya yang menyebalkan tersebut. Ririn sangat yakin betul, kalu Vanya adalah pelaku atas kejadian kemarin.   Dirinya ingin sekali marah dan mengamuk, tapi ia tak ingin mencari gara-gara kembali dan membuat kedua orang tuanya merasa khawatir.   Sudah cukup dirinya membuat masalah dan Ririn tak ingin menambah kembali masalah lagi. Hari ini Ririn hanya bisa berharap, semoga saja Ayahnya sudah ingin bicara kembali kepada dirinya dan bisa memaafkan segala kesalahannya.   "Semoga kamu bisa melewati hari ini," ucap Ririn seraya melihat dirinya sendiri dipantulan cermin kamarnya.   Ririn keluar dari kamarnya. Menuruni anak tangga yang akan membawanya ke lantai 1. Jantungnya masih saja berdegup kencang, karena merasa takut dengan Ayahnya.   Saat dirinya sudah menginjakan kaki di lantai 1.
Read more
BAB 76. Salam Kenal Aunty.
Ririn tersenyum senang karena Ares membawanya kesebuah desa yang cantik, indah dan sejuk. Tapi sangat disayangkan desa ini angat pelosok, hingga tak ada jaringan.   Tangannya digenggam dengan erat oleh Ares, yang berada didepan dirinya. Sedangkan Roy, si pria berisik itu berada disampingnya, sambil terus tersenyum kepadanya.   "Ares, apa sudah sampai?" tanya Ririn, yang sudah mulai lelah karena harus menaki bukit.   "Mau aku gendong?" tanya Ares yang menatap wanita hamil ini.   "Tidak perlu."   Ririn menaiki anak tangga satu persatu, dengan perlahan-lahan karena dirinya sedang hamil. Ririn tak lagi bersuara, karena tak ingin semakin lelah.   Brugh.   Ririn tanpa sengaja menabrak punggung kekar Ares. "Kenapa berhenti?" tanya Ririn sambil mengusap dahinya.   "Sudah sampai."  
Read more
BAB 77. Rumah Sakit
Pukul 12 siang hari. matahari yang sudah sangat terik sekali. Bukannya kembali ke rumah. Tapi Ares malah membawanya ke tempat yang tak terduga. "Rumah sakit?" Selepas kembali dari tempat makam ibunya Ares. Tiba-tiba saja pria menyebalkan ini membawanya ke rumah sakit.  Ririn tak bisa menebak didalam pikiran pria itu yang sellau saja tiba-tiba. Bahkan Ririn sudah bertanya berkali-kali di dalam mobil, alasan dibalik dirinya yang dibawa ke makam ibunya itu, tanpa memberitahu lebih dahulu.  Tapi Ares hanya diam saja dan tak menanggapi ucapannya. Membuatnya semakin kesal akan tingkah Ares yang selalu saja berubah-ubah. "Kenapa ke rumah sakit?" bingung Ririn seraya melihat ke arah Ares. Tapi bukan jawaban yang dirinya dapatkan, melainkan pria itu hanya diam saja dan malah menarik perngelangan tangan Ririn dan membawanya ke dalam rumah sakt, yang mana meru
Read more
BAB 78. Makan Malam Bersama
Pukul 8 malam hari. Ririn yang masih berada didalam kamarnya, memadanggi dirinya sendiri dipantulan cermin. Ririn sudah menyiapkan mentalnya untuk mneghadapi Miko. Ririn sangat yakin alasan dibalik makan malam ini adalah dirinya yang harus minta maaf kepada Miko. Tak masalah Ririn harus meminta maaf, daripada nanti kedepannya malah semakin rumit. Lebih baik dirinya saja yang disalahkan. Padahal yang sebenarnya dirinya tak bersalah, seharusnya Miko dan kakaknya itu yang meminya maaf kepada dirinya. Ririn menghela nafasnya, saat dirinya terus saja mengingat hal yang dilakukan kakaknya dan Miko dibelakang dirinya. Ririn mengelengkan kepalanya, agar dirinya menghentikan memikirkan hal yang tak perlu dipikirkan lagi. Ting. Ponselnya menyala dan ia melihat notifikasi masuk dari Ares. Bibirnya sontak saja tersenyum saat pria itu mengirimkan pesan kepadanya.&
Read more
BAB 79. Kita Bersama Kembali
"Minumlah hingga banyak, agar membuatnya cepat hilang dan kau tak terikat kembali dengan pria itu." Miko tersenum puas melihat Ririn meminum-minuman yang Vanya buat, yang mana sudah ia campur dengan bubuk magic yang akan membawanya kembali bersama dengan Ririn.   Ririn terus saja melirik ke arah jam, ia sangat takut jika Ares belum juga datang. Pria itu memang sudah berani membuatnya begitu cemas.   Hingga suara pintu rumahnya terbuka dan menampikan sosok yang ia sudah tunggu-tunggu. Sontak saja bibirnya tersenyum senang dan pasti hatinya sudah sangat lega, disaat Ares berjalan mendekati meja makan.   "Maaf, Om dan Aunty saya terlambat."   "Hanya terlambat sedikit saja. Duduklah nak, pasti kamu lelah habis kerja langsung datang kerumah ini," ucap Luna.   "Duduklah," perintah Fahri yang melihat Ares akhirnya datang juga, padahal ia sudah akan berburuk sangka jika pria itu tak juga
Read more
BAB 80. Rumah Sakit
Ares terdiam saja seraya melihat kedua orang tua dari Ririn yang menunjukan wajah cemas dan khawatir tentang keadaan anaknya yang berada didalam ruang UGD. Luna mendekati yang berada didekat pintu ruang UGD. "Ares, Ririn dan bayinya akan baik-baik saja bukan?"  "Tentu saja," jawab Ares. "Kenapa ini bisa terjadi?" kali ini Fahri, Ayah Ririn yang bertanya kepada Ares. "Kita tunggu saja, apa yang akan dikatakan dokter," sahut Ares dengan raut wajah yang masih tenang sekali. "Ares." Ares menoleh saat mendengar namanya disebutkan. Adik bodohnya itu yang memanggil namanya. "Saya permisi dahulu," ucap ARes kepada kedua orang tua Ririn. Pandangan mata Ares berubah tajam menatap adiknya yang sudah dirinya tunggu kedatangannya itu. "Ikutlah," kata Ares dengan suara yang tegas dan menakutkan.&nb
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status