Semua Bab Obsesi Terlarang: Bab 121 - Bab 130
162 Bab
Menjemput Tujuannya
Sudah dikatakan kalau alam tengah berkonspirasi, bagaimana takdir tak hanya menghampiri Kejora, melainkan datang dengan sukarela kepada Andromeda. Mengingat bagaimana pria itu sudah buntu mencari Kejora. Satu kabar yang terendus oleh tangan kanannya membuat Andromeda segera bersiap.   “Apa katamu?” tanyanya kembali. “Nona Kejora, barangkali ada di tempat tinggal Kania.” Bodoh sekali! Andromeda memaki dirinya sendiri. Dia tak pernah berpikir kalau Kejora akan berada di tempat Kania. Namun, tempat itu satu-satunya yang memang menjadi tujuan Kejora. “Siapkan mobilku!” perintah Andromeda. Dia sibuk berganti pakaian dan bersiap, malam itu juga. Tapi rupanya Andromeda seolah-olah dihalangi dengan kedatangan Rega yang tiba-tiba bertamu malam-malam.   “Kau benar-benar menggangguku!” keluh Andromeda yang terus melihat arloji di pergelangan tangannya. Sama sekali mengabaikan kehadiran rega. “Ada yang aku
Baca selengkapnya
Dua Kutub Berlawanan
“Apa Kejora akan baik-baik saja?” Kania bertanya kesekian kalinya, usai mengantar Kejora dan Andromeda ke unit Kania, kembali Adam dan Kania keluar dari unit bersama dengan Heru.“Bagaimana menurutmu? Kau bawahannya Andro bukan?” Adam mengalihkan pandangannya, menatap Heru yang diam seperti patung, tak ada suara dan tak ada pergerakan sama sekali dari pria itu.“Pak Andro tidak akan menyakiti Nona,” ujarnya masih dengan nada datar. Mendadak Kania memicing, dia tak suka dengan bagaimana cara Heru menjawab pertanyaan Adam. “Tidak bosnya tidak anak buahnya sama saja,” ketusnya.Adam hanya bisa menunggu. Dia paham kekhawatiran Kania saat ini, sama seperti dirinya yang juga merasa khawatir dengan keadaan Kejora. Sedangkan Andromeda dan Kejora masih sama-sama tak ada yang buka suara. Keduanya masih saja diam membisu, memikirkan banyak hal yang ingin dibicarakan tetapi tak tahu ba
Baca selengkapnya
Kelam
Andromeda masih berada dalam mabuknya, usai dirinya memaksakan kehendaknya pada Kejora namun berujung dia yang mengalah. Jelas-jelas kelemahannya saat ini adalah Kejora, tapi dia malah berusaha menaklukkan kelemahannya sendiri.Dia tak hanya ingin Kejora berada di dalam kehidupannya tetapi juga dia ingin wanita itu menerima rasa cintanya.Heru, tangan kanannya yang diam-diam mengikuti Andromeda hanya mengawasi dari jauh apa yang sedang dilakukan oleh atasannya itu.Sudah dua jam Andromeda duduk sambil menenggak minuman beralkohol yang dipesannya. Saat bartender akan kembali menuangkannya pada sloki milik Andromeda, Heru sudah mengambilnya.“Tidak usah, berapa jumlahnya?” tanya Heru sambil mengeluarkan kartu debit yang dibawanya. Dia tak masalah dengan harga yang disebutkan oleh bartender yang ada di hadapannya saat ini. Dia memapah Andromeda yang sudah kehilangan kesadarannya, berkali pria itu meracau namun memang dirinya
Baca selengkapnya
Usul Gila
Saat itulah Andromeda merasa bersalah, menyakiti Heru yang hanya ingin menyelamatkannya malam itu. Dia melepaskan pisaunya, membiarkan Heru menutupi luka di telapak tangannya.Darah yang menetes membuat Andromeda mual seketika. Namun, hatinya merasa begitu bersalah.“Kenapa kamu memintaku melukaimu?” tanyanya masih tak memahami situasi saat ini.“Agar kamu paham apa yang terjadi semalam.”Jawaban yang dingin didapatkan oleh Andromeda,tak hanya dingin tapi ambigu.“Kau hampir dilukai oleh orang lain, bodoh!” Kembali Heru menjelaskannya.Andromeda termangu, kenapa dirinya malah diselamatkan? Bukankah akan lebih baik jika dirinya mati? Karena rasa bersalah menguasainya membuat Andromeda mnegikuti Heru, membiarkan dirinya mendapatkan pelampiasan emosi yang tepat. Heru bukanlah pria baik-baik saat berada di London, melainkan pria dengan bisnis kotornya.Adu gulat ilegal.Andro
Baca selengkapnya
Sikap Manipulatif
Keduanya cekcok dengan pandangan masing-masing. Namun, kali ini Kejora kalah pendapat. Dia benar-benar sudah tak bisa menjawab ucapan Andromeda lagi. Dia benar-benar kalah telak.“Agama yang mana yang kamu anut? Bahkan kamu yang hidup di Eropa membuat kamu tak percaya soal agama.”Kejora diam, benar-benar kesal dengan sindiran Andromeda saat ini. Tangannya sudah mengepal di atas pangkuannya. Matanya memicing tajam pada Andromeda. Andromeda sendiri menyadari kalau memang wanita itu tengah marah padanya, dia memang berhasil mematahkan pendapat Kejora.Setidaknya dia menunjukkan sisi dominannya. Dia tak mau dikelabuhi oleh siapa pun lagi setelah masa lalunya sendiri yang membohonginya. Bahagia itu saat diperjuangkan bukan?“Apa begitu caramu mematahkan lawan-lawanmu. Kamu seharusnya tahu kalau memang ini bukan menyangkut soal kepercayaan!” desis Kejora.“Maka kamu seharusnya tahu kalau sesuatu yang ad
Baca selengkapnya
Klinik Kandungan
 Benar saja, saat Kejora tiba kembali di Bandung dengan beberapa pemaksaan darinya agar dia bisa pulang, Andromeda menunggunya. Pria itu menunggu di depan rumahnya sambil sesekali menelepon. Wajah pria itu begitu sumringah usai mendapatkan kabar dari Kejora kalau mereka akan bertemu di rumahnya.Kejora yang baru saja turun dari mobilnya mencoba menahan diri agar bersikap biasa saja. Dia tak mau diolok-olok setelah kejadian perdebatan yang memalukan.‘Hanya sampai anak ini lahir, jora,’ bisik batinnya berusaha menenangkan dirinya yang gugup.  Tak tahu kenapa dirinya memilih jalan yang berbahaya untuk mencapai kesepakatan berdua. Dia terlalu sering mengambil risiko dari pada jalan aman yang akan dia lalui. Terlalu begitu kentara bahwa dirinya bukanlah pecinta hidup damai. Andromeda berdiri, menunggu agar Kejora melangkah mendekatinya. Meskipun hatinya terlalu gembira dan seakan ingin sekali menghampi
Baca selengkapnya
Serbuan Mengguncang
Andromeda masih membeku dibuatnya. Dia masih menatap tak percaya pada selembar foto yang dicetak. Senyumnya tak luntur sedikit pun seiring dengan perasaannya yang berbunga-bunga usai keluar dari ruangan pemeriksaan.Kejora hanya diam, dia mengagumi si kecil yang kini tumbuh di dalam perutnya. Masih tak percaya dengan keberadaan makhluk yang belum bernyawa itu, namun membuat perasaannya tumbuh. Benar apa yang dikatakan Andromeda tempo lalu.Apa dia akan sanggup merenggut hak hidupnya?Memikirkannya membuat hatinya mencelos bukan main.Andromeda dan Kejora masih menunggu usai melakukan check in. Mereka menunggu jadwal keberangkatan penerbangan. Kejora mulai memantapkan hatinya, dia tak mau merebut apa yang seharusnya dimiliki oleh makhluk kecil itu. Tangannya terus saja mengelus lembut permukaan perutnya yang terhalang baju.Senyumannya mulai mengembang saat memikirkan bagaimana pertumbuhan janin dalam perutnya. Mengabaikan Andro
Baca selengkapnya
Rasa Takut
Kejora sudah tak bisa bergerak sama sekali, dadanya terasa sesak bukan main. Oksigen di sekelilingnya mendadak habis, dia tak bisa menghirupnya sama sekali. Telinganya berdengung hebat seiring dengan serbuan para wartawan.Darahnya sudah tersirap. Pias di wajahnya bahkan diabaikan oleh orang-orang yang melingkar dan menjadikannya objek saja.Dia berharap ada seseorang yang menolongnya saat ini. Gadis itu sudah tak bisa berpikir, kesadarannya sudah semakin sebelum dia mendengar sayup-sayup suara orang berteriak entah kepada siapa. “MINGGIR!” Teriakan Andromeda menggelegar. Dia tak peduli kericuhan yang terjadi. Dia hanya berusaha menggendong Kejora yang sudah pingsan saat ini dan berlari menuju klinik Bandara yang dipastikan jauh.Dia tak peduli. Dia memilih untuk melindungi Kejora terlebih dahulu. Informasi yang bocor menjadi penyebab utama. Andromeda tak bisa berpikir jernih selain membaringkan Kejora di atas ranjang dan membiar
Baca selengkapnya
Serbuan Dua Panggilan
Memang yang wanita itu butuhkan adalah sayap dari malaikat pelindungnya seperti saat ini. Sebuah kenyamanan karena terlindungi bisa dirasakannya sampai kembali terlelap. Dia tak pernah mendapatkan perlindungan nyata sebelumnya, hidup terlalu mandiri.Andromeda ikut tertidur, tubuhnya meminta diistirahatkan setelah dirinya hampir berjam-jam merasakan emosinya melanda hebat. Dia tak pernah mendapatkan seseorang yang memintanya untuk dilindungi selain Kejora saat ini.Keduanya sama-sama melengkapi dalam keadaan yang salah. Memilih untuk melindungi dan dilindungi pada akhirnya. Diam-diam Andromeda memisahkan diri dari Kejora, keluar saat melihat kedatangan Heru yang begitu tergesa-gesa memberitahukan hasil penyelidikannya.“Siapa?” Andromeda sudah tak sabar ingin menghajar orang yang sudah membuat rencana bahagianya gagal.“Nyonya besar keluarga Wijaya.”“Dasar wanita sialan!” desis Andromeda den
Baca selengkapnya
Ingin Tahu Soal Dia
“Aku tak pernah memintamu untuk menuruti apa yang aku bilang Jora, just do what your heart said.”Suara sang Ibu yang begitu menenangkan. Dia tak pernah menyangka jika sang Ibu tak memarahinya. Seharusnya Ibunya kecewa bukan? Tapi kenapa Ibunya malah tak berkata apa-apa? Dia menjadi resah sendiri.Kejora hanya bisa menangis saja. Pikirannya terdistraksi dengan keberadaan Andromeda. Alasan yang dimilikinya untuk melanjutkan pun semakin melemah. Secara tak langsung nalurinya berubah acuan menjadi semakin melenceng dari pikiran awalnya sendiri.Sungguh, dia semakin bimbang.Batinnya bergulat hebat. Membiarkan genangan air matanya terus mengalir tanpa henti. Dia masih tak bisa menghentikan emosinya untuk tak meledak-ledak saat ini. Andromeda masih saja berdiskusi panjang dengan Heru. Rasa lelah di tubuhnya kalah dengan rasa obsesinya saat ini. Dia benar-benar tak mau kehilangan sosok Kejora, bayangan gelap yang ada di dalam im
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status