All Chapters of Obsesi Terlarang: Chapter 101 - Chapter 110
162 Chapters
Keputusan Sepihak
Mendadak Mike menjadi pria paling menyebalkan dengan segala atensinya. Kejora harus menahan diri agar tak bertindak ganas ataupun menjadi begitu kesal dalam pekerjaannya yang menguras otak. Dia dan Mike sedang mengunjungi pabrik pembuat bahan-bahan dasar. Beberapa hanya menjadi distributor saja. Kejora masih saja mencoba menimang keuntungan. Karena perusahaan memintanya untuk meminimalisir modal dan meraih untung maksimal. Dia berpikir keras bukan main. “Hah … pekerjaan ini terlalu melelahkan. Rupanya menjadi admin keuangan lebih mudah,” desahnya sambil menempatkan bokongnya di atas tumpukan balok kayu. “Kalau begitu, mundur saja,” celetuk Mike yang tiba-tiba sudah berada di belakang Kejora.   Gadis itu hanya memutar matanya, merasa jengah dengan omongan Mike. Dia lebih baik mengabaikan pria itu di saat tak membicarakan soal pekerjaan. Menghindari komunikasi sebisanya agar tak menimbulkan konflik dengan Andromeda. Kekasihn
Read more
Fakta Menyakitkan
Seharusnya ada satu orang yang akan datang menghampiri Kejora, tapi ternyata menjadi lain cerita yang tak pernah Kejora tahu alasannya. Andromeda. Pria itu melangkah tegas menuju rumah sang Ayah. Dia merasa kesal karena diteror untuk menemui Ayahnya. Kenapa Kelvin bersikeras menemuinya? Membuat pekerjaan lainnya terbengkalai dan membuat dirinya harus mengabaikan Kejora kembali. Rasa bersalah menghantuinya saat dia tak bisa menemui kekasihnya seperti yang dia janjikan.   “Katakan aku datang,” serunya kepada tangan kanan sang Ayah. Wajahnya nampak datar, emosinya tersembunyi dengan baik. Dia menunggu sejenak, menunggu pria itu membolehkannya masuk. Dan benar saja, tak berselang lama dia pun melangkah ke ruang kerja milik Kelvin.   “Ada apa? Kau selalu bisa membuat pekerjaan saya terbengkalai.” Andromeda bahkan tak sudi memanggilnya Ayah. Status Ayah tersandang karena tercetak di kertas legal sebuh keluarga. “Sampai kapa
Read more
Menghindar
Andromeda memilih untuk tak menjawab. Dia sudah terlalu lelah untuk berbicara. Hanya memperhatikan Brenda yang tengah membereskan hasil amukannya, memilah laporan-laporannya kembali agar esok tak pusing dan tak dibuat rusuh. Itu saja permintaannya. Brenda hanya bisa diam, merapikan kantor milik Andromeda dan tak mencari-cari masalah. Pria itu bahkan sudah mengeluarkan sebungkus rokok yang biasa tersimpan di saku jas miliknya. Tak mempedulikan kalau ruangan ini akan bau karena asap nikotin. Dia hanya ingin menenangkan diri saja. Hanya itu.   Brenda hanya bisa menonton tingkah laku Andromeda yang terbilang frustrasi. Dia tak mendengar konflik apa lagi yang menjadi sumbernya kali ini. Tugasnya hanya memastikan Andromeda baik-baik saja dan tak berbuat ulah. Usai merapikan ruangan Andromeda, dia hanya keluar dan menunggu. Dia dibayar untuk mendampingi Andromeda, jadi sudah sepantasnya dia kali ini menunggu saja. Membiarkan Andromeda menikmati rasa gun
Read more
Rasa Frustrasi
Tangisan Kejora tumpah saat itu juga. Dia benar-benar merasa kesal, sedih, marah dan kecewa akan hubungannya. Gadis itu bahkan sudah terduduk lemah dan memikirkan bagaimana caranya agar dia berhenti menangis. Sayangnya tidak bisa. Tangan Mike perlahan terangkat, mencoba memberikan dukungan melalui tepukan lembut di punggung Kejora. Bahkan Kejora tak ragu menangis untuk seseorang. Ada rasa cemburu yang membakar, tapi dia menyadari kalau dirinya bukanlah siapa-siapa saat ini. Jadi dia harus bagaimana? Tak mungkin merebut wanita itu dari sisi Andromeda. Dia merasa marah saat melihat kalau akhirnya Kejora pun diabaikan dan dibuang seperti ini. Dia yang bahkan mencoba melepaskan susah payah kembali lemah saat melihat Kejora yang banyak tak fokus.   Kejora segera menghapus air matanya, lagi-lagi dia menunduk. Masih dengan sesenggukan, dia berujar lemah, “aku … kacau sekali ya? Hanya karena pria, malah menangis begini.” Mike mendesah, “a
Read more
Nostagila
“Ah sudahlah! Aku tak akan pulang!” teriak Andromeda yang sudah mabuk parah. Berbotol-botol jenis minuman mahal pun berserakan di meja. Sementara Rega menyaksikan bagaimana hancurnya Andromeda. Lebih parah dari saat dia menceritakan Ibunya sendiri. “Kau tahu? Dia datang, makan malam di rumah Ayahku bersama suami barunya. Aku marah, sungguh!” racau Andromeda masih dengan tangan yang memegang botol Jack Daniel entah keberapa.   Rega masih bingung bagaimana cara memulangkan Andromeda. Dia tak pernah membawa pulang pria itu ke rumah Ayahnya sementara saat kondisi mabuk. Namun, jika dibiarkan malah menjadi-jadi, bisa jadi berulah dan dia akan terseret juga. “Kau tak mau pulang Bung?” tanya Rega dengan wajah lelah. Meladeni pria itu berjam-jam saja membuatnya menjadi sama-sama stres nantinya. “Ah, kau cupu! Untuk apa pria memikirkan pulang! Aku pulang ke mana juga, tak ada rumah yang siap menerimaku hahaha!” Mende
Read more
21+ Waktu Merindu
Puas bermain-main dengan perut Kejora, tangannya perlahan meraba kaki jenjang milik Kejora. Menyelipkan tangannya di paha wanita itu, memancing gairah milik Kejora. Sampai Kejora mendongak dengan mata yang terpejam dan bibir terbuka sensual. Dia benar-benar mengejang hebat. Apa lagi di saat tangan Andromeda yang lainnya mulai bergerilya di kedua gundukan dadanya yang masih berbalut bra hitam ber-renda. Jari kasar Andromeda dirasa memainkan puncak dadanya yang semakin menegang. Dia tak tahan! Andromeda sangat tahu bagaimana cara mempermainkan kelemahannya saat ini. Sungguh dia dipastikan akan memohon untuk dipuaskan dengan segera.   Sesuatu yang sangat terjadi adalah saat di mana dirinya malah semakin terbakar dan merasakan haus luar biasa meminta untuk dituntaskan saat ini. Andromeda perlahan merangkak ke atas tubuh Kejora dan dirinya mulai menindih wanita kesayangannya itu. Jantung Kejora berdenyut hebat. Dia menun
Read more
Ajakan Dinner
Andromeda hanya bisa memandangi pemandangan Ibu Kota yang begitu dipenuhi udara bercampur polusi. Di dalam otaknya tidak ada sama sekali pemikiran lain, selain dengan penyesalannya saat ini. Yang dia pikirkan adalah apa yang semalam dia lakukan terhadap Kejora. Kesalahan, tetapi dia merasakan tubuhnya semakin mendamba. Dia harus bagaimana sekarang?   Heru datang ke tempat Andromeda. Sang tangan kanan itu membawa pekerjaan kantor yang dimilikinya. Menjadi berpindah tempat karena dia masih tak sanggup jika harus tiba-tiba berjumpa dengan Kejora.   “Jadi, apa maksudmu?” Andromeda masih membicarakan soal pekerjaannya yang menumpuk. “Surabaya memiliki satu lahan krusial untuk membuka salah satu cabang perusahaan. Bapak mau saya meninjaunya? Saya rasa melebarkan sayap dan memiliki perusahaan sendiri bisa memperkuat pelepasan Bapak terhadap warisan Pak Kelvin.”   Mendengar penuturan Heru, Andromeda termenung. Ya
Read more
Kembali ke Utrecht
Tanpa Kejora ketahui, kalau Andromeda memutuskan untuk menghilang. Bukan menghilang kembali, melainkan mencari kebenaran yang masih dia ragukan sampai saat ini. Pria itu bertolak, menuju Utrecht, Belanda. Tempat di mana ibu kandungnya berada. Sekali lagi, dia ingin memastikannya. Memastikan agar dia bisa memulangkan hatinya meskipun dengan rasa sakitnya.   Musim dingin yang berakhir rupanya berganti musim semi. Matahari yang lama tak menyiangi negara kincir angin itu kini sudah tak malu-malu untuk hadir tepat di atas kepalanya. Setibanya dia di Bandara Amsterdam. Tak sampai empat bulan, dia akhirnya kembali ke negara dingin ini. Masih dengan jaket tebal yang melindunginya. Suhu udara yang bahkan terbilang masih di bawah kenormalan udara di Jakarta membuatnya semakin terasa kesepian. Kali ini dia tanpa tangan kanannya. Dia hanya pergi seorang diri.   Benci, tapi tak bisa melupakan. Itulah yang kini dirasakan Andromeda.
Read more
Melepas Rindu Masa Lalu
Pertanyaan yang membuat Rina mendongakkan kepalanya sekaligus jantungnya berdegup kencang. Matanya ikut memandang Andromeda yang kini menatap intens padanya. Tangannya ikut membeku, begitu mata pekat milik Andromeda memandangnya. Tidak ada satu pun kata yang bisa menyusun deskripsi bagaimana perasaan keduanya. Bercampur aduk.   Dengan susah payah Rina menghirup oksigen dan bersiap menjawab pertanyaan Andromeda. “Mama … tak dapat izin itu semua. Mungkin, kamu membenci Mama karena alasan yang dibuat oleh mereka termasuk Ayahmu.” Rina semakin tesenyum getir. Dia mengusap lengan atasnya dengan salah satu tangannya yang lainnya. Benci? Andromeda bahkan bingung, perasaan bencinya malah surut begitu berjumpa dengan sang ibu untuk kedua kalinya, saat ini. Saat ini dia bahkan merasa menjadi anak yang paling durhaka, menuduh Ibunya sendiri yang tak mau berusaha untuk menemuinya.   “Setiap tahun, Mama berusaha menghubung
Read more
Kedatangan Perenggut Kehidupan
“Ma, apa aku salah jika ….” Suara Andromeda tercekat. Kepalanya tengah berbaring dan berbantalkan paha Ibunya. Saat ini dia malah menjadi tak bisa tidur, memikirkan masalah yang sebenarnya. Apa lagi kalau bukan hatinya yang malah tertaut dengan Adiknya. Dia benar-benar menjadi bimbang. Di satu sisi dia ingin jujur, tapi kenapa malah dia yang sekarang tak rela. Hatinya masih tak mau dijamah akan sebuah rasa tulus untuk melepas. Yang terjadi hanyalah Andromeda memilih untuk tidur, membiarkan kenyamanan dari Ibunya yang benar-benar membiusnya saat ini.   Dia masih tak mau memikirkan keadaannya. Dia hanya ingin menikmati rasa rindu yang teramat itu. Menikmati harinya menjadi satu dari sekian yang diingatnya untuk menjadi paling indah. Menemukan alasan bagaimana dia harus melepas masa lalunya dengan senyuman. Sekarang rasa sakitnya mulai berkurang.   Namun, itu tak berlangsung lama saat dia pulang malah menjadi bahan pembicaraan k
Read more
PREV
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status