Semua Bab Obsesi Terlarang: Bab 91 - Bab 100
162 Bab
Tabrakan Tak Terhindarkan
Menjadi penerus bukanlah keinginan dari setiap anak. Begitu pun bagi Andromeda. Dia tak pernah menginginkan dirinya menjadi penerus keluarga Angkasa Jaya dan memimpin perusahaan. Itu adalah hal yang paling dia hindari, kalau bukan karena ketamakan beberapa orang yang mengincar perusahaan tentu dia tak akan mau melakukannya dengan cuma-cuma. Kesalahannya adalah dia mau diminta kembali dan pulang. Menetap di London merupakan solusi terbaik baginya saat itu dan sampai sekarang.   Pria itu mendesah lelah. Dia sudah berada di kamar hotel, mematikan gawainya dan membiarkan dirinya menyulut sepuntung rokok dengan nikotin yang pekat. Setidaknya, solusi agar dirinya tetap waras adalah dengan zat aditif ini. Dia hanya duduk berdiri di balok, memandangi halaman luas hotel yang ditempatinya dan menyesap setiap asap rokok yang keluar karena proses pembakaran. Rasa sesak karena asap mulai memenuhi paru-parunya adalah hal biasa, dia merasakannya sebagai
Baca selengkapnya
Peluang Pekerjaan
“Kau kenapa Mike? Sakit?” cecar Kejora yang merasa khawatir saat Mike membukakan pintu apartemen baginya. “Untuk apa lagi kau datang? Sudahlah, kita bukan siapa-siapa,” sela Mike yang memilih untuk berdiri saja, tak berminat kembali berbaring di kamarnya. Sebelumnya ….   “Ehm … Jora, kau dipanggil oleh Pak Gustav,” seru manajernya yang kini berada di belakangnya. Astaga naga! Pria berkepala pelontos itu seringkali muncul tiba-tiba di belakangnya. Kalau dirinya memiliki jantung yang lemah mungkin sudah melayang nyawanya. “Ada apa ya Pak?” tanyanya sambil berusaha untuk sopan. “Saya juga tak tahu, kesanalah jika kamu ingin tahu,” timpal pria itu dengan juteknya. Semakin semena-mena saja dia saat Kejora dirasa dekat dengan Gustav. “Barangkali jabatanmu naik,” celetuknya.   Kejora mengangguk pasrah. Dia yang baru saja terkena lemparan bom karena memang menabrak CEO kini malah dipanggil menghadap de
Baca selengkapnya
Mengurus Orang Sakit
Kejora harus puas diperlakukan seperti orang asing oleh Mike. Pria itu bahkan tak mau sekadar menatapnya sama sekali. Dia harus puas dengan ketusnya pria itu menjawab ucapannya dan dia juga harus puas dengan segala tingkah tak peduli yang Mike tunjukkan. Dia melenggang masuk, mengabaikan Mike yang berdiri dengan bersedekap di dada. Mengingat dia bahkan tak percaya jika Kejora mendatanginya.   “Bahkan sebelumnya kau tak pernah mau berkunjung ke sini,” ketus Mike. Kejora tersenyum, tentu Mike tak bisa melihat senyumannya. Karena dia memunggungi pria itu dan kini tengah menaruh apa yang tadi dibelanjakannya di supermarket bawah. “Kamu tidak seharusnya berada di sini dan kini mengutak-atik dapurku juga,” imbuh Mike dengan kesal. “Hm.”   Dia tak percaya seorang Kejora tak peduli dengan ucapannya. Benar-benar menyebalkan. “Jora, katakan saja siapa yang memintamu ke sini!” sentak pria itu dengan wajah yang su
Baca selengkapnya
Pagi yang Menegangkan
Mike harus mengakui, memang dirinya tak bisa berpaling dari Kejora. Bahkan saat dirinya diputuskan oleh wanita itu, dia masih saja memikirkannya. Apa yang kurang darinya sampai Kejora lebih memilih pria lain? Apakah memang hati bisa sekejam itu? Dia hanya diam, berbaring miring dengan berbantalkan lengannya sendiri sambil terus melihat Kejora yang rupanya jatuh tertidur sambil duduk.   Bagaimana bisa setelah mereka tidak ada status apa pun akhirnya wanita itu datang dan memperhatikannya? Kenapa Kejora seolah-olah bertingkah layaknya mereka tengah saling memberikan perasaan? Memberikan harapan yang tak bisa digapainya sama sekali. Dia membiarkan gadis itu menikmati tidurnya. Sedangkan dirinya sendiri hanya menikmati ruangan sunyi tanpa suara. Memang masih terlalu pagi untuk bangun, jam 3 pagi adalah waktu pasar tradisional yang beroperasi. Bukan manusia perkotaan seperti dirinya.   Mike mengingat semua perhatian yang d
Baca selengkapnya
Konsultasi Perasaan
Semuanya menjadi kabur, apa yang kini menghantui pikirannya semakin membuat spekulasi-spekulasi di dalam otak Kejora menguat. Bukan apa-apanya, tapi kenapa dia harus dibuat dilema oleh dua pria berbeda. Tidak, dia menempatkan rasa kasihannya di tempat yang tak seharusnya. “Argh … kenapa aku harus datang ke apartemen Mike?! kenapa aku tak menolak Gustav saja?!” erangnya masih menjambak rambut panjangnya, gemas. Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri. Rasa bersalah akibat dirinya yang malah membuat keputusan gegabah menuai hasilnya juga. Andromeda pergi begitu saja, dia seperti tersangka yang bersalah, menjadi gadis ceroboh yang kemungkinan memang bodoh!   Kejora hanya bisa berjalan pasrah menuju ke dalam rumahnya. Ayah dan Ibunya tengah menyiapkan sarapan bersama. “Aku pulang,” ucapnya lesu, penuh rasa tak bersemangat. Bahunya terkulai lemah, kakinya terseret bak tak memiliki tenaga dan tangannya menyeret tasnya terseok
Baca selengkapnya
Berusaha Meminta Maaf
Kejora menghela napasnya panjang. Pekerjaannya di akhir bulan selalu melelahkan. Belum lagi otaknya yang bekerja ekstra karena masalah hatinya. Jari-jarinya sudah pegal mengetik laporan yang bejibun, seolah tak ada habisnya.“Kau baik-baik saja?” tanya Nancy yang memandang Kejora prihatin.“Ah, ya, aku baik-baik saja,” jawab Kejora dengan lemah.Nancy tersenyum, dia tak bisa bertanya lagi jika wanita itu berkata baik-baik saja. Jelas-jelas Kejora memang tak mudah didekati. Hanya saja, setelah dia diantar pulang oleh Kejora. Dia benar-benar merasa bahwa Kejora memang pendiam dan tipikal orang baik yang tak banyak mengurusi masalah orang lain dan tak pernah sok tahu. “Ehm … Nancy, bisakah kamu mengantarku ke departemen RND?” pinta Kejora yang sudah berdiri dengan map yang ada di tangannya.Nancy tersenyum, setidaknya Kejora sudah mau meminta bantuannya saat ini. “Dengan senang hati tentu
Baca selengkapnya
18+ Di Dalam Mobil ....
“Apa kamu masih marah?” Kejora menghentikan gerakan pisau yang memotong medium rare sirloin steak yang sudah dibaluri garlic sauce, tak lupa jikalau makanan ala barat adalah rasa yang tak terlalu kentara, sederhana dan tak banyak varian. Aromanya memang menggugah selera, perutnya bisa saja berdemo jika dirinya tak mementingkan urusan sang kekasih yang masih marah padanya itu. Andromeda membawanya ke restoran Fine Dining yang membuatnya sedikit kehilangan rasa percaya diri karena tampilannya yang sudah berantakan dan tak bisa dibilang baik-baik saja, usai hiruk pikuk selama jam kerja. Menu-menu yang sudah disediakan memang tak bisa menjadi pilihan. Namun, jika dibilang dari mulai salad, hidangan pembuka, hidangan utama dan hidangan penutup. Tak mungkin mereka menyediakan bahan berkualitas rendah. Dilihat dari cara penyajiannya yang memiliki porsi sedikit, elegan tapi akan kenyang mengisi perut dengan membayar harga fantastis.   Andromeda m
Baca selengkapnya
Soal Privasi
“Stop! Stop! Berhenti di sini!” pinta Kejora mencoba menghentikan mobil Andromeda. Andromeda menatap Kejora bingung. “Kenapa mesti berhenti di sini?” tanyanya. Mobil milik Andromeda memang sudah berhenti di pinggiran halte yang terbilang lumayan jauh dari perusahaan. Dan Kejora meminta berhenti. “Aku turun di sini saja,” pintanya dan bersiap untuk membuka pintu mobil. “Tidak, aku akan menurunkanmu di kantor.” Andromeda merasa tak suka dengan pendapat Kejora.   “Andro, ingat … kita masih menyembunyikan status kita, aku tak mau di kantor malah heboh dan membuat kamu jadi kesusahan juga. Terakhir kali tentangmu, semuanya gaduh,” tutur Kejora merasa harus menjelaskannya saat ini. “Memangnya apa yang kamu takuti?” Kali ini suara Andromeda terdengar tak suka dengan ide. Kejora menghela napasnya. Dia menyentuh punggung tangan Andromeda yang ada di persneling. “Kumohon, kita sudah membicarakannya bukan?” rajuk Kejora.
Baca selengkapnya
Gundah Gulana
Yang tak pernah disadari oleh Kelvin adalah bahwa putranya sudah bertemu dengan adiknya. Antara Andromeda dengan Kejora. Laporan yang diterimanya kini … benar-benar dia tak pernah membayangkannya. Tangannya meremas hasil jepretan tangan kanannya. Orang kepercayaan yang baru saja satu jam lalu menyerahkan hasil penguntitannya. Jelas-jelas dia tak menyadarinya kalau … rupanya ….   “Apa kamu sudah mendapatkan sampel dan hasilnya?” tanya Kelvin. Pria yang ada di hadapannya mengangguk, membuka salah satu surat elektronik yang masuk dan menyerahkannya kepada Kelvin. Saat itu juga, tangan Kelvin bergetar. Dia semakin merasa pusing karenanya. “Aku harus bagaimana sekarang?” Dia kembali bertanya pada tangan kanannya. Pria itu diam saja, tak menjawab dan memang dirinya hanyalah pesuruh yang harus menjaga privasi atasannya.   Sekali lagi, Kelvin membaca hasil tes DNA yang didapatkannya. Bukan hal mudah untuknya bisa mela
Baca selengkapnya
Tarik Urat
“Ayo perlihatkan hubungan kita,” pinta Andromeda. Kejora mengangkat pandangannya, jantungnya sudah dibuat marathon karena pernyataan itu. Itu bukanlah sesuatu yang harus dibicarakan saat ini. Seharusnya. Tapi …. “Kenapa?” Pertanyaan itu meluncur dari bibirnya dengan mudah. Andromeda semakin gusar, “hanya … agar mereka tahu kalau memang kita berpacaran. Bukankah sudah terlalu lama kita menyembunyikan hubungan ini?” Kejora diam. Dia tak punya pilihan lain selain dengan keadaannya yang … sudah tak bisa ditolak lagi saat ini.   Dia menghela napasnya dan tersenyum. Dia mengangguk setuju dengan permintaan Andromeda. “Baiklah.” Andromeda menahan napasnya sedari tadi, kini menghembuskannya dengan perasaan lega. Dia tak perlu lagi menyembunyikan hubungannya. Akan sangat sulit jika sudah berada di depan publik, maka Ayahnya kesulitan untuk mencegahnya bukan?   Dia mengantarkan Kejora pulang. Kembali Kejo
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status