Semua Bab My Crazy Boss (Indonesia): Bab 101 - Bab 110
188 Bab
Ch. 101 Siapa Yang Salah?
PLAKKKTamparan keras itu mendarat tepat di pipi sebelah kiri Scarletta, wajahnya terasa sangat panas dan yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah diam. Air matanya menitik, bukan karena panasnya tamparan itu, melainkan karena ketakutan yang membelenggu Scarletta dengan begitu kuat. Dan jangan lupa, ia sudah cukup trending di mana-mana! "Kau Papi kirim ke Amerika, sekolah di Universitas terbaik dunia dan begini kelakuan kamu? Benar-benar liar! Memalukan!"Scarletta bahkan tidak berani mengangkat tangannya hanya untuk menghapus bulir-bulir air mata di pipi. Ia tidak seberani yang selama ini terlihat di circle pergaulannya di sana. Tidak saat berhadapan dengan laki-laki cinta pertama dalam hidup Scarletta ini, terlebih di saat dia tengah begitu murka tepat seperti saat ini. "Kau rusak boleh, nakal boleh, tapi kalau caramu seperti ini, sama saja kau kirim papi-mamimu ini ke Liang lahat! Bunuh saja orang tuamu ini daripada kau permalukan seperti it
Baca selengkapnya
Ch. 102 BATAL!
Arnold merebahkan tubuhnya di ranjang besar itu, hatinya berbunga-bunga, lega luar biasa. Dia sengaja mematikan ponselnya, malas kalau Scarletta menghubungi dirinya untuk sekedar membuat pembelaan atas viralnya video mesum itu. Sebodoh amat, Arnold tidak peduli. Yang dia pedulikan hanya satu, rencana perjodohan itu BA-TAL!Arnold memeluk gulingnya, satu langkah lagi dan impiannya untuk menikahi Sisca ada di depan mata. Agaknya langkah ini akan semakin mudah mengingat ternyata Sisca begitu pandai berbisnis. Dan itu akan sedikit membantu Arnold dalam rencana lanjutan ini. Sementara Arnold tengah berbahagia ria, Scarletta yang sudah masuk ke dalam kamarnya itu sontak menangis meraung-raung. Dibantingnya dengan keras pintu kamar, lantas ia menjatuhkan dirinya di atas ranjang. Scarletta memukul-mukul kasurnya dengan gusar. Kesialan macam apa yang menderanya kali ini? Video menjijikkan itu harus beredar menggemparkan dunia. Kenapa dia bisa seg
Baca selengkapnya
Ch. 103 Berhenti Overthinking, Sis!
Scarletta bahkan tidak berani mengangkat wajahnya, ia terus menundukkan wajah hingga kini ia sudah duduk di depan tiga orang tamu agung mereka. Siapa lagi kalau bukan trah Argadana?"Langsung ke intinya saja," suara serak itu milik Gunawan Argadana, Scarletta tahu betul itu. Ia makin gugup, jemarinya sibuk meremas ujung gaunnya. "Saya dan keluarga sudah mendengar kabar itu, melihat postingan itu dan sangat disayangkan sekali Scarletta bisa berbuat sejauh itu." tampak Gunawan menghela nafas panjang, "Oleh karena itu, saya dan keluarga juga sudah memutuskan bahwa kami tidak bisa melanjutkan rencana perjodohan antara Arnold dan Scarletta."Sudah Scarletta duga! Ia sontak lemas. Tidak mungkin keluarga Arnold mau melanjutkan perjodohan mereka setelah kabar itu mengguncang dunia dengan begitu luar biasa. Pupus sudah harapan Scarletta menjadi nyonya besar keluarga Argadana karena sekarang semua harapan itu lenyap tidak bersisa. Scarletta mengangkat w
Baca selengkapnya
Ch. 104 Siapa?
"Yakin pulang hari ini?" Gunawan menatap anak sulungnya yang sudah begitu rapi pagi ini. Kopernya sudah siap, supir dan mobil yang hendak mengantarnya kembali ke Solo pun sejak tadi pagi sudah ready."Tentu, kerjaan Arnold banyak, Pi." jawab Arnold tanpa melihat ke arah sang papa.Terdengar helaan nafas panjang keluar dari mulut Gunawan, ia kemudian meletakkan sendok, menatap Arnold yang tampak asik dengan pancake berlumur saus rasphbery itu."Apa yang kalian berdua bicarakan semalam, Ar? Papi ingin tahu."Arnold yang hendak menyuapkan potongan pancake itu sontak meletakkan kembali sendoknya, menghela nafas panjang lantas mengangkat wajah dan menatap sang papa lekat-lekat."Kami hanya saling meminta maaf dan mendoakan." jawab Arnold seperlunya. Lagipula memang benar itu yang mereka bicarakan kemarin malam, bukan?Gunawan tidak bersuara, hanya mengangguk dan kembali melanjutkan sarapannya. Arnold pun demikian, kembali meraih garpu dan pisau,
Baca selengkapnya
Ch. 105 Siapa Dia?
"Ar!" Arnold yang hendak masuk ke dalam mobil sontak menoleh, mendapati sang papi melangkah mendekati dirinya yang sudah bersiap berangkat ke Solo.  "Ya? Kenapa lagi, Pi?" Arnold mengerutkan kening, ada hal apa hendak sosok itu bicarakan kepadanya.  "Masalah calon isteri ...," Gunawan tidak melanjutkan  kalimatnya, menatap Arnold dengan seksama, "Siapa dia? Papi yakin, kamu sudah punya calon, bukan?" Arnold menghela nafas panjang, dia harus jawab apa? Kalau dia jawab jujur, dia takut papinya curiga semua ini ulah Arnold, tapi kalau tidak jujur ... Arnold takut dia hendak dicarikan calon lain dan Arnold tidak mau jika dia harus memakai cara kotor lagi untuk menyingkirkan calon pilihan orang tuanya itu.  "Sebenarnya, sudah bidik lah, Pi, cuma ya tunggu saja lah." jawab Arnold akhirnya.  "Anak siapa?" tanya Gunawan serius, tentu dia harus tahu betul siapa calon menantunya ini.  "Bukan anak siapa-siapa
Baca selengkapnya
Ch. 106 Kemana Mereka?
Arnol melangkah keluar dari kamar mandi yang ada di ruangan pribadi Sisca, rambutnya setengah basah. Ia kemudian kembali duduk di kursi yang ada di depan Sisca."Bagaimana keadaannya, Ar?" tanya Sisca yang langsung menutup laptopnya begitu Arnold menjatuhkan diri di depannya."Siapa? Keadaan siapa yang kamu maksud?" ujar Arnold balik bertanya.Sisca melotot, kalau saja laptop di depannya itu tidak memiliki nilai sejarah yang tinggi dalam kehidupan Sisca, rasanya Sisca sudah mengambil benda itu dan melemparkannya ke muka Arnold saat ini juga."Scarletta lah, siapa lagi?" Sisca mengeram, benarkah jodohnya kelak laki-laki menyebalkan ini? Kuat Sisca berkomitmen seumur hidup bersama laki-laki macam Arnold begini?"Oh ...," Arnold meraih cangkir kopi, menyesap cairan hitam itu dan kembali meletakkan cangkir itu pada tatakan, ia lantas menatap Sisca yang tampak sangat terlihat tengah menantikan jawaban atas pertanyaan apa yang baru saja dia ajukan pada A
Baca selengkapnya
Ch. 107 Hal Gila Apa Lagi?
"Jadi bagaimana?" tanya Arnold yang tampak berharap-harap cemas pada jawaban yang hendak keluar dari mulut Sisca. Sejak mereka tiba di restoran ini, fokus mereka hanya pada obrolan. Mereka bahkan baru memesan minuman dan french fries guna menemani obrolan penting mereka. Sejak tadi pula, Arnold sudah menceritakan panjang lebar mengenai pembicaraan Arnold dengan kedua orang tuanya. Dan kini dia menunggu jawaban keluar dari mulut Sisca."Kamu yakin?" kini Sisca balik bertanya, melupakan pertanyaan apa yang tadi Arnold tujukan kepadanya, matanya menatap lurus ke dalam mata Arnold, ia tahu laki-laki itu tidak sedang bercanda, tidak ada pula sorot kebohongan yang terpancar di sana."Tentulah, Sis. Sejak awal kan aku sudah bilang bahwa aku serius dan sudah teramat sangat yakin. Kalau tidak untuk apa aku sampai melakukan hal-.""Stop, jangan bahas dan bawa-bawa hal gila itu lagi, Ar! Sumpah kau membuatku merinding!" potong Sisca yang enggan membahas dan me
Baca selengkapnya
Ch. 108 SIDAK
Sisca mengerjapkan matanya ketika ponsel miliknya berdering. Ia dengan susah payah menyingkirkan lengan kokoh yang memeluk pinggangnya. Meraih ponsel yang tergeletak bersisihan dengan ponsel milik Arnold di nakas samping ranjang.  Sisca dengan susah payah membuka matanya, terbelalak kaget melihat nama siapa yang muncul di layar ponselnya.  "Papa?" hampir Sisca memekik, ia lantas bangun, duduk di tepi ranjang dan bersiap mengangkat panggilan itu.  "Hallo, iya gimana, Pa?" Sisca berusaha menetralkan jantungnya yang berdegup kencang, ada apa sampai-sampai sang papa meneleponnya sepagi ini?  "Papa di rumah kamu, kok sepi? Kamu kemana?" tanya suara itu yang sukses membuat Sisca melotot tajam. Jadi papanya ada di sini? "Papa udah di dalam nih, motor kamu di rumah, terus ini ada mobil punya siapa, Sis?" Sisca makin panik, ia tidak tahu harus menjawab apa dulu. Ia segera bangkit mengintip dari gorden kamar yang dia buka sed
Baca selengkapnya
Ch. 109 SIDAK (2)
"Jadi gimana?" Sisca yang sudah memakai baju itu menatap Arnold yang tadi bilang dia punya ide untuk mengeluarkan Sisca dari sini, sebuah ide yang agaknya tidak terlalu gila.  Arnold sendiri sudah rapi dengan setelan jasnya. Dia harus berangkat kerja walaupun sebenarnya ini sudah cukup terlambat.  "Pakai masker, masuk ke mobil kalau aku udah kasih kode. Aku juga bakalan pakai masker. Moga aja beliau di dalam, nggak keluar dulu." Arnold menyodorkan masker medis itu pada Sisca, membuat Sisca langsung meraih dan memakai masker itu.  "Terus?" Sisca kembali menantikan instruksi, apa lagi ide dari laki-laki ini?  "Antar aku ke kantor, kamu bawa mobil buat belanja baju, pergi ke salon atau apalah, beres kan?" Sisca mengangguk, untuk kali ini dia akui ide Arnold memang top dan sedikit waras. Tanpa banyak berkata lagi, Arnold melangkah keluar, memperhatikan sekeliling lantas membuka pintu mobil. Ia memberi kode Sisca yang menanti di
Baca selengkapnya
Ch. 110 Siasat
"Catok curly aja deh, Mbak." akhirnya setelah berbelanja di salah satu mall dengan memakai piyama, Sisca berakhir di salon dan spa ini. Sengaja ambil paket body scrub dan massage hanya untuk sekalian menumpang mandi. Sungguh ini ironis sekali. Kini dia duduk, bersiap perawatan selanjutnya yaitu mengeringkan rambut yang sekalian saja dia creambath. Kapster salon itu mengangguk pelan, segera meraih hairdryer dan mulai mengeringkan rambut Sisca yang basah. Sisca fokus pada layar ponsel, membalas beberapa pesan di grup pegawai coffee miliknya. Agaknya dia tidak akan kesana hari ini. Ada sang papa. Bukan apa-apa, hanya saja selama hampir setahun berbisnis dari modal yang Arnold gelontorkan, dia sama sekali belum memberitahu keluarganya perihal pekerjaan yang kini Sisca lakoni. Entah mengapa rasanya Sisca belum siap keluarganya tahu bahwa kini dia bukan lagi pegawai staff dari pabrik tekstil terkenal itu. Terlebih kalau sampai kedua orang tuanya tahu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
19
DMCA.com Protection Status