Semua Bab My Crazy Boss (Indonesia): Bab 111 - Bab 120
188 Bab
Ch. 111 Aneh
"Papa!" teriak Sisca begitu ia turun dari mobil, nampak laki-laki paruh baya itu menatapnya dengan tatapan heran. "Sejak kapan kamu bisa nyetir mobil, Sis?"Mata Sisca membulat, ah iya! Dia bahkan belum cerita ke sang papa kalau dia sudah mahir dan lancar menyetir mobil! Sisca baru sadar bahwa semenjak kenal dan dekat dengan Arnold, banyak sekali hal yang Sisca sembunyikan dari sang papa. "Baru-baru aja sih, Pa. Arnold yang ngajarin." Sisca buru-buru mendekat, mencium tangan sang papa dengan penuh hormat.Burhan tersenyum, menerima hormat dari anak gadisnya itu dan mengelus lembut kepala Sisca yang siang ini nampak begitu cantik dengan hem warna peach dan rok span hitam."Nggak sama Arnold?"Sisca hampir melonjak kaget, ah ... bukan suatu hal yang aneh bukan kalau ayahnya menanyakan Arnold? Dulu dia mengaku teman satu kantor Sisca. "Oh, dia ada tugas ikut meeting sama bos, Pa." Sisca melepas sepatunya, sepatu yang ta
Baca selengkapnya
Ch. 112 Milikmu?
"Kamu tahu, yang akan aku lakukan adalah keluar dari rumah dan tetap menikahimu apapun yang terjadi, Sis."Sisca tertegun, ia membeku mendengar apa yang baru saja keluar dari mulut Arnold itu. Kembali obrolan terhenti. Suasana menjadi sunyi dan tidak terdengar lagi perbincangan apapun meskipun sambungan telepon masih terhubung.Sisca diam di tempatnya duduk, tidak mencoba bersuara atau apapun. Otak dan hatinya tengah berdebat hebat. Yang mana otaknya menolak percaya dengan segala macam kalimat yang baru saja keluar dari mulut Arnold, sementara hatinya tersipu malu dan sangat bahagia mendengar apa yang keluar dari mulutnya tadi.Tunggu?Bahagia? Benarkah Sisca bahagia jika hubungannya harus berlanjut tanpa adanya restu dari orang tua Arnold? Bahwa Arnold harus membangkang dari perintah orang tuanya dan menjelma menjadi anak durhaka hanya demi menikahi dirinya?Tapi bukankah itu tandanya Arnold sangat teramat serius dengan niatnya menikahi Sisca? Tap
Baca selengkapnya
Ch. 113 Rahasia Besar
"Papa temukan ini di bawah kasurmu, ini milikmu?"Wajah Sisca sontak memucat, rasanya jantung Sisca seperti hendak melompat dari tempatnya. Tidak hanya Sisca, Arnold pun sama pucatnya. Membuat Burhan tersenyum getir lalu meletakkan benda itu di atas meja. "Papa hendak mengganti spreimu tadi, Sis. Dan benda itu jatuh ketika Papa menarik spreinya. Benar itu punya kamu? Atau kamu bisa jelaskan ke Papamu ini?"Mata Sisca memerah, air matanya siap meledak. Dia tidak menyangka bahwa papanya akan menemukan itu, bahwa Burhan akan tahu rahasia besar yang Sisca simpan darinya. Benar bukan firasat Sisca tadi? "Sis, mendadak bisu?" Burhan mendesak, membuat air mata Sisca menitik dengan ketakutan yang mencengkram hatinya. Sisca terisak, menundukkan kepala dalam-dalam dan sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya guna menatap sang papa. Belum pernah dalam sejarah Sisca mengecewakan sang papa dan agaknya, kali ini Sisca berhasil melakukannya.
Baca selengkapnya
Ch. 114 Masalah Apa Lagi?
"APA?"Terlihat sekali  bahwa Burhan terkejut setengah mati. Mulutnya setengah terbuka dengan mata melotot. Sisca dan Arnold saling pandang, bukan suatu hal yang aneh kalau sampai Burhan terkejut mendengar fakta yang baru saja Arnold ungkapkan mengenai siapa dirinya sebenarnya.Siapa yang tidak kenal dengan Gunawan Argadana? Namanya sering bertengger dalam daftar sepuluh pengusaha kaya Indonesia. Tentu itu bukan nama yang asing terlebih Gunawan sering turun tangan memberi sponsorship di berbagai kegiatan sosial."Ka-kamu anak Gunawan Argadana?"Arnold tersenyum kikuk dan menganggukkan kepalanya, bukan suatu kesalahan, kan, kalau dia membuka jati diri yang sebenarnya pada calon mertuanya ini?"Iya, Pa. Itu papa Arnold. Papa kenal?"Burhan meraih gelasnya, meneguk teh hangat itu hingga tinggal separuh lantas kembali meletakkan gelas itu. Ia lalu menoleh pada Sisca yang masih diam di tempatnya duduk."Sis, pulang sekarang aja gimana
Baca selengkapnya
Ch. 115 Apapun Itu ....
Burhan melangkah turun dari taxi yang dia sewa untuk membawanya pulang dari restoran tadi. Setelah beres membayar ongkos, Burhan merogoh saku celana, mengambil kunci cadangan rumah yang dulu dia hadiahkan untuk sang anak gadis.  Burhan tidak menyangka, rumah ini yang lantas mempertemukan Sisca dengan laki-laki itu. Rumah ini yang lantas membuat anak gadisnya tergoda melakukan perbuatan dosa itu sebelum mereka berjanji sehidup semati di depan altar. Ah ... Burhan sudah kecolongan rupanya, dia terlalu abai pada anak gadis semata wayangnya!  "Astaga Tuhan, kenapa bisa seperti ini?" desis Burhan seraya memutar kunci pintu.  Pintu terbuka lebar, nampak rumah sepi. Burhan melepas sepatunya, melangkah masuk dan bergegas menuju kamar tamu yang selalu dia gunakan tidur ketika mengunjungi Sisca.  Burhan duduk di tepi ranjang, menghela nafas panjang dan tampak berpikir keras. Hatinya berkecamuk luar biasa. Hendak meminta Sisca mengakhiri hubu
Baca selengkapnya
Ch. 116 Rahasia Masa Lalu
Sisca tersenyum, melambaikan tangan ke arah Arnold yang bersiap masuk ke dalam rumahnya sendiri. Setelah Arnold masuk, Sisca melangkah menuju pintu rumahnya. Ia tertegun ketika mendapati sepatu itu berada di rak sepatu miliknya. Sepatu itu .... Sisca segera menerjang pintu yang ternyata tidak terkunci, melangkah dengan tergesa-gesa hingga sampai di depan pintu kamar itu. Jantung Sisca berdegup kencang, dia tidak berniat mengetuk pintu, melainkan menekan knop dan segera membuka pintu kamar guna memastikan sang papa memang sudah sampai di rumah.Sisca tertegun ketika mendapati laki-laki paruh baya itu tengah duduk di pinggir kasur dan menatapnya dengan mata memerah. Segera Sisca menghambur memeluk Burhan, tangisnya pecah, membuat Burhan menghela nafas panjang."Pa ... Papa kenapa sih? Kenapa Papa tiba-tiba pergi tadi? Sisca ada salah apa sama Papa?" rintih Sisca di dalam pelukan sang papa.Burhan tersenyum getir, menggeleng perlahan dengan tangan yang
Baca selengkapnya
Ch. 117 Rahasia Masa Lalu (2)
"Sebenarnya aku hendak dijodohkan orang tuaku dengan anak rekan bisnisnya, Han."Senyap.Semua mendadak senyap begitu kalimat itu meluncur keluar dari mulut Linda. Gemericik suara hujan yang tadi sempat kembali menetes deras kini mendadak sunyi dan tidak terdengar rintiknya di telinga Burhan.Ia membeku, bukan karena hawa dingin dan basah baju yang membuat dia membeku, tetapi oleh kenyataan yang sore ini begitu luar biasa memukul jiwanya hingga hancur seketika.Linda, gadis yang begitu dia cintai, yang mencintai dirinya hendak dijodohkan dengan laki-laki lain oleh kedua orang tuanya? Mimpi buruk macam apa ini?"Ka-kamu bercanda, kan, Lin?" Burhan mencoba meraih sisa-sisa harapannya, berharap ini semua hanya candaan yang sengaja Linda buat untuk mengerjai dirinya.Air mata Linda menitik, ia menundukkan kepalanya seraya menggeleng perlahan. Sebuah jawaban atas pertanyaan penuh harapan yang keluar dari mulut Burhan tadi. Kini Burhan makin beku
Baca selengkapnya
Ch. 118 Jangan Khawatir!
Sisca menutup mulutnya dengan kedua tangan. Air matanya banjir. Sementara Burhan sibuk menyeka air mata dengan sapu tangan lusuh yang ternyata milik Linda. Benda yang sampai sekarang masih dia simpan dan bawa kemana-mana. Sisca sendiri tidak pernah menyangka bahwa ternyata sang papa di masa lalu pernah memiliki hubungan asmara dengan mama Arnold. Bahwa papanya pernah memiliki perasaan sedalam itu pada calon besan perempuannya. "Kau tahu, Sayang? Papa hanya tidak ingin kamu merasakan apa yang dulu pala rasakan. Ditolak karena tidak sederajat dan sama kayanya dengan orang yang kamu cintai itu sangat menyakitkan sekali, Sis." Burhan mengelus kepala anak perempuannya itu. Sisca mengangkat wajahnya, menatap sang papa yang masih berlinang air mata. "Papa masih mencintai tante Linda?" sebuah pertanyaan yang pertama kali muncul ketika tahu papanya pernah punya kisah cinta sedramatis itu. Burhan menghela nafas panjang, menatap
Baca selengkapnya
Ch. 119 Jadi Bagaimana?
"Papa balik ya, Sis." Burhan tersenyum, menatap Sisca yang tengah menyeruput kopi di cangkirnya. Sisca meletakkan cangkir di meja, menatap sang papa dengan tatapan sedu. Obrolan mereka kemarin malam masih terngiang. Tentang hubungan Sisca dengan Arnold, tentang hubungan masa lalu orang tua mereka yang begitu mengejutkan. "Papa yakin nanti mau langsung pulang? Nggak nginep sehari lagi gitu? Papa belum ke coffee shop Sisca?" Sisca rasanya berat melepas sang papa pulang ke Semarang. "Kapan-kapan saja." Burhan kembali tersenyum, "Nggak sia-sia kamu kuliah, ilmu mu bisa kamu terapkan juga dan membawamu di posisi sekarang." Burhan tidak menyangka bahwa putrinya bisa memimpin dan mengelola coffee shop sampai sepesat itu.Sisca tersenyum, meraih tangan sang papa dan meremasnya dengan begitu lembut. "Maaf Sisca sudah mengecewakan Papa perihal hubungan Sisca dengan Arnold, Pa. Maafkan Sisca yang tidak bis-.""Sudah. Jangan suka menyesali ap
Baca selengkapnya
Ch. 120 Dilema
Linda mengerutkan kening, ia yang semula tengah santai sambil membolak-balik halaman sebuah majalah itu sontak menutup majalah di pangkuannya, mencoba fokus pada apa yang hendak Arnold katakan terhadap dirinya. Ada apa sampai nada bicara Arnold terdengar begitu serius?"Mami lagi santai, memang kamu pengen ngomong apa, Ar?" Linda melempar majalah ke atas meja, rasanya akan ada hal yang begitu penting yang hendak dibicarakan."Penting Mi, Arnold harap Mami mau kooperatif menjawab semua pertanyaan Arnold."Kembali kening Linda berkerut, kenapa jadi seserius ini sih? Ada masalah apa dan ada hubungan apa dengan dirinya?"Mami kenal Burhan Santoso?"***Dirly memilih melangkah keluar dari ruangan itu dan membiarkan Arnold mengobrol serius dengan sang mama. Sungguh pelik sekali masalah yang dihadapi orang satu itu? Apakah ini balasan karena dia selalu menjadikan wanita hanya sebatas mainannya dulu?"Kayaknya gue harus tobat deh! Ogah ntar nas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
19
DMCA.com Protection Status