All Chapters of My Crazy Boss (Indonesia): Chapter 81 - Chapter 90
188 Chapters
Ch. 81 Heboh!
“Sis, calonmu sekeren ini dan selama ini kamu diam-diam saja?” Rini setengah berbisik, namun Arnold bisa mendengar suara calon ibu mertuanya itu, membuat senyumnya makin lebar dan kepalanya membesar.“Ah ... mama! Biasa aja kali!” Sisca mencebik, sudah dia tebak bahwa semua anggota keluarganya pasti akan heboh seperti ini.“Biasa gimana?” Rini membelalakkan matanya, “Lihat wujudnya! Kayak artis Korea, Sis!”Sisca memutar bola matanya dengan gemas, menoleh dan menatap sang mama dengan tatapan gemas.“Please deh, Ma ... jangan kenceng-kenceng ngomongnya.” Sisca melirik sekilas Arnold yang tengah mengobrol dengan sang papa itu. “Dia bisa ke-PD-an nanti.”Rini tersenyum simpul, “Emang faktanya kan begitu, Sis. Jadi kapan kalian nikah?”Sisca melonggo. Salah satu alasan yang membuatnya malas pulang ke rumah adalah mendapat pertanyaan itu. Kapan nikah? Astaga, sean
Read more
Ch. 82 Heboh (2)
"Bagi ajian jaran goyang atau semar mesem mu dong, Sis."Sisca sontak melotot tajam dengan mulut setengah terbuka, nampak Gladys, sepupunya itu tersenyum dengan mata membuat ke arahnya. Ajian jaran goyang? Semar mesem? Apa-apaan? "Gemblung, ajian apaan?" Sisca setengah berteriak, matanya melotot gemas ke arah Gladys yang masih cengar-cengir sambil memainkan ujung kebaya ungu yang corak dan warnanya seragam dengan yang Sisca kenakan. "Ajian biar bisa gaet oppa-oppa Korea kayak pacar Mbak Sisca itu."Sisca sontak lemas, sejelek itukah dirinya sampai Gladys mengira dia menggaet Arnold dengan ajian perdukunan. Tidak tahu saja Gladys bahwa Arnold mengejar dirinya sampai rela melakukan segala cara. Dibilang pakai ajian jarang goyang? Jarang goyang mbahmu! "Edan aja! Nggak pakai gituan aja dia setengah gila, gimana kalau aku pakai gituan?" Sisca mencebik, ia hendak pergi ketika Gladys mencekal tangannya. "Mbak! Jangan pergi
Read more
Ch. 83 Mencari Pembuktian
Mereka sudah sampai di komplek perumahan mereka, rasanya sangat lelah sekali. Sisca bergegas melepaskan seat belt-nya, turun dari mobil dan melangkah dengan lunglai masuk ke dalam rumahnya. "Eh ngapain?" Sisca mendorong jidat Arnold yang hendak masuk ke dalam rumah, ia lantas berkacak pinggang menatap tajam laki-laki itu. Arnold mendengus kesal, menatap Sisca dengan tatapan gemas. "Mau masuk lah! Kenapa pakai tanya?""NGGAK!" Sisca sontak berdiri di depan pintu rumahnya. Kepalanya menggeleng cepat. "Balik ke rumahmu!""Nggak ada niatan pengen ngelonin aku?" Bisik Arnold lirih, alisnya naik turun, membuat Sisca sontak mencebik. "Malam ini aku nggak mau berbagi kasur, jadi silahkan pulang dan selamat malam!"Klek! Sisca secepat kilat menutup dan mengunci pintu rumahnya, meninggalkan sosok yang masih melotot kesal di depan pintu. Arnold lantas menghela nafas panjang, mengacak rambutnya dengan gemas da
Read more
Ch. 84 Fakta
“Serius gue lega banget liat elu jam segini udah di kantor.”Dirly mengejar langkah Arnold menuju lift, tampak sangat terlihat wajah laki-laki itu begitu cerah. Ia mengekor di belakang Arnold, masuk ke dalam lift guna menuju lantai dimana ruangan pribadi Arnold berada.“Gue ngeri digorok bokap, makanya selepas elu telpon kemaren gue langsung cabut pulang.” Jawab Arnold sambil tersenyum masam membayangkan betapa murka sang papa kalau meeting penting pagi ini berantakan hanya karena dia terlambat datang.“Nah gitu dong, kenapa elu nggak ngabarin sih? Gue noh sampai nggak bisa tidur.” Gerutu Dirly sambil memanyunkan bibirnya.“Elah, apa pentingnya sih ngabarin elu? Yang penting, kan, gue udah di sini nih.” Arnold menipuk punggung sepupunya, tepat di saat yang sama pintu lift terbuka, membuat dua orang itu kompak melangkah keluar.“Gimana keluarga besar calon bini?” tanya Dirly yang begitu pen
Read more
Ch. 85 Harus Bagaimana?
“Jadi tawaran tadi lu tolak, Ko? Gila yang bener?” Dirly memburu langkah Arnold, tawaran kerja sama dengan keuntungan yang lumayan besar itu ditolak oleh sepupunya ini? Yang benar saja!“Lu tuh ya!” Arnold memukul gulungan kertas ke punggung Dirly, “Kita emang bisnis itu cari untung, Cuma ya jangan terus Cuma untung doang yang dilihat, resikonya juga perlu elu pikirin, Ly!”Kening Dirly berkerut, membuat Arnold mendengus kesal.“Nih baca dan resapi. Kalau sekali baca elu belum paham juga, ulangi sampai bener-bener paham. Dan lu bakalan ngerti apa maksud gue, kenapa gue tolak rencana kerja sama mereka.” Arnold menyodorkan iPad-nya, mendorong pintu ruangan kerja miliknya dan tertegun melihat sosok itu di sana.“Loh, Sis? Kamu kok di sini?” Arnold makin terkejut ketika mendapati wajah itu tampak begitu payah dengan mata sembab. Apa yang dokter hewan itu sudah lakukan? Arnold tidak akan pernah tingga
Read more
Ch. 86 That`s Over
“Nah itu dia, temui saja dulu.”Arnold memarkirkan mobilnya di depan rumah, tampak mobil merah itu berhenti di depan rumah Sisca, dengan laki-lak itu duduk di depan teras rumah Sisca. Sisca sontak menghela nafas panjang, melirik Arnold sekilas. Arnold hanya tersenyum dan mengangguk. Membuat Sisca lantas mendengus dan melangkah turun.Ia sendiri langsung bergegas turun, masuk ke dalam rumah dan menghindari mereka berdua. Tidak perlu melakukan banyak hal, mereka akan bubar sendiri kok. Benar-benar Arnold begitu beruntung dengan fakta mengejutkan itu.Sisca melangkah menuju rumahnya, Rizal sontak berdiri, dengan mata memerah ia langsung menghampiri Sisca, hendak meraih tangan itu, namun Sisca dengan tegas menampik tangan itu.“Aku bisa jelaskan semuanya, Sayang.” Desisnya lirih.“Masuklah dulu, kita bicara di dalam, Zal.” Sisca tersenyum getir, merogoh kunci pintu dan membuka pintu rumahnya.Ia dengar helaan
Read more
Ch. 87 Just You and I
Tidak ada lagi percakapan yang terjadi di antara keduanya. Bibir itu bertaut dengan begitu mesra dan sedikit liar. Baju-baju itu berserakan di lantai, menandakan bahwa dua anak manusia berbeda jenis kelamin itu sudah begitu terbakar sampai tidak menghiraukan kemana perginya pakaian mereka.Arnold melepaskan pagutan bibirnya, menatap dalam manik yang pasrah di bawah kuncian tubuhnya. Wajah cantik itu sudah memerah, dengan mata sayu yang bersorot begitu menggairahkan.“Tunggu aku ya?” bisik Arnold lirih.“Untuk?” tampak kening itu berkerut, membuat Arnold lantas mendaratkan kecupan di kening itu.“Datang ke papa dan melamarmu.”Senyum Sisca merekah, “Hanya sendiri? Atau bersama keluargamu?”“Sendiri ataupun bersama mereka, aku hanya akan memastikan bahwa hanya kamu yang akan aku nikahi. Itu lebih penting dari pertanyaanmu tadi, Sayang.”Sisca hendak kembali bersuara, namun Arno
Read more
Ch. 88 Plan B, Done!
Arnold tengah menyusun draft laporan khusus yang selalu papanya minta ketika panggilan itu masuk ke dalam ponselnya. Sebuah nomor asing masuk, dan Arnold tahu betul siapa yang meneleponnya itu. Ia mengabaikan sejenak pekerjaan yang ada di depan matanya, meraih ponsel itu dan mengangkat panggilan dari seseorang yang sudah lama ia nantikan kabarnya.Bukan!Bukan Scarletta yang dia maksud, melainkan sosok lain yang berada di satu wilayah dengan wanita yang hendak dijodohkan dengan dirinya.“Halo, gimana? Ready semua, kan?” tanya Arnold langsung ke tujuan.“Siap, lu jangan khawatir. Hari ini juga gue bakalan eksekusi sesuai rencana kita dulu.”Senyum Arnold merekah sempurna, sudah saatnya! Dan dia sudah tidak sabar lagi menantikan semuanya berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan.“Inget, main yang rapi. Gue nggak mau ambil resiko, Sam!” Arnold menyandarkan tubuhnya di kursi, ia tampak sudahsangat tidak sa
Read more
Ch. 89 KAU GILA!
“KAU GILA!”Sisca sontak berteriak, membuat Arnold refleks membungkam mulut Sisca sebelum beberapa pegawai dan pelanggan coffe shop itu beralih memperhatikan mereka berdua.“Jangan teriak-teriak dong, ah!” Arnold sontak melepaskan bekapan tangannya, Sisca menatap nanar lelaki itu, tampak sangat terlihat wajahnya begitu syok.“Apa maksud semua itu, Ar?” suara Sisca sama sekali tidak bisa kalem, ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang barusan dia lihat itu.Arnold menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku. Melambaikan tangan ke arah waitres dan menantikan sosok itu mendekati meja mereka.“Tolong satu hot arabica sama choco croissant satu.”“Baik, ditunggu sebentar Bapak.” Gadis itu lantas menoleh ke arah Sisca, “Ibu mau pesan apa?”Sisca memijit pelipisnya perlahan, ia menghela nafas panjang, kemudian menjawab pertanyaan itu dengan singkat, “Baileys iced
Read more
Ch. 90 Driving Me Crazy
Sisca akhirnya menyerah. Demi apa, sejak kapan dia menjadi begitu matrealistis? Ia membiarkan Arnold melakukan apa yang dia mau setelah jenis dan tipe mobil telah mereka sepakati berdua di meja makan tadi.Ah ... jujur ada perasaan bahagia yang menyeruak di dalam hati Sisca, hanya karena begitu meninginkan dirinya, Arnold sampai rela merogoh kocek dalam-dalam hanya demi membelikan Sisca mobil? Sisca tersenyum, mulai menikmati sentuhan-sentuhan yang dilancarkan Arnold kepadanya. Gelayar-gelayar nikmat itu mulai membelenggu Sisca, membuat lengguhan-lengguhan erotis dan seksi itu akhirnya meluncur juga dari bibir Sisca.“Suka juga, kan?” ejek Arnold sambil tersenyum mengejek.“Ah ... yang jelas besok mobilnya tetep jadi!” tukas Sisca tegas.Arnold mencebik, ia lantas kembali melakukan serangan demi serangan itu. Malam ini juga akan Arnold teguk habis madu dari tubuh ini. Dia sudah keluar uang ratusan juta untuk membuat Sisca menyerahk
Read more
PREV
1
...
7891011
...
19
DMCA.com Protection Status