All Chapters of MR. CINDERELLA (INDONESIA): Chapter 11 - Chapter 20
110 Chapters
Part 11
Memang ya, bersama Pram itu bawaannya aman dan nyaman. Bukan karena stigma pekerjaannya saja yang mengharuskan Pram melindungi siapa yang sedang bersamanya. Tapi juga karena aura Pram sebagai laki-laki pelindung sepertinya begitu mendominasi. Begitu yang di rasakan Bu Ocha. Sepanjang perjalanan pulang bersama Pram. Bawaannya pengen nempel terus. Di atas motor pun apalagi, tubuhnya seolah terpatri pada tubuh Pram. Merapat sambil memeluk pinggang Pram erat. Dan sesekali merebahkan kepala di punggung Pram. Namun lucunya, Pram sama sekali tak merasa risih, walaupun Pram tentu merasakan bagaimana Bu Ocha duduk begitu rapat dengannya. Bahkan ketika berhenti di lampu merah, satu mobil sedan berisi gadis-gadis berpakaian putih abu-abu dengan genit menggoda dan meneriakinya ‘berondong dan tantenya’. Pram meresponnya hanya dengan tersenyum lebar. Sementara Bu Ocha makin menggila. Dia makin mengeratkan pelukannya dan mendusel-duselkan pipi
Read more
Part 12
Sudah lebih dari tujuh jam Pram bersama Sabrina mendampingi Cinta menjalankan rutinitas syutingnya di dua lokasi berbeda. Sementara jarum panjang di arloji Pram sudah mengarah di angka lima. Tapi tampaknya tak ada tanda-tanda dari Cinta untuk menyelesaikan syutingnya sore ini.Begitu juga sang sutradara yang duduk di tengah taman bersama seperangkat layar monitor, tampaknya tak ada puasnya memerintahkan para artisnya untuk mengulang satu adegan untuk mendapatkan hasil yang sempurna.Bersama beberapa kru yang mendampingi, sutradara kawakan bernama Rizal Mantavkali itu bergeming dengan konsentrasi penuh memantau adegan-adegan yang diperagakan oleh Cinta berdua dengan lawan mainnya, seorang aktor terkenal asal Negeri Ginseng, Lho Baw Tae.Kembali Pram melirik arlojinya, dengan perasaan hati yang sulit dijelaskan. Pasalnya, malam ini dia harus memenuhi janjinya pada Hani untuk datang menemui kedua orang tua Hani. Karena Pram tak ingin menunda lebih lama lagi untuk s
Read more
Part 13
Malam, walaupun gelap, tapi dirinya bisa menunjukkan bahwa mendung tengah menyelimuti, dan siap memuntahkan air yang sudah bergelayut di balik awan. Terbukti tak tampak bintang di atas sana dan disertai suhu udara yang lambat laun menghangat.Begitu juga dengan Pram. Walaupun wajah tampannya dia kondisikan setenang mungkin, namun aura kesedihan itu tak mampu dia sembunyikan. Tak tampak lukisan semangat dan lesung pipit samar sisa senyuman yang menjadi ciri khasnya. Bu Ocha menangkap jelas aura tak menyenangkan itu.Terlebih lagi melihat Pram memasukkan motornya dengan langkah gontai dan juga keranjang berisi buah yang masih terbungkus rapi teronggok di atas meja tepat disampingnya. Buket buah yang sama yang di bawa Pram ke rumah Hani sore tadi saat Pram berpamitan padanya. Tak perlu banyak interogasi, Bu Ocha sudah bisa menerka bahwa lamaran Pram untuk sang kekasih tak sesuai dengan harapan.Pram kembali menghampiri Bu Ocha, lalu menempatkan dirinya di atas temb
Read more
Part 14
“Ke rumah Pak Abraham. Sekarang juga.”Begitu isi pesan WhatsApp dari Pak Darto, komandannya, tepat di pukul lima pagi tadi, setelah Pram baru selesai menuntaskan ibadah wajib Shubuhnya. Tentu saja bingung dan heran menyapa diri Pram setelah membaca pesan itu. Karena sejak pembicaraan satu bulan lalu, baik Pak Darto maupun Pak Abraham, boss besarnya, tidak pernah menghubunginya lagi satu kali pun. Hanya notifikasi tranferan gaji saja yang dia terima dari sekertaris Pak Abraham di tanggal satu, beberapa hari yang lalu.Pram yakin, pasti ada sesuatu yang sangat penting hingga dirinya diminta untuk segera datang ke rumah Pak Abraham pagi ini juga.Karena itulah kini Pram berdiri tegak di hadapan Pak Abraham dan juga Pak Darto di ruang kerja Pak Abraham. Menunggu siapa diantara kedua orang berwibawa itu membuka suara lebih dulu.“Pramudya, Mbak Cinta kecelakaan dini hari tadi.”Degh! “Astagfirullah! Bu Cinta .
Read more
Part 15
Sesuai yang diperintahkan oleh Pak Abraham, agar Sabrina mengosongkan agenda acara Cinta untuk dua hari ini, mereka pun mematuhi. Hari kedua pasca kecelakaan itu, Cinta dan Sabrina hanya mengisi waktu mereka dengan istirahat dan sesekali memanjakan mata mereka dengan menyaksikan cowok-cowok aduhai di serial drama Korea yang tayang berjilid-jilid lewat koleksi DVD.Pak Abraham dan Ibu Viola hampir setiap dua jam sekali menghubungi Cinta lewat telepon dan panggilan video WA dengan tujuan mengecek apakah putrinya itu benar-benar berada di dalam unit apartementnya dan memulihkan kondisi tubuh pasca kecelakaan itu.Walaupun ada Pram yang berinisiatif menginap di sana, tapi kedua orang tua itu tetap saja waspada dengan akal bulus Cinta. Mereka takut Pram ‘kecolongan’ lagi mengawasinya. Karena mereka sangat tahu siapa putri mereka itu, seorang night society pecandu hingar bingar diskotik dan mendekati gejala alcoholic.Pram yang merasakan nikmatnya tidur du
Read more
Part 16
Pram merasakan tubuhnya segar kembali setelah membersihkan diri. Dia sudah tampak rapi dengan setelan hitamnya, kemeja dengan lengan tergulung sampai siku, dipadukan dengan celana yang sama dengan yang kemarin dia pakai. Rambutnya dia sugar asal saja, namun tampak serasi membingkai kulit kecoklatannya yang segar merona. Bulu-bulu halus di sekitar rahang dan dagunya dia biarkan tumbuh subur, namun justru membuat pria itu terlihat lebih macho dan dewasa. Bisa dipastikan akan membuat lawan jenis yang menatapnya menahan nafas karena terpesona. Satu kata untuk menggambarkan sosok Pram. Tampan. Tubuhnya tinggi tegap nan proporsional disertai dengan rupa perpaduan ras melayu dan sekilas ras kaukasoid yang tercetak di matanya yang dalam dan hidungnya yang tegak. Hingga sejak dulu banyak yang menyarankan Pram untuk mendaftarkan diri menjadi seorang foto model atau peragawan. Tapi secuil pun Pram tidak tertarik dengan saran itu. Karena baginya itu terlalu berle
Read more
Part 17
Tiga bulan tidak bertemu. Terpisah jarak ribuan mil. Hanya bertukar kabar melalui komunikasi udara. Itu pun tak seintensif sewaktu berada di satu kota yang sama. Membuat Cinta dan David terkungkung kerinduan yang begitu menyiksa. Keduanya saling menatap mesra. Disertai sentuhan di titik-titik tubuh yang dipercaya mampu membangkitkan gairah yang terpendam. Tak cukup hitungan detik bibir mereka saling memagut dan menyecap, bahkan bermenit-menit hingga keduanya saling memperebutkan oksigen yang sama. Hasrat alamiah pun tak terhindari lagi datangnya, bagai gelombang Tsunami yang menggulung akal sehat mereka. David, dengan keahlian bibir dan jemarinya membuat Cinta mendesah frustrasi berkali-kali. Begitupun Cinta, dengan liukan dan desahan manjanya membuat jantung David memompa lebih cepat karena rangsangan gairah yang kian meninggi. “Sweety, aku ... nggak tahan lagi,” desah David di leher Cinta setelah pria modis itu menyesap kulit leher Cinta yang meruak
Read more
Part 18
Tak banyak kata lagi, tak hendak menanggapi ocehan Sabrina lebih lama lagi, tak juga dia hiraukan Sabrina yang masih meledeknya dengan sebutan kudet dan kurang pergaulan, Pram langsung beranjak dari duduknya dan bergegas pergi meninggalkan nasi gorengnya yang teronggok lesu karena tak tersentuh, meninggalkan Sabrina yang ikut beranjak dan setengah berlari mengejar langkah lebarnya. Semua itu karena Cinta penyebabnya. Otaknya dipenuhi dengan fantasi liar tentang si nona muda yang tengah berbuat tak pantas di dalam kamar dengan sang pacar. Walaupun resiko pribadi Cinta bukan urusannya, tapi nalurinya sebagai pengawal keamanan seketika memberontak dan tak rela jika sesuatu yang buruk terjadi pada Cinta. Dan itu terjadi di bawah tanggung jawabnya.  Langkahnya mantap menuju meja kasir, lalu memesan seporsi Vegetable Sandwich dan Beef Sandwich beserta Coffee Latte dan Mochachino. Tak lama menunggu, makanan dan minuman dalam kemasan elegant itu sudah berada di tanganny
Read more
Part 19
Kangen kontrakan. Begitu yang terpikir di benak Pram setelah menginap dua malam di unit apartement Cinta. Walaupun keadaan kontrakannya terbilang sangat sederhana, namun suasananya yang tenang membuat Pram susah untuk meninggalkannya lebih lama. Karena itu, setelah mengantarkan Sabrina belanja keperluan dapur di supermarket dekat apartement mereka sore ini, Pram minta ijin pulang sebentar untuk menengok kontrakannya dan mengambil pakaian bersih untuk pakaian ganti jika sewaktu-waktu menginap di apartement lagi. Dari jarak sepuluh meter menuju kontrakannya, netra Pram menangkap dua orang wanita beda usia tengah duduk di kursi rotan tepat di samping pintunya. Begitu mendekat, tampak Bu Ocha tengah melingkarkan lengannya ke bahu Hani. Bergegas Pram memarkirkan motornya, melepas helmnya, lalu menghampiri keduanya. “Hani? Sudah lama datang?” sapa Pram setelah mendekat dan membelai pucuk kepala Hani sejenak, kemudian beralih mencium punggung tangan Bu Ocha. Lalu me
Read more
Part 20
Sejujurnya, Pram sudah menyadari harapan untuk mendapatkan restu dari kedua orang tua Hani nyaris sirna. Namun perasaan cinta pada Hani masih kokoh terpatri di dalam hatinya. Dan Pram yakin Hani pun demikian. Itulah yang membuatnya masih menyimpan keinginan kuat untuk memperjuangkan Hani. Namun apakah keyakinan itu akan tetap bertahan, walaupun berkali-kali dia mendapat penolakan. Bahkan dengan sangat kasar dan arogan? Siang ini, Pram duduk di kursi panjang berhadapan dengan kolam renang di sebuah hotel berbintang lima, tengah menunggu Cinta menyelesaikan jadwal pemotretan untuk produk herbal pelangsing tubuh dari merk lokal yang cukup terkenal. Pram yang semula menghubungi Hani lewat sambungan telepon untuk mengetahui keadaannya, kembali mendapat semprotan kata-kata pedas dari Ibu Prapti ketika suara Hani berganti menjadi suara ibunya. Pria itu hanya terdiam mendengar semua sumpah serapah, caci maki dan hinaan yang Bu Prapti lontarkan tanpa perasaan.
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status