Semua Bab Sang Penakluk: Bab 101 - Bab 110
217 Bab
Dia Telah Yang Pergi
Deretan kalimat yang tertulis di layar ponselnya membuat Indira gemetar. Putri menceritakan tentang semua usahanya untuk membuat Alden bertanggung jawab, namun pria itu menolak dan tidak mengindahkan semua tuntutannya.Alden terkesan tidak peduli dan hanya mengirimkan sejumlah uang untuk kompensasi Putri supaya tutup mulut dan tetap bungkam. Ada kecewa yang begitu besar mulai merayap dan membuat Indira mengubah pandangannya selama ini pada Alden.Tidak semua yang ia lihat saat ini menjadi karakter Alden yang sesungguhnya!Indira memberanikan diri untuk membaca pesan berikutnya.‘Saya tidak ingin mengganggu rumah tanggamu, Ndi. Tapi saat ini kondisiku sangat sulit karena kehilangan pekerjaan dan anakku butuh biaya hidup. Aku tidak bermaksud menuntut Alden menjadi ayah anakku, hanya tanggung jawab nafkah yang layak dan pantas supaya anakku bisa terus sekolah dan mendapatkan hidup yang lebih baik dari sebelumnya.’Indira meletakkan ponsel
Baca selengkapnya
Berhenti Menyakitiku, Pergilah
Tanpa memberitahu dengan jelas, Indira mengabarkan pada keluarga Alden jika suaminya pergi tanpa kabar berita. Raka terhenyak dan sangat terpukul. Tidak ada yang mengerti apa yang sebenarnya Alden inginkan dan tuju.Indira memilih untuk menjauh dan menghindar ketika Siwi dan Shana mencoba menghubungi dirinya. Mentalnya yang tidak siap menerima pukulan kedua dalam hidupnya, membuat Indira akhirnya harus merelakan diri untuk menemui psikiater demi meluahkan emosi yang terpendam.Wanita itu dengan sabar menuntun Indira yang Awalnya sulit membuka diri. Dalam penilaian psikiater tersebut, Indira adalah pribadi yang terbiasa menjadi single fighter dan sulit mempercayai orang dalam sekejap.“Menurutmu, ini adalah kesalahan kalian berdua? Karena tidak terbuka?” Mina, psikiater itu melontarkan kalimat pada Indira.Remasan gugup jari Indira yang terus memintir ujung bajunya menunjukkan wanita tersebut tidak sepenuhnya percaya diri melontarkan pendapatny
Baca selengkapnya
Menguak Luka Lama
Seperti biasa, minggu ini di hari sabtu sore, Menik mengantar Indira menemui Mina. Ketika melihat Indira yang semakin terlihat bingung, Mina meminta waktu untuk berbicara pada Menik.“Ada kabar di mana Alden, Bu?” tanya Mina. Menik menggelengkan kepalanya dengan lemah.“Ada saudara terdekat yang bisa mendampingi Indira setelah ini?”Menik kembali menggelengkan kepala.“Dia yatim piatu,” jawab Menik. Mina menghela napas berat.“Terima kasih, saya akan teruskan sesi hari ini. Untuk pertemuan minggu depan, tolong bawa Indira tiga kali seminggu. Kondisinya sudah tidak terlalu baik. Ditilik dari fisiknya, Indira menderita depresi yang cukup parah dan akut.”Menik mengangguk dengan cepat sementara menahan diri untuk tidak tersedu. Mina menepuk pundak Menik dengan lembut.Indira duduk di sofa panjang dengan tegang. Mina memintanya untuk tenang dan bersantai.“Kamu kehilangan berat
Baca selengkapnya
Elegi Seorang Wanita
Mina menarik meja kecil di sebelahnya dan meletakkan laptop di atas. Tangannya mengetik dengan cepat kemudian melakukan satu klik dan tampil sebuah video yang cukup menguncang batin Indira.Awal mulanya hanya tampak sesi pertemuan antara seorang wanita dengan rambut panjang kusut bersama dokter yang mirip seperti seorang psikiater.Sesi diskusi tersebut hampir serupa dengan yang Indira lalui beberapa kali ini. Wanita itu terlihat resah dan cemas. Sikapnya menunjukkan jika ada tekanan batin yang begitu besar.Kemudian video yang kedua menampilkan kondisi wanita yang makin terlihat sangat buruk dan memprihatinkan. Tubuhnya kian kurus dan penampilan kusut juga kumal. Pada sesi tersebut wanita itu menunjukkan sikap agresif dengan berteriak dan mulai merusak beberapa benda di sekitarnya seperti luapan emosi yang tersimpan.Indira memegang ujung bajunya dengan gemetar. Ia mengenal siapa wanita yang ada dalam video tersebut. Video terakhir menampilkan situasi wa
Baca selengkapnya
Menguntai Harapan baru
Kejenuhan yang dirasakan ketika sedang dalam situasi mengalami ujian hidup memang sangat menyesakkan. Itu yang dialami Indira. Hari-harinya serasa menghimpit dan tinggal di rumah yang pernah ia habiskan bersama dengan Alden cukup memberinya tekanan yang menambah daftar siksaan jiwanya. Ingin rasanya mengutarakan pada Menik, mertuanya, untuk sejenak pergi dan mencari kelegaan yang mampu memberinya ruang gerak.Masalah yang dihadapi dalam hidup memang sangat kompleks. Jika ekonomi bukan sumbernya, maka lingkunganlah yang akan berperan. Kebimbangan dalam menentukan sikap membelenggu Indira dalam kungkungan yang tidak bisa ia uraikan.“Indi, ini pertemuan kita yang keempat,” cetus Mina membuka percakapan pertemuan mereka hari itu.“Ada perubahan yang kamu rasakan?” tanya Mina kemudian.Indira mengeluarkan buku diari dari tasnya dan mengangsurkan pada Mina.Mina tersenyum.“Kamu memilih menulis? Itu bagus. Aku juga l
Baca selengkapnya
Diari Indira
11 September Semua menjadi semakin membaik. Sejak aku memutuskan untuk meninggalkan semuanya di Bali, aku merasa lega. Semoga aku bisa memulai dari bawah tanpa penyesalan. Ini akan kujalani dan tekuni sebagai titik balik yang menuntunku menjadi seorang manusia yang mandiri. Urusan hati akan kututp rapat-rapat. Mungkin keberuntungan mengarungi kebahagiaan pernikahan bukan rejekiku. 01 Oktober Aku harus segera memutuskan tentang hak asuh Renzo. Rasanya tidak adil jika aku terlarut dalam kesendirian sementara Renzo harus kehilangan Alden dan kini juga diriku. Walaupun tidak yakin, tapi aku harus mengambil solusi yang terbaik. Renzo tidak pantas menerima akibat dari prahara kedua orang tuanya. Dia harus memiliki masa depan yang cerah dan aku akan berjuang untuk itu! 16 Oktober Aku tidak bisa! Aku bukan ibu yang baik! Setiap melihat Renzo, aku kembali teringat akan Alden. Apa yang harus aku lakukan? Ini seperti kembali ke titik awal depresiku. Maaf
Baca selengkapnya
Bukan Lagi Pribadi Yang Sama
Dalam perjalanan hidup seseorang, segala bentuk pengalaman mampu mengubah mereka menjadi pribadi yang sangat berbeda dari yang sebelumnya kita kenal. Ketika kita mengenal sahabat sekolah dulu yang begitu menyenangkan mendadak berubah menjadi sosok yang getir dan menarik diri, mungkin perjalanan hidupnya telah membentuk sahabat kita menjadi manusia yang berada pada ujung keputus asaan.Sebaliknya, jika seseorang yang kita kenal sebagai orang pemalu tiba-tiba tampil menarik dan juga mengesankan, mungkin hidupnya telah melewati proses metamorphose yang lebih baik. Namun, kita semua tahu, bahwa tidak selamanya kita berada dalam titik terendah. Roda selalu berputar dan kita akan terbawa dengan sendirinya menuju puncak.Hanya saja, ada persyaratan untuk mencapai level tersebut.Indira Sartika, mengalami sendiri pahit dan getirnya hidup dan menjadi pribadi yang rapuh dan juga tidak bisa menentukan sikap dengan tegas. Ketika tersadar bahwa itu akan selalu membayangi dir
Baca selengkapnya
Dia Anakku
Indira merapikan gambar pola yang baru saja selesai ia gambar. Setelah mengirimkan pesan untuk para pelanggannya, Indira mulai mengantung baju yang siap diambil oleh mereka. Narti memasang plastik untuk menjaga baju supaya tidak terkena debu.“Mbak, aku mau ke sekolah Renzo siang ini. Nanti untuk sisa tagihan langsung minta aja ya?” pesan Indira. Narti mengiyakan dan Indira bersiap untuk mandi.Setelah mendengar tentang kecerobohan gurunya yang mengatakan pada Renzo mengenai surat perwalian tersebut, Indira bermaksud untuk menegur wali kelas anaknya.Tidak seharusnya guru tersebut lancang menguak hal ini tanpa persetujuannya. Telepon dari Shana masuk dan Indira mengangkatnya.Ternyata itu adalah undangan untuk merayakan hari ulang tahun Genta di akhir pekan ini. Indira menyanggupi untuk mampir dan menghadiri acara tersebut dan Shana dengan senang hati berpesan untuk membawa Renzo.“Jangan lupa, Renzo bawain baju ganti! Kita nginep
Baca selengkapnya
Seandainya Bahagia Itu Sederhana
Udara di puncak sangat mendukung mereka untuk menikmati makanan yang hangat. Ternyata dalam hal memasak, Shana begitu pintar dan lebih cekatan dibandingkan Indira dan Siwi. Genta sedang merayu Shana untuk kembali memasak udang cabai hijau kesukaannya.“Tapi kamu bayarin aku massage ya?” todong Shana pada Genta.“Iya deh. Sepuluh kali juga ayo!” sambut Genta menyanggupi. Indira tersenyum dan membantunya memasak sementara Siwi sedang sibuk menemani Renzo membangun bangunan dari batang korek api bersama Keenan.Ponsel Keenan berbunyi dan ketika melihat nama di layar, dia segera bangkit dan keluar. Tidak ada yang curiga sedikit pun tentang panggilan tersebut. Keenan berjalan menuju halaman dan mengusap ikon hijau.‘Halo, Al?’‘Apa kabar, Bro?’‘Baek. Kemana aja Loe?’‘Ada di sini.’‘Loe gila, Al! Bisa-bisanya pergi tanpa berita dan konyol banget sikap Loe
Baca selengkapnya
Bahasa Sunyi
Undangan dari kedutaan Indonesia itu Alden terima dengan hati penuh tanya. Sudah kali kedua ia menerima undangan untuk paguyuban bagi warga Indonesia yang tinggal di Indonesia. Ia tidak mungkin menolak untuk menghadiri acara tersebut. Pikirnya mungkin perlu untuk mendekatkan diri supaya mudah dalam proses mendapatkan perpanjangan visa.Acaranya sekitar pukul tujuh malam dan Alden berniat untuk memenuhi undangan tersebut.Pria itu memilih baju yang tepat untuknya menghadiri acara tersebut. Setelah usai, jam di tangannya sudah menunjukkan pukul lima sore. Ia segera bergegas dan mandi.Jarak yang akan dia tempuh nanti adalah sekitar satu jam dan Alden tidak ingin hadir terlambat. Tidak sulit untuknya mendapatkan taxi dan mobil berwarna kuning itu meluncur menuju kantor kedutaan.Dengan ragu-ragu, Alden menunjukkan kartu undangan pada penerima tamu dan pemuda itu tersenyum lebar dan melupakan bahasa Swedia yang tadinya sempat ia lontarkan pada Alden.T
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
22
DMCA.com Protection Status