All Chapters of Sang Penakluk: Chapter 111 - Chapter 120
217 Chapters
Duka Dalam Diam
Mengenal pribadi Niara cukup membuat Alden terhibur. Kesan pertama yang tidak begitu baik, kini akhirnya luntur dan Alden menikmati kebersamaan mereka.Niara adalah wanita yang belum ia kenal seutuhnya. Di luar pembawaannya yang ceria dan suka berkelakar, dia juga menyimpan sesuatu yang tidak pernah ia ungkapkan pada Alden.Hanya saja, jika Alden menilai, Niara pernah mengalami hal yang membuatnya begitu trauma dan dia memang mencoba melarikan diri dari masa lalunya. Hari ini Alden baru saja menerima pesan dengan emoticon lucu dari Niara yang mengatakan bahwa indomie adalah makanan paling berharga.Alden tersenyum geli. Niara baru saja mendapatkan kiriman dari keluarganya yang dititipkan lewat salah satu anggota komunitas mereka. Tawaran untuk Alden turut menikmati mie instan khas Indoensia tersebut terlontar dan ia berjanji membawa sore itu.Alden baru saja memutuskan untuk menghubungi ibunya. Tangis Menik bercampur dengan marah dan omelan khas ibunya pu
Read more
Rasa Dalam Mie Instan Kuah
Pagi hari, Alden terbangun karena aroma harum yang menguar dari dapurnya. Dengan mata setengah mengantuk, ia membuka mata. Setengah terpicing ia memastikan siapa yang ada di dapur. Alden dengan malas bangkit dan menyeret kakinya menuju ke arah dapur.Niara dengan suara bersenandung merdu, sedang bernyanyi sembari menyiapkan mie kuah instan untuknya!“Pagi!” serunya dengan suara biasa dan ceria. Raut suram dan sendu tadi malam hilang dan seperti tidak pernah ada.“Mie instan siap disantap lima menit lagi!” ucapnya kemudian.Alden memberi isyarat untuk ijin membasuh muka dan sikat gigi dulu. Niara mengangguk dan kembali sibuk memotong sayuran dan jamur untuk tambahan.Setelah merasakan air dingin menyentuh wajah dan segarnya pasta gigi menyegarkan mulutnya, Alden siap bersantap hidangan istimewa.Ketika tiba di dapur, Alden bingung. Mie instan sudah terhidang dengan kepulan asap panas yang menggoda perutnya, tapi Niara
Read more
Pesan Dalam Sebuah Buku
Niara membetulkan ranselnya yang melorot dan menekan bel. Tidak lama terdengar langkah kaki dan pintu terkuak. Alden tersenyum ceria dan membuka pintu lebar-lebar.“Empat puluh menit! Telaaat!” protes Alden.Niara menunjukkan kantong belanja dan membuat gerakan cepat.“Aku belanja dulu, karena aku bakal nginep di sini!” cetus Niara dalam bahasa isyarat.Alden mengernyitkan dahi dan berharap tidak ada yang terjadi pada Niara.“Tenang! Kali ini bukan karena aku terdesak!” hibur Niara sembari teriak dari dapur.Alden tertawa lega dan menarik snack rumput laut dari paper bag yang baru dirapikan ke dalam kulkas oleh Niara.“Aku siap dengar ceritamu. Kalo menarik, semua outline akan kuganti dengan ceritamu,” ungkap Niara sembari membuka laptop dan duduk di karpet.Alden masih sibuk mengunyah sementara menyiapkan rangkuman kisahnya dengan Indira.“No judgement, janji ya?&rdq
Read more
Kisah yang Terbungkam
Ada beberapa hal yang tidak bisa dipungkiri dalam hidup. Salah satunya adalah menghapus masa lalu. Sejauh apa pun kita melangkah dan melarikan diri dari tempat yang menjadi kenangan buruk tersebut, masa lalu itu tetap akan mengikuti kita seperti bayangan.Seperti Niara, mencoba melepaskan ikatan yang menjeratnya ke dalam lingkaran kuat yang mengekang kebebasannya untuk menjadi manusia bebas seutuhnya. Berulang kali ia menghindar, akan tetapi, sosok yang membuatnya terpuruk, mengejar seperti tidak memiliki belas kasihan sedikit pun.“Tinggalkan aku, kumohon,” pintanya dengan memelas. Manusia yang seharusnya menjadi pelindung bagi dirinya sebagai wanita yang telah dinikahi, bersikukuh untuk memintanya kembali.Niara tidak mampu mengungkap kelicikan pria yang telah membuatnya trauma selama lima tahun pernikahan. Hidupnya bagaikan berada di lubang neraka yang tidak memiliki dasar.Bondan. Pria yang ia pikir bisa membawanya mengarungi pernikahan ba
Read more
Mama, Aku Sudah Tahu
Mama, Aku Sudah TahuIndira menggantungkan bingkai lukisan Renzo di lorong menuju ruang tamu. Walau bukan darah dagingnya, Renzo ternyata memiliki bakat yang sama dengan Indira. Melukis. Putranya masih ekstrakurikuler renang dan sebentar lagi akan pulang. Indira segera menyiapkan makan malam untuk mereka. Ia mengeluarkan ayam bumbu yang sudah tinggal masuk oven. Sementara itu, sayuran yang sudah disiapkan Narti, ia tumis. Sejenak Indira sibuk memasak. Narti turun dari lantai atas untuk mengangkat jemuran yang sudah terlipat rapi. "Hujan lagi kayaknya ntar malam," lapor Narti dengan khawatir karena Renzo belum pulang. Matanya melirik ke arah jam dinding, pukul lima sore lebih. "Renzo kok belum pulang, Mbak?" tanya Narti cemas. "Sudah dalam perjalanan, baru aja pelatihnya kirim pesan," sahut Indira membersihkan kompor dengan cekatan. Narti segera bersiap ke depan. Indira menata piring dan semua sudah siap. ***Makan
Read more
Dia yang Bisa Diandalkan
Tanpa menunggu waktu lagi, Alden melayangkan surat gugatan cerai dan semua dilakukan oleh Abby, kakaknya. Bukti-bukti yang menguatkan, termasuk Bondan sebagai pemakai obat yang sudah puluhan tahun meracuni, mereka sertakan.“Ini bakal bikin suamimu menerima ancaman hukuman mati, Nia. Kamu siap?” tanya Alden sewaktu membaca berkas yang Abby kirimkan padanya.Niara berpikir sejenak dan terlihat bimbang.“Nia? Kamu nggak bisa mundur lagi dan semua memang akan terjadi!” desak Alden tidak sabar.“Apa yang sebaiknya aku jawab, Al? Aku nggak berusaha membuatnya masuk penjara. Cuman mau bebas aja dari pria bejat itu,” keluh Niara resah.“Kamu tahu berapa banyak wanita yang sudah menjadi korban Bondan? Kamu tahu tahun-tahun yang kalian lewati itu sangat tidak adil dan meresahkan? Dia psikopat, Niara! Kamu seharusnya tidak mengampuni pria seperti Bondan!”“Tapi membiarkan dia dijatuhi hukuman mati?
Read more
Batas Kesabaran
Niara kini lebih bersemangat untuk menyelesaikan semua pekerjaannya yang tertunda selama ini. Beberapa buku yang sempat ditagih oleh penerbit, kini berhasil diselesaikan dalam tempo yang singkat. Alden selalu memberinya semangat untuk merampungkan satu persatu.“Tinggal buku kamu yang belum kelar. Semoga akhir minggu ini kelar dan bisa kita cetak,” harap Niara dengan antusias.“Aku ingin satu copy untuk kukirim pada seseorang,” pinta Alden.“Untuk Indira?” tanya Niara. Alden diam dan tidak segera menjawab.“Nggak apa-apa. Mungkin itu usaha yang bisa menyatukan kalian kembali,” harap Niara mendukung penuh rencana sahabatnya.“Ya. Walaupun kesannya pengecut, tapi cuman itu yang berani aku lakukan. Kesalahanku terlalu banyak padanya,” renung Alden dengan wajah penuh sesal.“Aku akan percepat dan kita harus realisasikan, Al!”Niara membuktikan janjinya. Seminggu penuh
Read more
Terpukul
Dengan hati yang geram, Indira membuka laptop dan mencari alamat email Alden. tidak peduli apa pun yang disampaikan melalui pesan buku tersebut, hati Indira sudah membeku dan tidak ingin kembali pada masa lalu kelamnya bersama Alden.Wanita itu berpikir jika ia tidak begitu saja membiarkan Alden datang kembali setelah sekian lama pergi tanpa kabar. Ia tidak semudah itu memaafkan.Tangannya mengetik dengan cepat pesan yang akan ia kirimkan untuk suami yang telah menjadi mantan baginya.‘Kepada YTH,Bapak Alden Aminata SHTerima kasih atas kiriman buku yang begitu menyentuh hati manusia yang membacanya. Tapi satu hal yang perlu Anda ingat! Lancang sekali Anda melakukan hal itu tanpa persetujuan saya?! Saya tekankan sekali lagi, bahwa tidak ada kata KEMBALI sampai kapan pun! Bagi saya dan Renzo, Anda sudah mati dan tidak akan pernah menjadi bagian hidup kami. Jadi buang jauh-jauh harapan itu, karena sampai kapan pun, manusia yang memiliki sifat
Read more
Kalut yang Hampir Membawa Maut
Indira yang sedang memegang gelas mendadak hatinya berdetak cepat dan gelas itu terlepas ke lantai.Praang!“Kenapa, Mbak Indi?” seru Narti yang ada di dapur dengan cemas.Indira berdiri dengan tertegun dan mengatur napasnya yang tersengal.“Nggak apa-apa, Mbak Narti. Tiba-tiba perasaanku nggak enak dan gelasnya terlepas,” jawab Indira yang masih duduk dengan tubuh gemetar.Narti tampak lega dan segera mengambil sapu untuk membersihkan pecahan yang tersebar di bawah.“Bawa dalam doa, Mbak Indi. Semoga aja semua berjalan dengan baik,” saran Narti yang langsung memikirkan Alden.“I-iya, Mbak. Makasih,” sahut Indira lemah. Ia segera masuk kamar dan melihat laptopnya yang terbuka dan masih menunjukkan email yang ia kirim untuk Alden. Dengan wajah berdebar, ia melangkah mendekat. Matanya kembali membaca setiap kalimat yang ia tuliskan. Indira merasa setiap kata-kata yang ia tujukan pada Alden
Read more
Firasat Sebuah Hati
Sejak kejadian gelasnya pecah, Indira terus menerus dirundung keresahan. Berkali-kali ia melukai jarinya ketika menjahit. Dengan perasaan kalut, Indira memutuskan untuk tidak menjamah jahitan hingga merasa tenang kembali.Narti ingin mengatakan kekhawatirannya selama ini, akan tetapi tidak sampai bibirnya mengucap. Wanita itu khawatir jika akan membuat luka pada Indira. Narti juga melihat, jika Indira terlihat tidak tenang dan selalu was-was tanpa sebab.Dengan saling menjaga dan menyimpan, Indira dan Narti tidak pernah mengungkapkan hal yang menjadi ganjalan hati masing-masing.***Shana yang baru saja berbahagia karena dikarunia seorang putri yang sangat cantik, menutup pintu pelan-pelan. Bayinya baru tertidur. Ia mencari Keenan yang tadi ia lihat sedang mencuci mobil di garasi samping. Setelah melonggokkan kepala ke belakang mobil, Shana terhenyak. Keenan sedang berdiri dengan mata berkaca-kaca.“Keen? Kamu kenapa?” tanya Shana denga
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
22
DMCA.com Protection Status