All Chapters of POISONED LOVE: Chapter 21 - Chapter 30
34 Chapters
Obsesi
“Dari reaksi tubunya sepertinya Nona Lyra pernah mengalami suatu kekerasan atau hal yang membuatnya mengalami trauma hebat. Jelas ini bukan hal yang remeh, mengingat sampai saat ini luka itu seakan meninggalkan bekas yang mendalam. Luka yang tidak terlihat, tapi cukup menyakitkan bagi mentalnya.”“Trauma?”Dokter itu mengangguk yakin. Dia kembali melihat laporan medis di tangannya. “Mungkin Tuan Brian pernah melihat Nona Lyra tampak aneh di beberapa keadaan? Seperti khawatir dan takut pada sesuatu?” tanya sang dokter berusaha mengulik sedikit informasi. Brian diam. Otaknya berpikir keras sampai dia mengingat kembali kejadian beberapa minggu lalu di club. Di mana pertama kalinya dia melihat Lyra yang meringkuk ketakutan dan gelisah. Sampai saat ini dia belum tahu penyebab pastinya. Brian merasa bodoh karena sempat melupakan hal penting tersebut. Diamnya Brian seakan menjadi jawab
Read more
Sadar
Lyra melenguh. Kelopak matanya perlahan terbuka, sampai dia menangkap cahaya yang masuk ke netranya. Dia kembali terpejam sesaat, berusaha memfokuskan pandangannya kembali.“Nghhhh.”Lyra beralih mengamati sekitar. Ruangan serba putih, ranjang yang terasa asing, dan juga sedikit aroma obat-obatan. Dia juga melihat lengannya yang tertusuk selang infus.'Rumah sakit,' batinnya. Siapa yang membawanya kemari? Saat tengah berpikir bagaimana bisa dirinya berakhir di sini, suara pintu yang terbuka mengalihkan atensinya. Lyra menoleh dengan pelan, menatap seseorang yang masuk dengan wajah terkejut.“Kamu sudah bangun?” pekik Brian tanpa sadar. Dengan langkah lebar, dia menghampiri Lyra dan mengecek keadaan perempuan itu. Tatapannya memindai dengan cermat, seakan tidak ingin melewatkan sejengkal bagian tubuh perempuan itu. Ada desahan lega melihat Lyra yang tampaknya sudah baik-baik saja.“Ada
Read more
Mulai Goyah
Lyra benar-benar pusing menghadapi Brian yang bersikap over protective padanya. Pria itu bahkan tidak membiarkan dirinya melakukan gerakan sedikitpun. Bahkan tugas seorang perawat digantikan dengan mudah. Brian seakan cekatan dan terampil merawat orang sakit. Pria itu akan bersikap manis dengan menyuapinya makan, menanyakan keadaannya setiap  menit yang jelas dijawab dengan malas. Beruntung Lyra bisa menolak saat pria itu ingin membersihkan tubuhnya. Lyra masih cukup waras untuk meminta bantuan perawat."Sir, Anda tidak ke kantor?" tanya Lyra, berharap pria itu akan ingat pekerjaannya dan segera pergi.Brian langsung menggeleng. "Aku cuti sampai kamu sembuh."Lyra membulatkan matanya. Dia menatap pria itu dengan ngeri. "Anda bercanda?""Sejak kapan aku bercanda? Memangnya ada ekspresi bercanda di wajahku?"Lyra menggeleng kaku."Bagus. Lagipula aku yang punya perusahaan," sambung Brian dengan nada sombongnya.Ekspresi Lyra berubah m
Read more
Malam Panas 1
Brian tidak menjawab. Melainkan langsung memagut bibir itu dengan kasar.  Bibirnya menggigit bibir tebal itu dengan ganas. Tidak peduli akan bengkak atau terluka. Dia seakan melampiaskan sesuatu yang sejak kemarin ditahannya. Sedangkan tangannya pun tak tinggal diam. Meremas bagian-bagian yang bisa digapainya. Berusaha merangsang wanita itu agar mendesah lebih keras.Wanita yang tak lain adalah Donna menyambut hal itu dengan suka cita. Dia makin menekan tengkuk Brian, berusaha memperdalam ciuman yang memabukkan itu. Brian Dan foreplay-nya adalah hal yang paling Donna sukai. Dia sudah kecanduan dengan sentuhan pria kasar itu.Tidak ada pria sehebat Brian di ranjang. Hanya Brian yang bisa memuaskannya dan membuatnya mendesah keras.Lumatan itu makin kasar dan bernafsu. Lidahnya saling membelit, menyalurkan saliva masing-masing yang terasa manis.“Shhhhh,” desah Donna tanpa berniat menahannya. Dia tahu Brian akan semakin terangsang
Read more
Malam Panas 2
“Ahhh, Bri … lepas—akhh!”“Please!”“Akhhssss!”Ruangan tersebut dipenuhi dengan teriakan, erangan, dan kalimat-kalimat permohonan. Semakin latang suara itu, semakin puas rasanya. Brian menatap hasil karyanya dengan decakan puas. Sudah sekitar tiga jam dia melukis di sepanjang paha dan beralih ke perut wanita di bawahnya.Brian benar-benar melampiaskan kemarahannya. Tidak ada yang tahu sisi gelapnya yang ini kecuali ketiga sahabatnya. Keluarganya pun hanya tahu dirinya orang yang keras, tanpa tahu ada sisi iblis di dalamnya. Seringai lebarnya tidak pernah pupus. Dia makin merasa senang memberi banyak lukisan di tubuh wanita tersebut. Ini adalah hukuman bagi orang-orang yang mengusik miliknya.“Bagaimaana, Bitch? Bukankah ini menyenangkan?” bisiknya dengan nada rendah. Siapapun pasti akan ngeri sendiri saat mendengar suara yang terdengar seperti malaikat maut itu
Read more
Usulan Mendekat
Seperti dugaannya, saat Lyra menghubungi Bella dan mengabarkan keadaannya, wanita itu panik dan langsung mendatanginya ke rumah sakit. Bahkan sejak pertama menginjakkan kakinya di ruang rawat, Bella tidak berhenti bicara dan mengomelinya panjang lebar. Wanita itu selalu memiliki tenaga lebih untuk bicara.Lyra sampai berkali-kali memutar bola matanya malas. Dia menatap tingkah Bella yang seperti seorang ibu yang tengah memarahi anaknya. Dia tahu wanita yang merangkap menjadi temannya itu hanya khawatir padanya.“Lain kali kamu jangan lemah. Jika ada yang menindas, langsung lawan!” ujar Bella dengan nada suara yang menggebu-gebu. Dia jelas sangat geram mendengar cerita Lyra yang dibully oleh Donna. Meski tidak pernah bertatapan secara langsung, dia cukup tahu banyak tentang model tersebut.“Cih, dia hanya menjual tubuh untuk mendapatkan ketenaran instan saja sok sekali. Kalo ketemu, aku rontokin rambutnya,” komentarnya penuh ancaman. Wajah
Read more
Semakin Dekat
Setelah menyelesaikan urusannya, Brian kembali ke rumah sakit. Dia seperti enggan meninggalkan Lyra lebih lama. Rasanya berjauhan dengan perempuan itu sudah cukup menyiksa. Anggap saja Brian berlebihan. Nyatanya semua tentang perempuan itu selau berhasil membuatnya gila. Dia sudah menyerahkan urusan Donna pada kedua kawannya. Terserah mau diapakan, bahkan dilenyapkan pun, dia tidak masalah. Malah semakin bagus, artinya berkurang hama di sekitarnya. Tiba di ruang rawat Lyra, dia malah menangkap sosok wanita asing dalam ruangan itu. Wanita yang tengah berbincang dengan sangat akrab dengan Lyra. Tatapan Brian mengerut, dia berusaha menilai wanita asing itu. Setelah tidak menemukan hal yang mencurigakan, Brian bisa mendesah lega. Dia mendekati Lyra yang hanya diam menatapnya. “Kamu sudah makan?” tanyanya dengan tatapan lembut. Berusaha memberi kesan baik pada perempuan sakit itu. Lyra mengangguk sekali. “Obatnya sudah diminum?” Lyra kembali mengan
Read more
Sorry
Lyra berusaha untuk tidak memukul pria di depannya ini. Sejak keluar dari rumah sakit, sikap Brian sangat menyebalkan. Selain memaksanya menghilangkan sikap formal antara atasan dan bawahan, pria itu dengan seenaknya membawanya tinggal bersama di apartemen mewah pria itu. Demi Tuhan, Lyra memang mengizinkan Brian berada di sekitarnya, tapi bukan berarti lelaki itu harus selalu menempel begini. Lama-lama Lyra yang menjadi risih sendiri. Dia sudah berusaha mengusir Brian dengan cara baik-baik sampai kasar. Namun semua kalimatnya seakan masuk telinga kanan, dan keluar telinga kiri.“Bri, kamu nggak ada kerjaan lain?” tanya Lyra dengan wajah yang sudah menahan kesal. Dia berusaha sabar, memasang senyum lebar yang membuat pria itu kesenangan.Brian yang rebahan dengan paha Lyra  sebagai bantalannya malah semakin menikmati posisinya. Matanya terpejam dengan senyum tipis yang terukir di sana. Dia rela tidak ke kantor hanya untuk menemani Lyra di apartemennya.
Read more
Roti Sobek
Lyra memasukkan irisan bawang merah, bawang putih, dan cabai merah ke dalam wajan. Tangannya yang lentik mulai menumis hingga harumnya tercium tajam dan membuat Lyra memejamkan mata pelan, menikmati aroma masakan sederhana yang dibuatnya saat ini. Hanya nasi goreng dengan telur ceplok yang sudah diirisnya kecil-kecil sebagai hiasan. Kemudian Lyra sibuk menyiapkan makanannya ke meja makan. Menatanya dengan rapi dan juga menuangkan air putih di dua gelas yang berbeda. Lyra berdecak melihat hasilnya. Semua sudah selesai. Kini dia hanya perlu memanggil Brian agar bergabung dengannya. Pria itu pasti masih di ruang fitness pribadinya. Dengan pemikiran itu, Lyra segera melangkah ke lantai atas. Sudah lima hari tinggal di sini, sedikit banyak dia mulai paham seluk beluk setiap ruangannya. Bahkan Brian pernah mengajaknya berkeliling di apartemennya ini. Sungguh luas dan mewah. Bangunan ini seperti dua apartemen yang dijadikan satu bangunan. Dan tebakannya ternyata be
Read more
mysterious people 1
Setelah lolos dari godaan Brian, Lyra kembali melanjutkan menghidangkan masakannya di meja makan. Sementara Brian sudah berlalu ke kamarnya untuk membersihkan diri. Lyra memegang dadanya yang sejak tadi berdetak tak normal. Sentuhan dan segala tentang Brian memang patut diwaspadai mulai saat ini. Lelaki itu cukup membawa pengaruh untuknya.Suara langkah kaki yang mendekat berhasil menarik kembali atensinya. Lyra menoleh dan mendapati Brian yang sudah segar dengan penampilan santainya. Lyrra segera mengalihkan tatapannya, merasakan pipinya yang memerah hanya karena melihat penampilan lelaki dan mengingat kegiatan mereka barusan.“Ayo makan,” katanya, sembari mengambilkan nasi dan diletakkan pada piring lelaki itu. Lyra seakan tak sadar bahwa tindakannya membuat Brian menaruh perhatian penuh. Tatapan lelaki itu sangat lekat, mengikuti setiap pergerakan kecil yang dilakukan Lyra. Bahkan tanpa disadari siapapun, ada senyum tipis yang terbit di bibirnya.  
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status