Semua Bab Andai Semua Berbeda: Bab 51 - Bab 60
237 Bab
50. Pernikahan yang Tidak Biasa
"Papa, aku sudah katakan, aku cinta Fea, tidak mungkin aku menikahi Stefi. Jika Papa di posisiku, apa yang Papa lakukan? Memilih wanita yang Papa cintai atau melepasnya demi harta yang sebenarnya ga perlu dikejar?" Dengan tegas Arnon berkata pada Ardiansyah. Ardiansyah menegakkan badannya. Dia melihat Fea yang memandang padanya dengan sedikit takut. Wajah gadis itu begitu lembut. Ardiansyah tahu, Fea pasti tulus cinta putranya. Ardiansyah kembali melihat pada pendeta dan mengangguk, meminta acara dilanjutkan. Dia mengatakan siapa mempelai wanita yang bersanding dengan Arnon. Pendeta itu sangat terkejut. Ini tidak pernah terjadi selama dia melayani pernikahan, bahwa mempelai wanita yang datang berbeda dengan yang didaftarkan sebelumnya. Pendeta maju dan mendekat pada Arnon dan Fea. Dia memastikan bahwa kedua mempelai siap meneruskan acara. Arnon dan Fea memberikan jawaban mereka. Kemudian pendeta itu kembali ke tempatnya semula. Lalu Ardiansyah kembali duduk di kursinya, di sisi
Baca selengkapnya
51. I Love You, Istriku
Upacara pernikahan selesai. Suasana tidak menyenangkan dan penuh kemeriahan sebagaimana pesta pernikahan umumnya. Deasy dan keluarganya tidak menyalami Arnon dan Fea. Tidak juga menghampiri Arnella dan Ardiansyah. Mereka langsung meninggalkan tempat itu, tanpa mengatakan apa-apa. Antara marah dan malu, itu yang Deasy rasakan. Deasy harus bertemu Stefi dan meminta penjelasan pada putrinya tentang yang terjadi hari ini. Dari pesan yang dia terima, Deasy sangat yakin, Stefi sudah mengatur semuanya. Tapi kenapa harus begini? Apa Stefi tidak berpikir, orang akan mencemoohkan dia. Berita simpang siur bisa saja terjadi. Apalagi keluarga Hendrawan yang merasa dipermalukan. Mereka bisa menyerang Stefi dan menghancurkan hidupnya. Tentu saja, awak media terus merubung dan mencari tahu apa yang terjadi. Beberapa tamu yang hadir juga jadi sasaran pertanyaan mereka. Para tamu itu menjawab apa yang mereka tahu, lalu mulai dibumbui ini itu sesuai pemahaman mereka yang muncul di pikiran mereka. "Sel
Baca selengkapnya
52. Malam Pertama
Kata-kata Arnon membuat Fea melongo. Bukan Fea tidak tahu soal gaun tidur yang seksi, tapi Fea tidak biasa mengenakan pakaian tidur seperti itu. Dia suka yang simpel saja. Dia bawa baju ganti yang dia punya. Apakah wajib, kalau pengantin harus memakainya? "Aku ... ga punya. Ini baju tidurku. Adem buat dipakai." Fea memandang Arnon. Senyum Arnon mengembang lagi. Dia melebarkan tangan merangkul Fea. Kalau saja dia tahu Fea sepolos ini, Arnon yang akan menyiapkan lingerie buat Fea. Dia bisa pesan pada Stefi atau salah satu asistennya. "Nggak apa-apa. Malam ini aku ampuni. Besok, akan beda ceritanya." Arnon menempelkan pipinya pada pipi Fea. "Ih, apa dosa ga pakai gaun tidur seksi? Aneh, deh." Fea melirik Arnon, masih dengan pipi mereka menempel. "Aku makin gemes sama kamu, Fea. Hmm ..." Dan dengan cepat, Arnon memegang wajah Fea, mencium lagi bibir mungil Fea. Fea agak terkejut dengan serangan tiba-tiba Arnon. Tapi dia tidak mengelak. Kali ini Fea mencoba lebih berani dan membala
Baca selengkapnya
53. Pernyataan Mengejutkan
Rumah di ujung jalan itu tidak begitu besar, tapi bagus dan megah. Sebuah mobil masuk ke halaman dan langsung ke garasi. Dari dalam mobil itu seorang pria tampan dan gagah turun, diikuti seorang wanita dengan rambut ikal sebahu. Cantik dan menarik. Keduanya masuk ke dalam rumah lewat pintu samping. Ruangan yang mereka masuki adalah ruang keluarga, bagian luas dari rumah itu, nyaman dan sejuk berada di sana. "Ini rumahku, Stefi. Aku tinggal dengan ibuku. Hanya berdua. Aku harap kamu akan betah di sini." Irvan memandang Stefi yang berdiri mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan itu. "Rumah kamu apik. Nice." Stefi tersenyum. "Ya, ini rumah orang tuaku, tapi sudah aku renov tahun lalu. Kamu bisa pakai kamar sebelah sini." Irvan melangkah menuju ke kamar tamu yang berjajar dengan ruang keluarga.  Stefi mengikuti Irvan. Pintu kamar terbuka dan Stefi bisa melihat kamar tamu terlihat luas karena penataan interior yang baik meskipun ruangan tidak
Baca selengkapnya
54. Senyum Cantik Pagi Hari
Fea menggerakkan badannya, tapi ada sesuatu yang menahan dan terasa berat. Fea membuka mata. Wajah tampan yang begitu dekat ada di depannya. Dada Fea seketika berdebar. Arnon, tidur, tampak pulas. Tangan pria itu memeluk pinggang Fea.  Fea tersenyum. Semalam rupanya dia tertidur saat menunggu Arnon mandi. Acara istimewa malam pertama lewat. Fea masih mengenakan baby doll utuh. Arnon juga memakai kaos meski tanpa lengan.  "Suamiku ..." lirih Fea berucap sambil tersenyum. "Kamu tampan sekali. Tidak salah Tuhan memenuhi hatiku dengan cinta untuk kamu."  Fea menyentuh lembut pipi Arnon. Tidak ada gerakan. Arnon benar-benar terlelap.  "Apa semalam kamu ga bisa tidur?" bisik Fea. "Maaf, malam pertama kita berlalu begitu saja."  Pelan-pelan, Fea memindahkan tangan Arnon. Dia turun dari ranjang dan menuju interkom di meja kecil dekat meja rias. Fea memesan makan pagi dan minta dibawakan ke kamar. Dia mau buat kejutan buat Arno
Baca selengkapnya
55. Senyum dan Marah, di Hari yang Sama
Kemewahan dan kekayaan tidak menjamin kebahagiaan. Tidak jarang kebahagiaan justru hadir dalam kejadian-kejadian kecil di sekitar kita. Jika kita menyadarinya, selalu ada keajaiban yang hadir dalam hari-hari yang kita lewati. *** Perlahan pesawat mulai mengangkasa. Menerjang angin dan menembus awan-awan. Fea sedikit gemetar. Tangan dan kakinya terasa dingin. Tapi wajahnya terasa panas. Dia memegang lengan Arnon kuat-kuat. Pengalaman pertama naik pesawat, Fea sangat tegang. Arnon tersenyum tipis melihat Fea sampai sedikit pucat. Dia membiarkan Fea meremas lengannya dengan kepala menempel di dada Arnon. "It is okay, Honey. You are safe." Arnon berbisik. "Aku takut." Fea bergumam. "Posisi pesawat sudah stabil. Lihatlah." Arnon menunjuk keluar jendela. Perlahan Fea mengangkat kepala dan mengarahkan pandangan ke arah yang Arnon tunjuk. "Wow, cantik. Cantik sekali. Awan dekat sekali, Arnon." Rasa takut Fea perlahan memudar. Dia berusaha menikmati suasana di sekitarnya. Se
Baca selengkapnya
56. Pernyataan Tuan Besar
Ponsel masih menempel di telinga Arnella. Dia menunggu Deasy mengatakan di mana Stefi. Arnella ingin sekali bertemu dan mengadakan perhitungan dengan Stefi. Dia tidak menyangka gadis itu melakukan kegilaan semacam ini. Benar-benar mengacaukan rencananya. "Aku tidak tahu. Dia tidak pulang. Dan juga dia tidak mau mengatakan ada di mana. Aku sangat cemas sekarang," jawab Deasy. Suaranya berubah lebih rendah dan terdengar sedih. "Dokter, bagaimana bisa Stefi berbuat hal sebodoh ini? Kurang apa Arnon? Aku menawarkan hidup yang baik buat dia di masa depan? Apa yang dia lakukan?!" Arnella sangat geram karena merasa dihabisi dengan kejadian ini. "Nyonya, aku tahu putriku salah. Kalau memang tidak mau dari awal lebih baik dia mengatakannya. Tetapi lihat Arnon, dia juga tidak menolak. Dia akhirnya setuju dengan rencana ini, meskipun dengan jelas dia punya kekasih. Aku sangat yakin, Arnon pun terlibat dengan semua ini. "Stefi, dia hanya menuruti kata hatinya, tidak mau menjalani pernikahan ya
Baca selengkapnya
57. Tidak Ada Penyesalan
"Kamu dengar yang dikatakan Ardiansyah? Kamu dengar, Irvan?" Stefi memandang Irvan. "Ya, sangat jelas. Manis sekali. Dia tidak menyalahkan kamu, Stefi. Dia tidak marah dan penuh emosi. Dia sangat tenang tapi tegas mengatakan semua." Irvan juga terkejut pernyataan Ardiansyah tidak memojokkan siapapun. Pria itu seperti bisa menerima pilihan Stefi dan Arnon. "Apa memang Tuan Ardiansyah sebaik itu?" Stefi masih memandang Irvan. "Aku tidak mengenal dia. Entahlah. Aku berharap dia mengatakan itu bukan sekadar di depan media. Tapi kurasa yang dia utarakan, itu baik buat kamu. Orang tidak menilai buruk padamu. Seperti rumor yang beredar," ucap Irvan. "Rumor apa?" Stefi mengerutkan kedua alisnya. "Calon istri Arnon punya pria lain, mungkin lebih sultan. Arnon kena batunya karena terlalu sering main perempuan, dia dikerjain perempuan ga beres." Irvan mengucapkan berita yang dia dengar. Memang tidak menyenangkan, tapi itu yang muncul. "Aiihhh, dasar." Stefi mengumpat. "Selalu seperti itu. A
Baca selengkapnya
58. Memilikimu Seutuhnya
Malam perlahan bergulir, menyongsong pagi yang akan segera hadir, membuka hari baru. Rembulan dan bintang-bintang pun bergeser, menuju sisi lain angkasa, memberi waktu sang fajar akan menampakkan cantiknya. Hari masih gelap, Fea sudah terbangun. Tapi dia tetap diam di atas kasur. Selimut tebal dia tutupkan ke seluruh tubuh hingga di atas kepalanya. Dia mendengar nafas Arnon yang teratur naik turun. Arnon masih lelap. Fea mengingat kembali malam dia melepaskan bagian yang paling berharga buat dirinya. Arnon, dia lembut sekali. Meskipun ini kali pertama buat Fea, dia merasa sangat nyaman. Semua takut yang awalnya menghampiri, dengan cepat lenyap, berganti rasa ingin terus menikmati cinta Arnon. Fea yang sudah di dalam selimut, menutup wajahnya, masih merasa malu jika mengingatnya. Dan hatinya bergemuruh. Seindah itu melepas cinta buat orang terkasih, yang dia doakan selama ini dan dia jaga hatinya agar tetap buat Arnon. Tiba-tiba di dekatnya, Fea merasa hembusan nafas. Seketika dia m
Baca selengkapnya
59. Suami Pencemburu!
Menghabiskan waktu berdua, rasanya semua begitu menyenangkan dan indah. Arnon bahkan berpikir dia akan menambah beberapa hari menikmati bulan madu bersama Fea. Fea tampak sangat senang menjejalah kota cantik dan romantis. Ke mana pun Arnon mengajaknya, Fea terus berdecak kagum dengan semua yang dia lihat di depan matanya. Memang menakjubkan bangunan bersejarah yang sudah berabad-abad masih berdiri kokoh dan terpelihara dengan baik. Fea sebelumnya hanya bisa memandang dari layar, berbagai tempat cantik di negeri yang dia kunjungi bersama Arnon. Akhirnya dia bisa menjejakkan kaki dan berpetualang bersama pria yang dia cintai. Sama seperti Arnon, jika boleh, Fea tak mau semua ini berakhir. "Mau lebih lama di sini?" tanya Arnon pada Fea. Mereka tengah berjalan menuju sebuah restoran untuk makan malam. Fea menoleh pada Arnon. Sebenarnya iya, tapi ada hal lain yang perlu dipertimbangkan. Fea cuti hanya dua minggu. Arnon juga, restoran tidak mungkin ditinggal terlalu lama. Biaya di luar ne
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
24
DMCA.com Protection Status