All Chapters of Terpaksa Menikah karena Wasiat: Chapter 121 - Chapter 130
133 Chapters
Tidak Mengerti
"Kamu ngapain? Hayo, kok makan jajanan pedas?""Ya ampun, Mas." Mila menengok tersenyum tidak bisa bergerak ke mana-mana, bahkan sekadar menyembunyikan sampahnya. "Kok masuk tanpa ketuk pintu? Gak ada suara juga?"Diaz sudah dengar bunyi plastik makanan ringan sejak masuk. Tahu perangai Mila tidak kuat menahan napsu camilan.Tahu-tahu berasal dari bawah meja kerja. "Bisa-bisanya kamu makan tanpa sepengetahuan saya. Udah habis berapa?""Astaga. Dikira istri lagi hamil bakal ngemil satu rak apa? Cuma makan dua bungkus nih," kesal Mila memberi sampah plastik ke tangan Diaz.Diaz membelalak lalu meremasnya hingga berbentuk bundar dan dilempar masuk tempat sampah. "Keluar dulu. Kalau kamu nyangkut, gak bisa keluar gimana, Mila? Kamu lagi hamil, lho."Mila menerima uluran tangan Diaz. Ternyata ia keluar cukup mudah. Suaminya saja yang khawatir. "Liat sendiri, kan? Gak ada yang nyangkut." Jika perut yang dimaksud olehnya, cukup berlebihan. Kehamila
Read more
Tak Terbalas
"Mike, sebentar."Mike terpaksa berbalik karena panggilan temannya. "Kenapa lagi?" Dia bertanya dengan santai, tak mau menjadi beban keluarga Mila di hari berikutnya."Gue mau bantu lo. Jangan ambil jalan yang salah. Diaz bisa kok nerima lo jadi pegawainya, nanti gue omongin ke dia.""Gak perlu kasihanin gue," ungkap Mike."Biarin gue balas perbuatan lo dulu. Kita udah lama gak ketemu. Gue tetap mau kita jadi teman baik," jawab Mila berlainan dengan pendapat Mike.Kiara berada di tengah mereka langsung mundur dan memandang kedua manusia itu bergantian. "Mike gak bisa nerima bantuan lo karena- "Mike segera melotot tajam ke arah Kiara. Perempuan itu pun langsung menutup mulut setelah tahu hampir kebablasan bicara."Intinya gue gak akan masuk ke kehidupan kalian lagi. Ini terakhir kali." Mike harap Mila tidak mencegahnya demi kebaikan mereka.Kalau begitu keputusan Mike, Mila tak bisa memaksa. Akhirnya ia biarkan Mike bersama pil
Read more
Suami Saya yang Punya Kantor Ini
Untuk mengisi kejenuhan, Mila mengabaikan laptop beserta pekerjaan sampingannya untuk melihat seseorang. Yang terpenting, ia akan bertemu pria tampan setelah Diaz. Akibat saling cuek dari semalam, mereka tidak ada yang mau mengalah. Mila menutup telinga, Diaz pun enggan buka mulut untuk sekadar minta maaf. Lagian Mike tidak seluruhnya bersalah atas kerusakan perabot rumah Diaz. Kiara turut andil jika Diaz mengizinkan dia mengganti perbaikan ketimbang menyalahkan Mike. "Semangat, Mas Wijaya... " Mila duduk di sisi kiri studio sembari menyemangati Wijaya setiap kali dia lewat mengatur para junior. "Semangatt!" "Makasih, Kak." Para junior juga Wijaya membalas sapaan dan dukungan istri bos mereka. Walaupun beberapa heran ada gerangan apa yang membuat Mila datang tanpa Diaz di sisinya. "Yailah, dibilang "Kak" gue... " Mila malu sendiri mereka memanggilnya seperti seumuran. Pandangan matanya terhenti begitu kru yang memegang kamera berpencar menerim
Read more
Lia, Sahabat Diaz
"Liat Wijaya."Ekspresi Diaz berubah drastis tidak seperti Mila. "Oh gitu. Bapaknya, dia atau saya sih?" "Kamu," singkat Mila."Terus kenapa liat Wijaya? Ada yang lebih perfect dari dia," cebik Diaz."Iya emang ada. Anak aku nanti," jawab Mila mengusap perutnya. Bayangan wajah dan watak anaknya nanti, Mila yakin dia mirip dengannya. Doa supaya tidak meniru sikap buruk Diaz selalu ia lontarkan dalam hati. Tahu sendiri apa sikap Diaz yang terburuk, yaitu amarah meluap tiba-tiba. Dalam sekejap dia berteriak juga wajah memerah pertanda sangat emosional.Mila sering meminta keringanan agar tidak dengar omelan Diaz selama hamil. Namun seolah tuli, Diaz enggan menuruti keinginan Sang Istri.Ya, bagaimana tidak dituruti kalau Mila minta pisah kamar.Diaz, pria yang sensitif menyangkut kata "pisah". Segala kalimat diawal atau diakhirnya terdapat kata tersebut, dia acuh. "Liatin aja Wijaya sepuasnya. Lagian nanti
Read more
Panggilan Terputus
Tirai berwarna merah menghalangi sinar yang menembus masuk. Wanita berbadan dua itu tengah membaca buku tentang bisnis milik suaminya sambil merebahkan tubuh. Setelah kontrol bulanan ke dokter kandungan, hasilnya janin berkembang baik. Belum begitu buncit perutnya lantaran masih 3 bulan mengandung.Aktivitas menulis novel berkurang, bukan suruhan Diaz melainkan secara inisiatif Mila lakukan. Ia sering tertidur jika menempel kasur, lalu bangun untuk makan dan jalan-jalan di dalam rumah untuk peregangan badan.Seringkali Diaz memergoki Mila bicara dengan perutnya sambil tersenyum riang di bangku teras rumah, apalagi sebelum berangkat bekerja. Sebisa mungkin Diaz turuti keinginan Sang Istri untuk meredam amarah satu sama lain. Selagi Mila tidak meminta rumah di planet Mars, Diaz mau saja tunduk di kakinya."Lagi apa?""Gak liat? Lagi nonton video."Pertama kalinya Mila memutar dokumentasi video pernikahan mereka, sebelumnya ia mengecam Diaz agar tidak
Read more
Sudah Biasa
"Gimana jadwalnya? Gak bisa diubah?"Ekspresi datar yang sering ditampilkan gadis berusia 18 tahun itu bukan lagi hal baru untuk asistennya, Eric. Masalah perubahan jadwal dadakan yang dibuat Eric memang tidak disarankan jika bosnya seperti Monica.Umpatan, tatapan tajam, atau keduanya selalu didapat Eric sekali pun hubungan mereka dekat."Udah saya ubah. Jadi gak bisa diubah dua kali."SRRKKMap berwarna merah di atas meja dihempaskan begitu saja hingga lembaran di dalamnya berserakan di lantai."Astaga... " Suka tak suka Eric harus memungut tiap lembaran dan menyusunnya asal untuk diletakkan ke dalam map. "Ini ada kontrak, jangan dibuang-buang.""Lo tau sendiri kan tanggal 25 kita harus ke Sumatera buat baksos. Harusnya tanggal 26 kosongin jadwal. Bukannya malah ada kegiatan! Lo pikir gue gak butuh istirahat?""Iya tau. Tapi klien yang dari Jawa bilang tanggal 26 bisanya," bela Eric."Ya lagian lo sejak kapan mentingin
Read more
Damailah Kalian
"Udah pasang sabuk pengaman?" tanya Eric barangkali Monica menyepelekan betapa pentingnya menggunakan sabuk pengaman saat berkendara, baik pengemudi maupun penumpang.Satu dehaman menjawab pertanyaan Eric. Asisten keluarga Monica tersenyum kecil dan menjalankan mobil menuju MJ Coffe untuk mengopi santai sambil mengurus jadwal-jadwal tak beraturan dan kurang sesuai dengan keinginan Bosnya.Suasana ramai lancar kendaraan roda empat dan dua masih tampak asing di mata Monica. Bolak-balik antarkota mengakibatkan ia tak dapat lihat perkembangan kota kelahiran secara bertahap. Setiap tahun terdapat penaikan penduduk di Kepulauan Seribu. Syukurlah, pulau wisata itu masih terjaga keasriannya.Pernah satu, dua kali laut sekeliling pulau tercemar akibat pembuangan minyak ilegal. Saat itu penduduk kesulitan mendapat air. Pemerintah kota berbondong-bondong meminta pasokan air bersih walaupun kurang maksimal."Ini kalau urbanisasi dikurangi mungkin 5 tahun ke depan bak
Read more
Sulit Diterima
Guyuran hujan secara tiba-tiba membasahi tanah dan jalan sejak tengah hari. Rencana Mila pergi ke Taman depan kantor jadi urung. Apalagi niatnya mau hujan-hujanan selagi deras. Diaz menyibukkan diri di depan laptop. Liburnya tetap bekerja. Bahkan lebih pusing dia daripada Mila yang suka mengarang cerita. Omong-omong, sudah 2 hari Mila tidak update bab novel. Apa kabar komentar pembacanya?"Kamu daripada berdiri terus di jendela, mendingan bantu saya beresin ini nih." Diaz menunjuk map-map miliknya yang kurang rapi di dekat meja satunya. Saking banyaknya yang belum tuntas, dia bingung mau membereskan yang mana."Ogah. Kamu kan udah kerjain bareng sekretaris kamu," cebik Mila.Diaz melirik layar laptopnya. Benar, dia sedang melakukan panggilan video dengan sekretarisnya demi mengurus berkas baru maupun yang diarsip bulan lalu."Barangkali mau," balas Diaz.Suara petir menggelegar langsung mengejutkan Mila karena berdiri di dekat jendela.
Read more
Pemakaman Monica dan Eric
Suara langkah Diaz memenuhi lorong yang dihampiri suara petir dan cahaya kilat lewat celah jendela. Sesaat dia memperlebar jarak kaki supaya cepat sampai ruang jenazah yang terletak di bagian belakang rumah sakit.Di belakang Diaz, ada Mila yang juga berusaha mempercepat langkah agar bisa mengiringi suaminya. Kesekian kalinya sudut mata mereka meneteskan bulir bening atas perasaan berkecamuk.Ada-ada saja, diwaktu kurang tepat Diaz dihubungi Bayu, sekretarisnya. "Maaf, saya lagi ada urusan. Nanti saya telepon lagi, Pak." Masalah klien tidak jadi datang besok bukan hal besar. Bayu masih bisa menangani dikarenakan situasi mendesak.Begitu masuk ke kamar jenazah, Diaz sempat menjeda nafas beberapa detik untuk meyakinkan hatinya bahwa yang terjadi sekarang ini bukan bunga tidur. Di atas dua brankar terdapat dua tubuh terbujur kaku diselimuti kain putih. Petugas yang menjaga kamar jenazah malam ini hanya satu berjenis kelamin laki-laki. Dia terlihat sedang memeriksa
Read more
Harus Ikhlas
"Mama tetap gak nyangka, Mila.""Apalagi Mila, Bun."Mereka duduk besandar di ruang tamu setelah menghadiri pemakaman. Mila menatap langit-langit rumahnya seraya berkata, "Monica udah maafin Diaz belum ya, Bun? Kasihan mereka."Fila lantas menjawab, "Sebenarnya Monica pasti udah maafin Diaz dari dulu. Cuma karena mereka kurang akrab dan Monica sempat salah paham juga, dia agak canggung.""Aku padahal mau ke rumahnya lagi.""Nanti kalau Diaz ke sana aja. Dia pasti harus urus semuanya karena walinya Monica."Mila mengusap wajahnya, belum menyesuaikan kenyataan. "Mila mau mandi, Bun. Abis itu ke rumah Diaz lagi, dia harus ditemenin.""Iya sana. Bunda gapapa sendiri di sini."***Vio melihat Diaz berdiri di tengah pintu menghadap halaman belakang sembari memasukkan tangan ke saku celana. Kakaknya diam dengan deru napas teratur yang terdengar berat."Lo lagi ngapain?" Vio memberanikan diri mendekat dan berhenti di belakang Diaz."Bukan apa
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status