Semua Bab Terpaksa Menikah karena Wasiat: Bab 111 - Bab 120
133 Bab
Kiara Mengincar Mila
Ingat bahwa Mila menutupi wajahnya ketika disorot senter oleh Mike. Ia sempat menepis senter namun kakinya keburu dipukul dan lehernya disetrum menggunakan alat kejut listrik. Banyak benda yang dipecahkan hingga ada potongan kaca yang menancap di bahu Mila. Ia baru merasa sakit saat sadar dari pingsan. Tidak tahu jika kaca itu dicabut darah makin deras keluar, Mila mendengar obrolan dua orang dari kamar Meida.Dalam keadaan gelap, ia melangkah sesuai instingnya. Dari situlah Mila mengetahui bahwa Mike penyerang rumah keluarga Diaz karena perintah Kiara. Mike tidak bisa menodongkan pisau lebih dekat karena Mila. Sebelumnya Mike tidak tahu ada Mila dalam tugas kali ini, Kiara memberitahu jika keluarga Diaz selanjutnya. Rencana Kiara mematikan aliran listrik berhasil, berlanjut melumpuhkan mereka dan mencari keberadaan Diaz. Mike mencarinya ke lantai atas namun tidak ada.Sedari awal Kiara tahu Diaz tak ada di rumah, melainkan di kantor supaya Mi
Baca selengkapnya
Menunda Pembalasan
"H- hamil?"Mila menilai ekspresi terkejut Diaz cukup lucu. "Suami saya memang ekspresif, Dok." Asalkan tidak membuat mereka malu dan masih bisa dikendalikan tidak masalah, tertutupi dengan ketampanannya."Pak Diaz Prayoga dari PFWorld, ya?" Dokter tersebut tampaknya salah satu penggemar Diaz dari nada bicaranya yang antusias. Terlebih tangannya bergerak mengambil benda pipih dari saku kemeja yang terbalut snelli layaknya ingin berfoto.Diaz mengiyakan pertanyaan dokter. "Ada apa? Mau investasi ke perusahaan saya?" Kebetulan perusahaan ingin membangun satu lantai lagi untuk dijadikan asrama karyawan yang tinggal di luar kota."Saya fans Pak Diaz," ujarnya berdiri di sebelah Diaz dan mengangkat ponsel serta mengarahkan kamera untuk foto."Ah, iya." Diaz menurut saja berfoto dengan penggemarnya. "Dokter kapan pensiun?" tanyanya usai memisahkan diri."Heh!" Mila menarik lengan Diaz dan memelotinya."Kalau pensiun bisa ngelam
Baca selengkapnya
Rahasia
Mila ragu akan melakukan atau abai atas permintaan tolong Diaz. Pria itu tidak ingin bertanya sendiri pada Eric, padahal mereka sama-sama lelaki. Harusnya Mila yang malu karena ia berjenis kelamin perempuan.Eric serius memerhatikan ponsel seolah sedang mencari sesuatu dilihat dari matanya yang menyipit dan dahi berlipat. "Tegang amat," gumam Mila tak sengaja terlontar.Eric mematikan ponselnya. "Maaf, Bu. Saya terlalu sibuk ya?"Mila tersenyum lebar. "Gue yang keceplosan. Kalau penting lanjutin aja, apalagi berhubungan sama Monica. Silakan," katanya mempermudah urusan lawan bicara."Bu Mila kelihatannya mau tanya sesuatu," ujar Eric."Lo cenayang?" sambar Mila cukup ngawur."Ha ha, bukan cenayang. Saya asisten pribadi Monica.""Gak ada niat pensiun? Lo masih muda, lulusan perusahaan keamanan, udah kerja jadi bodyguard hampir 25 tahun.""Bukan pensiun. Saya hampir dipecat.""Sama Monica? Ck ck ck, Kebangetan
Baca selengkapnya
Aib Kiara Akan Dibongkar
"Mon, Mila mana? Kok gak ada di kamar?" Vio ingin membicarakan Kiara dengannya, tetapi kamar yang terbisa berserakan sampah dan banyak debu beterbangan mendadak bersih termasuk penghuninya.Monica baru keluar kamar, dia tidak tahu ke mana perginya Mila tengah hari. "Mungkin ke kantor Diaz.""Monica, saya buat pancake pisang!" Eric dari bawah tangga berteriak lalu berlari naik mendatangi Monica."Buruan naik!" Dari kemarin Monica ribut minta dibuatkan pancake, akhirnya Eric meminta bantuan Meida agar berhasil.Vio melihat keduanya begitu bahagia usai diterpa kejadian. Tanpa adu mulut dan gengsi, mereka bisa menjadi pasangan tanpa terhalang status pekerjaan. Begitu aneh dunia sampai bisa mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat."Kamu gak mau cicipi pancake juga, Vio? Mama bikinin buat kamu, lho." Meida menyuruh Vio untuk ikut makan bersama mereka.Vio menengok ke bawah. "Seriusan?" Kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.
Baca selengkapnya
Lurus
Mila menunggu Pak Hermawan melintas di jalan biasanya hampir 2 jam. Matahari mulai naik padahal ia pergi pagi sekali sesudah Diaz. Semoga tidak ada kenalan yang lewat supaya tidak ada pengaduan."Untung gue beli es krim 3 cup tadi." Mila meringis sedih, mungkin sisa satu dan sudah mencair. Dengan modal yakin ia tak beranjak sekali pun kernet metromini lewat menawarkan hendak naik atau tidak lantaran duduk di kursi tanpa sandaran di pinggir trotoar.Tidak lama setelah menghabiskan es krim, Mila beringsut bangun sampai tidak sadar ponselnya diletakkan di atas paha hingga jatuh ke tanah. Buru-buru Mila raih ponselnya sebelum Pak Hermawan menyeberang ke jalan lain."Pak Her! Pak!"Sekarang tidak ada Diaz, Mila berlari kecil menyeberang jalan selagi kendaraan berhenti. "Pak Hermawan!" teriaknya berulang kali. "Setahu gue PTSD gak memengaruhi pendengaran. Jalannya cepet banget lagi." Mila menyesal bawa tas selempang, menyusahkan saja."Pak H
Baca selengkapnya
Balas Budi
"Kenapa kita pergi ke rumah sakit? Kamu mau kontrol kehamilan?"Pak Hermawan tidak tahu akan diajak ke rumah sakit. Sebelumnya Mila cuma mengatakan ke suatu tempat setelah makan di restoran.Mila menarik lengan Pak Hermawan lantaran sulit diseret mengikuti langkahnya. "Saya mau periksa. Ada dokter ganteng mau ketemu Pak Hermawan." "Dokter ganteng siapa?" Pak Hermawan mendesah lelah hampir 100 kali dari lobi.Mila melihat ke papan bertuliskan nama dr. Rio S.Kj beserta jam kerja dari pukul 09.00 - 14.00."Masih ada 4 jam, harusnya sih bisa." Mila membuka pintu dan beruntungnya Dokter Rio tidak sedang ada janji dengan pasien. "Siang, Dokter!"Dahi Dokter Rio hampir terantuk meja kerja karena mengantuk berat. Mendengar sapaan Mila, kedua matanya terbuka lebar. "Siang. Gak biasanya kamu semangat jam segini."Mila mendudukkan Pak Hermawan di kursi hadapan Dokter Rio. "Ada pasien. Maaf belum buat janji karena mendesak. Saya harus kontr
Baca selengkapnya
Link Jebakan
Kertas tebal dicetak menggunakan printer. Tahap akhir sertifikat atas keikutsertaan mahasiswa dalam proses ketik Eric dan Monica. Mereka sangat sibuk semalaman berakhir pakai kacamata radiasi dan minum kopi.Sementara Diaz merapikan per lembar kertas awal berbentuk undangan lalu dimasukkan ke kardus supaya mudah dibawa lantaran pekerja sesungguhnya, alias Mila, sudah tepar di kamar padahal beralasan pergi ke toilet pada mereka.Daripada Monica mengomel, Diaz inisiatif menggantikan istrinya menolong mereka. Tidak mungkin juga membiarkan mereka bekerja dua orang sementara sudah larut.Diaz bahkan hafal nomor telepon, alamat e-mail, serta letak per kalimat yang diketik saking banyaknya kertas yang dia lipat."Ini link-nya kenapa beda sama yang lain?" Kombinasi angka dan huruf setelah garis miring pun Diaz mengingat di luar kepala, hingga bisa melihat perbedaan di salah satunya."Lo pasti tau maksudnya," sahut Monica lagi mengucek mata yang terhalang k
Baca selengkapnya
Permainan Emosi
"Hai!"Dengan penuh ketulusan Vio mengunci pintu kamar mandi dari dalam setelah masuk menemui Kiara.Lehernya menoleh ke sekitar barangkali ada orang selain mereka berdua. "Cuma kita berdua kayaknya." Vio tersenyum menepuk kedua tangannya seperti kena debu."Keluarga lo hobi balas dendam keroyokan?""Mending gitu sih, menurut gue. Daripada cari kelemahan orang. Mana salah nyuruh orang lagi," cebik Vio seraya berkaca di cermin besar wastafel yang berjajar.Kiara mengangkat undangannya. "Video ini... " Lalu menunjukkan tautan yang tersambung ke videonya kala itu. "Cuma gue kan yang liat?" tanyanya sedikit gelisah dari gerak lirikan mata.Vio mengangguk. "Kita gak langsung nembak ke satu arah."Kiara tetap merasa lega tidak ada orang lain yang mendapat link sialan ini. Undangan dia sobek dan dibuang ke tempat sampah."Lo salah serang orang... " Intonasi Vio menaik menjelang akhir kalimat. Dia benar-benar kesal dengan tidak adanya
Baca selengkapnya
Nasihat
"Mbak Gita, mau ke mana?" tanya Wijaya.Gita memakai ranselnya lalu menjawab tergesa-gesa. "Ada janji sama Pak Diaz.""Oh, iya." Wijaya tersenyum lalu mengucapkan sampai jumpa pada Gita. Sebagai senior baru, Wijaya tidak mau dicap buruk oleh juniornya.Gita menggedor pintu kaca ruang kerja Diaz. Pria berpakaian formal putih cerah duduk di kursi jabatannya sedang santai memainkan ponsel.Mendengar gedoran cukup keras dan mengganggu, Diaz meletakkan ponsel untuk melihat siapa yang berkunjung dengan cara tidak sopan.Pintu ruang kerjanya sudah di-upgrade, hanya bisa terbuka melalui scan kartu ID pejabat tinggi perusahaan. Selain itu, maka harus Diaz yang membukakan pintu dari dalam.Mengingat Gita masih dianggap teman oleh Mila, suka tidak suka dia biarkan masuk.Protesan berintonasi rendah dan tinggi memekakkan telinga Diaz begitu Gita masuk. Padahal dia tidak pandai melakukan orasi."Kenapa Mila tiba-tiba ketemu orang tua saya d
Baca selengkapnya
Tamu Spesial
"Lo berangkat cepet pulang belakangan tapi gaji utuh. Dimintain tolong ambilin sarapan adik sendiri banyak alasan," oceh Vio dari dalam kamar.Baru kali ini Vio meminta tolong pada Diaz, apalagi perihal ambil makanan. Saat dilihat apa kegiatan adiknya, Diaz kaget bukan main."Perlu Kakak bawa ART buat bersih-bersih rumah?" usul Diaz."Tenang aja, gue gak bakal sakit." Vio membantah usul kakaknya padahal sejak dulu memaksa mengirim pekerja rumah.Diaz khawatir Vio jatuh sakit seperti terakhir kali merapikan kamar hingga 3 jam, itu pun dibantu Meida. Ini dia lakukan sendiri. Sampai berapa jam selesainya?"Kalau gak mau ngambil sarapan gue, pergi sana. Menghalangi pemandangan aja lo," celetuknya begitu pedas."Kakak bantu bersihin kamar, kamu ambil sarapan sendiri. Aduhh, kasian kamu nanti kecapekan terus demam sampai masuk IGD."Ketika kaki kanan Diaz terangkat, Vio langsung mencegah dia masuk. "Gak perlu. Gue harus beresin isi lemari j
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status