Semua Bab Fight For Love: Bab 61 - Bab 70
100 Bab
Chapter 61 - Friendship
Tamu lainnya yang hendak menjenguk Charlotte di rumah sakit yaitu Agnes dan Harvey. Saat Harvey bersiap merapikan penampilannya terlebih dahulu, kekasihnya menghembuskan napasnya lesuh sambil memainkan kuku jarinya, seperti dirinya belum siap mental bertemu dengan Pangeran. Apalagi selama ini ia menganggap bahwa Pangeran sungguh telah tiada sejak insiden kecelakaan pesawat. Secara spontan Harvey menggenggam tangannya, mengulas senyuman hangat merupakan satu-satunya cara menghibur hati kekasihnya semakin membaik. “Apakah kau masih belum siap bertemu Gabriel?” “Harvey, menurutmu apakah Gabriel akan membenciku? Apalagi pertemuan terakhirku dengannya sangat tidak enak dilihat, aku yang menyebabkan pertengkarannya dengan tunangannya.” “Jangan berpikiran seperti itu. Aku yakin dia akan memaafkanmu. Lagipula dia pasti sudah melupakannya karena kejadian itu sudah sangat lama.” “Aku berharap sih begitu. Aku hanya bisa menerima tegurannya nanti, terutam
Baca selengkapnya
Chapter 62 - Press Conference
Kini tibalah hari di saat sang Pangeran menampakkan dirinya di hadapan umum. Pangeran yang sudah dinyatakan telah menghilang dan tiada saat insiden kecelakaan pesawat kini bisa dianggap bangkit dari kematiannya. Oleh karena itu, sang Pangeran harus mengungkapkan semua kesaksiannya saat terjadinya insiden kecelakaan pesawat dan juga penyusunan strateginya dalam melawan para pengkhianat yang mencoba membunuhnya dan wanita tercintanya. Selain itu juga mengenai pembebasan para budak yang dijadikan objek perdagangan ilegal. Kebetulan juga kini kondisi tubuh Charlotte kembali pulih, sehingga ia bisa menghadiri konferensi pers kerajaan. Beruntung juga wajahnya sekarang kembali terlihat mulus karena melakukan perawatan kulitnya rutin saat keluar dari rumah sakit. Sebelum menuju tempat konferensi persnya, Gabriel merapikan dirinya dengan memakai pakaian kerajaannya dan tatapannya kini sangat berwibawa saat bercermin. Tok…tok… Sosok orang yang mengetuk pintu ka
Baca selengkapnya
Chapter 63 - Meet & Greet
Mendengar pertanyaan terakhir dari para wartawan, Gabriel sudah bertekad bulat mengambil keputusannya, sambil menolehkan kepala menghadap Lucas mengisyaratkannya menyerahkan semua bukti kepadanya. Dengan sigap Lucas menyerahkan bukti yang diperoleh mereka semua, baik bukti dari Tuan Alexander, Agnes, maupun Harvey di atas podium. “Tindakan yang harus dilakukan istana mengenai aksi kejahatan para pengkhianat, tentu saja harus sejalan dengan prosedur hukum. Terutama perbuatan kejahatan mereka yang menyebabkan semua kekacauan di negeri ini, seperti insiden kecelakaan pesawat yang terjadi tiba-tiba saat saya ingin mengunjungi kediaman Tuan Alexander, percobaan pembunuhan terhadap Nona Charlotte, pembunuhan Tuan Alexander saat ingin mengungkapkan kebenaran. Semua kejahatan ini sudah direncanakan sebelumnya pada bukti ini!” Gabriel memperlihatkan dokumen perencanaan pemberontakan pada semua wartawan secara terang-terangan. Para wartawan langsung heboh terfokus pada dokumen
Baca selengkapnya
Chapter 64 - Compliment
Karena acara penyambutan telah usai, sekarang waktunya kembali ke istana menghadiri acara perjamuan makan. Jarak antara tempat tinggal untuk kalangan bawah dengan istana lumayan jauh, sehingga membutuhkan perjalanan cukup panjang. Masih kondisi menaikki mobil sedan hitam, belum merasa bosan Charlotte memandangi pemandangan sekitar lewat kaca jendela mobil yang terlihat damai sekarang. Sejak para penjahat sudah ditangkap dan rakyat kalangan bawah dibebaskan, kehidupan menjadi kembali normal seperti biasanya. Mengamati wanitanya melepas senyuman, membuat Gabriel ikut bahagia juga mendekapnya tiba-tiba. “Manis, Sayang,” ucapnya lembut. Kepala Charlotte membalik ke belakang, jantungnya berpacu cepat akibat hidung mereka kini saling menempel. “Sayang, kenapa hidungmu menempel pada hidungku terus dari tadi?” “Karena hidungmu rasanya sangat manis.” “Selalu saja menganggapku seperti gula.” “Makanya aku mudah jatuh cinta padamu.
Baca selengkapnya
Chapter 65 - Final Judgement
Saat mendengar sang Pangeran protes terhadap dirinya yang tidak dipedulikan ayahnya sendiri, semua orang menertawainya termasuk Raja dan Ratu. Tatapannya terlihat sangat polos sambil menggarukkan kepala. “Apakah barusan aku salah bicara?” tanyanya gugup. “Kau lucu sekali, Gabriel. Di saat seperti ini kau masih bisa protes,” sahut Charlotte menertawainya anggun. “Charlotte, kenapa kau tega menertawakanku juga?” “Karena aku suka melihatmu bertingkah begini.” Gabriel menyunggingkan senyuman nakal mencium pipi istrinya sekilas di hadapan semua orang. Reaksi Charlotte tersipu malu hingga pipi bekas diciumnya merah merona. “Gabriel, bisa tidak kau mengendalikan perlakuan manismu terhadapku?” “Tidak bisa, karena aku memang sudah tidak bisa menahannya sejak perjamuan makan tadi.” “Nanti ayahmu menegurmu lagi.” “Gabriel.” Benar perkataannya, Raja Arthur menegur putranya lagi. “Ayah, apakah aku tidak boleh mencium
Baca selengkapnya
Chapter 66 - Ready To Marry
Sebelum para tahanan dituntun paksa keluar dari ruang sidang, Harvey dan Agnes menghampiri ayah mereka sejenak. Reaksi mereka berdua ada kalanya sedih dan lega. Bersedih karena mereka sudah tidak bisa melihat ayah mereka lagi sepanjang hidup mereka, sedangkan lega karena kini negeri ini sudah tidak ada lagi penjahat kejam seperti mereka. Langkah ayah mereka terhenti sejenak menghampiri anaknya, walaupun dibatasi pagar pembatas antara pengunjung dan terdakwa. “Ayah,” panggil Agnes datar. “Ayah tidak menyangka kau sungguh datang melihat persidangannya, Agnes.” “Sebenarnya aku masih tidak rela ayah mendapatkan hukuman mati, tapi karena ayah melakukan perbuatan tidak sepatutnya, kini aku rela melepas kepergian ayah.” Agnes menghembuskan napasnya kasar sambil berkacak pinggang. “Ternyata begitu jawabanmu. Memang sekarang ayah menyadari bahwa perbuatan ayah adalah salah besar. Kali ini ayah tidak ingin mengharapkan banyak hal, karena hidup ayah sebentar lag
Baca selengkapnya
Chapter 67 - Award Ceremony
Usai melakukan aksi ciuman mesranya selama beberapa menit, sepasang kekasih sedang bercinta melepaskan tautan bibirnya yang kini terasa sedikit basah, karena mereka melakukannya dalam durasi lama. Dengan jari jempolnya, Gabriel mengusap bibir lembut istrinya, hingga sorot matanya sangat terpaku padanya. “Aku sangat merindukan kita melakukannya. Sekarang rasanya aku sudah puas dan kembali bersemangat bermain piano bersamamu.” “Kita melakukannya bahkan sampai hampir lupa waktu. Seperti biasa kau melakukannya sangat posesif,” ujar Charlotte tersenyum manis. “Charlotte, setiap kali bersamamu, tidak ada yang namanya waktu. Karena momen kebersamaan kita mampu menghentikan waktu berjalan, sehingga kita selalu bisa bersama lebih lama lagi. Walaupun matahari sudah terbenam, tapi aku menghentikan waktunya sejenak supaya tidak berjalan dengan cepat.” “Kau bisa saja berkata seperti itu. Teknik gombalanmu semakin hari semakin meningkat.” Pipi Charlote merah merona
Baca selengkapnya
Chapter 68 - Love Past
Kini semua orang duduk bersebelahan dengan pasangannya masing-masing kecuali Lucas. Walaupun status Violet dan Alfred bukanlah sepasang kekasih, tapi perlakuan mereka tidak kalah manisnya dengan dua pasang kekasih lainnya. Sorot mata Violet terpaku pada pesona ketampanan pria yang disukainya sejak dulu, sambil menopang dagunya. Melihat reaksi Violet yang membuatnya sedikit gugup, Alfred melambaikan tangan di hadapannya. “Violet, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Alfred bingung. “Oh, aku hanya membayangkan kejadian tadi saat kau menerima penghargaan. Kau terlihat sangat keren, apalagi pakaianmu sekarang membuatmu semakin tampan,” lontar Violet terkagum padanya. “Benarkah? Kalau kau memujiku seperti itu, sebagai gantinya aku akan memujimu. Tadi kau sangat keren juga, terutama penampilanmu sangat cantik di mataku.” Alfred sedikit menggombalnya dengan tatapan tulus. Mendengar gombalan yang pertama kali terucap dari mulutnya, Violet sedikit terkejut hin
Baca selengkapnya
Chapter 69 - Flower Bouquet
Mendengar cerita panjang lebar oleh keempat orang itu, Lucas membelalakan matanya menunjuk Charlotte dan Alfred yang duduk sedikit berjauhan, dengan sedikit menertawai mereka. Sedangkan Gabriel sedikit geram mengingat kehidupan cinta masa lalunya rumit karena adanya cinta segi empat. “Jadi, kau sungguh pernah menyatakan perasaanmu dengannya?” tanya Lucas. “Iya, tapi sayangnya aku tidak tahu kalau dia adalah kekasih pangeran,” jawab Alfred datar. “Maka dari itu, kau jangan pernah berani merebut Charlotte dariku! Kalau sampai kau melakukannya, aku akan memenggal kepalamu di tempat!” Gabriel mempertegasnya dengan tatapan menyeringai. “Aku tidak mungkin merebut Charlotte darimu, Gabriel. Justru aku sangat mendukung pernikahan kalian secepatnya, supaya tidak ada pria lain yang ingin merebut wanitamu darimu. Lagipula, aku sudah melupakan perasaanku sejak hari itu. Daripada aku terus memaksakan hatiku terhadap orang yang tidak mencintaiku, lebih baik aku mel
Baca selengkapnya
Chapter 70 - Best Proposal Moment
Untuk pertama kalinya seumur hidup Violet, pada akhirnya pria yang disukainya selama ini menyatakan perasaan padanya dan mengajaknya untuk menjadi kekasihnya. Air mata bahagianya terus mengalir dari kelopak matanya hingga pipinya sangat basah. Kedua tangannya perlahan menerima pemberian buket bunga dari Alfred, dengan tatapan bahagia memandanginya. “Aku mencintaimu, Alfred. Aku ingin menjadi kekasihmu dan selalu bahagia setiap kali bersamamu,” ungkap Violet tulus. Alfred menyentuh pundaknya dengan kedua tangan mendekatkan bibirnya pada bibir lembut Violet, melakukan aksi ciuman manisnya tiba-tiba. Tanpa ragu, Violet melingkarkan kedua tangannya pada punggung lebarnya membalas ciumannya sambil memejamkan mata. Hanya dalam durasi singkat, Alfred melepas tautan bibirnya sambil mendekapnya hangat. “Alfred,” panggil Violet manis. “Ada apa, Violet?” “Aku tidak menyangka kau menciumku, padahal aku baru saja memberi jawaban kepastiannya padamu.”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status