All Chapters of Ikatan Yang Ditakdirkan: Chapter 201 - Chapter 210
213 Chapters
200. Protektif Yang Manis
Alina sudah turun dari mobil dan bersembunyi di balik sebuah pohon besar dekat jalan. Ia menunggu Zayyad datang menjemputnya di sana. Bisa gawat jika Bara menemukan keberadaannya. Ia tidak mungkin berada dalam keberuntungan dua kali. Di samping itu ia juga sadar diri kekuatannya tidak lah seberapa dibanding Bara yang seorang lelaki.Setelah beberapa menit menanti, sebuah mobil hitam mengkilap yang tak lagi asing dimatanya muncul di pertengahan jalan yang sepi.Alina ingin berteriak memanggil Zayyad. Tapi mendengar suara pintu mobil terbuka, Alina menoleh pada mobil merah yang masih terparkir di tepi jalan itu. Tampak di sana Bara keluar dari mobil dalam keadaan pusing."Brengsek kau!" Betapa terkejutnya Alina mendapati Zayyad yang entah kapan sudah turun dari mobil, mendatangi Bara dan menendangnya hingga jatuh tersungkur ke jalan."Apa-apaan ini?" Bara berteriak marah. Tangannya memegang perutnya yang sudah sakit dua kali hari ini. Satu karena gebukan ka
Read more
201. Menangis Karena Cinta Ditolak
Setelah tiga hari berlalu sejak kejadian itu. Bara akhirnya terbukti bersalah dan terjerat dalam penjara yang dingin. Alina tersenyum puas mendengar kabar itu. Ia merasa seperti sudah berhasil membalaskan dendamnya. Tidak sia-sia ia merekam pembicaraan mereka tempo hari, hingga itu menjadi bukti yang kuat dalam proses penyelidikan Bara. "Bagaimana keadaan mu?" Alina melirik Faqih yang berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan tatapan acuh tak acuh. Faqih yang sudah tidak lagi asing dengan sikap cuek Alina, mengulas senyum tipis, alih-alih menjawab, ia berkata, "Senang liat kak Alina datang menjenguk" Alina tersenyum, tapi tidak seperti senyum. Sekilas terlihat seperti tidak ikhlas. Walau jujur saja, ia datang ke sana memang murni ingin melihat keadaan bocah ingusan itu! "Kak Maya beneran udah balik ke kota Z?" Tanya Faqih pada Alina. Sekilas mata Faqih berkilat sedih. Kemarin cinta pertamanya itu pamit padanya untuk kembali ke kota Z. Tidak
Read more
202. Satu Nasehat Terakhir
Jawaban itu membuat Erina tersenyum penuh arti. Kedalaman arti dari pengakuan sederhana itu membuat Erina tau betapa Zayyad sangat mencintai dan menyayangi cucu semata wayangnya Alina."Aku senang kau begitu tulus padanya" Mata tua itu menyipit, melepas senyum haru.Zayyad hanya tersenyum sopan sebagai balasan."Aku yakin cucuku juga mencintaimu setulus kau mencintainya"Pernyataan Erina itu membuat sepasang mata Zayyad membulat terkejut."Hanya sedikit sulit bagi anak itu untuk mengakui perasaannya. Bagaimanapun cinta adalah dimana kau mulai mempercayai seseorang. Mungkin ini adalah hal yang sulit untuk Alina mulai denganmu"Tentu Zayyad mengerti kenapa. Kisah dan jalan hidup Alina yang tidak seberuntung orang-orang, itu telah menjadi landasan tolak ukur wanita itu dalam memandang kehidupan menggunakan kacamata kehati-hatian dan kewaspadaan."Jadi aku berharap, teruslah mencintainya seperti ini. Tak perlu menanti pengakuan darinya, k
Read more
203. Nenek Biak-Baik Saja Kan?
Pagi harinya, Zayyad dikejutkan dengan Alina yang sudah beraktivitas di dapur. Terdengar dentingan wajan dan spatula seiring dengan suara gurih masakan memenuhi atmosfer. Melangkah ke kebelakang Alina, Zayyad melirik melewati pundak Alina yang berada jauh di bawahnya. Zayyad melihat Alina tengah sibuk menggoreng nasi di wajan.Zayyad merapatkannya tubuhnya ke punggung Alina dan melingkari kedua tangannya di pinggang kecil itu, "Tidak biasanya kau bangun awal" Zayyad menjatuhkan dagunya di atas pundak Alina, "Kalau ngidam nasi goreng bilang saja padaku, biar aku saja yang siapkan"Alina tersenyum kecil. Rasanya pelayanan pria itu semakin menjadi-jadi setelah mengetahui kehamilannya."Aku tidak ngidam. Tapi ini ku siapkan untuk nenek" Alina menuangkan beberapa tetes kecap manis dan kembali mengaduk rata nasi yang sedang digorengnya, "Takutnya jika kau yang menyiapkan sarapan, kau akan menghidangkan bubur. Walaupun bubur buatan mu spesial di lidah nenekku, tapi tet
Read more
204. Alina Pergi Meninggalkan Vila
Tiga hari setelah kabar duka itu. Para kerabat dari pihak Irsyad dan rekan Erina berdatangan ke vila Zayyad setiap malamnya untuk membaca Yasin. Termasuk dengan Maya dan keluarganya yang sudah hadir sejak hari pemakaman. Mereka menginap di vila Zayyad membantu Zayyad mengurus segala keperluan.Zayyad benar-benar lemah tak bertenaga dengan keadaan ini. Sepasang matanya terlihat kuyu dan tubuhnya mengurus. Ia sedih dengan kepergian Erina yang begitu mendadak. Salah seorang wanita di samping Alina yang baru-baru ini menjadi pengecualian dari rasa takutnya.Zayyad pun tak berdaya menghadapi dua orang yang di sayangi nya yang jelas begitu drop dengan kenyataan pahit ini. Kakeknya terus jatuh bangun tak sadarkan diri dan Alina yang sampai hari ini menolak kenyataan kalau Erina sudah meninggal.Tepat di hari pemakaman, kakeknya tersungkur jatuh mencium tanah dan Alina mengurung diri seharian di kamar neneknya dengan sepiring nasi goreng yang sudah basi. Nasi goreng yan
Read more
205. Perselisihan Maya Dan Zayyad
Delapan bulan akhirnya berlalu sudah. Aura ibu hamil dari seorang Alina kian sempurna. Emosinya pun tampak jauh lebih stabil dari trimester pertama dan kedua. Perut Alina membesar dan itu cukup besar nyaris membuat Maya curiga kalau dugaannya itu benar. Bayi yang dikandung sahabatnya itu adalah kembar.Banyak baju yang Alina tidak muat memakainya dan nyaris sobek. Alhasil Zayyad membeli banyak baju khusus untuk ibu hamil buat Alina yang masih tinggal di rumah almarhum neneknya itu.Zayyad mengira kondisi Alina akan segera membaik, tapi ternyata sebaliknya. Istrinya itu mulai berhalusinasi kalau Erina masih hidup dan masih bersama dengan mereka di rumah kecil itu."Kamu udah siap buat buburnya?" Alina datang ke meja makan dan melihat Zayyad yang baru saja menghidangkan semangkuk bubur hangat."Sudah" Zayyad tersenyum. Ada setitik kesedihan jauh di dasar mata coklat bening itu."Kalau begitu aku bawa ke kamar nenek ya" Alina mengambil mangkuk bubur d
Read more
206. Pergi Ke Kota Z
"Nenek, engga lama lagi cicit mu akan segera lahir" Alina tersenyum dan berbicara seorang diri. Alina mengelus perut besarnya dan wajahnya terus menoleh ke samping. Seakan-akan ada neneknya yang duduk tepat disebelah nya.Pemandangan dari ruang tamu itu, diam-diam di intip oleh Maya dan Zayyad. Maya menghela nafas berat dan menoleh pada Zayyad, "Kau lihat sendiri kan!" Maya bersuara pelan tapi tak mengurangi emosi marah dan kesal yang terukir jelas di raut wajahnya, "Sebulan sudah berlalu lagi dan Alina masih saja begitu. Zayyad, apa kau akan terus membiarkannya seperti ini?" Zayyad diam, memilih untuk tidak berkata apa-apa. Bukan hanya Maya yang mengkhawatirkan keadaan psikis Alina tapi dirinya pun juga. Hanya ia memutuskan untuk yakin, percaya dan sabar menanti. Kalau Alina akan segera menjadi Alina yang dulu— istrinya yang arogan, keras kepala dan tangguh."Kalau bukan karena aku menghargai keputusanmu sebagai suami dari Alina. Aku pasti akan memb
Read more
207. Kejutan Paling Indah
Di sinilah aku terbaring sekarang. Di atas ranjang rumah sakit, di mana aku berjuang keras melahirkan makhluk kecil yang sudah ku kandung sembilan bulan lamanya. Rasanya seluruh saraf dalam tubuhku seperti akan putus, tenaga ku seakan habis. Perasaan itu begitu baru bagiku dan terasa cukup nyata. Berada antara hidup dan mati demi memperjuangkan makhluk hidup baru. Detik itu aku terpikir, apakah seperti ini yang ibu rasakan dulu ketika melahirkan ku? Aku meremas kain seprai ranjang rumah sakit, mengigit bibir bawah ku dan kembali mengejan. Hingga entah kapan seorang pria datang menyingkap tirai dan bergegas masuk. Sesaat aku melirik siapa yang datang. Itu tak lain adalah sosok tubuh dari pemilik mata coklat bening yang paling menawan yang pernah ku temui— Zayyad. Seketika bola mata hitam ku bergetar pedih. Aku tak mengerti kenapa, serasa dunia ku berhenti berputar hingga beberapa detik. Aku melihatnya datang padaku. Meraih tangan ku dan menggenggamnya
Read more
208. Menziarahi Kuburan
Sekitar dua hari Alina terbaring di rumah sakit, Alina yang sudah tak tahan lagi membujuk Zayyad untuk segera membawanya pulang. Jikapun harus beristirahat, ia ingin merehatkan tubuhnya di rumah. Zayyad mengkonfirmasi ke dokter, apakah Alina dan anak mereka sudah bisa dibawa pulang. Setelah memperoleh izin dari dokter, mereka pun bersiap-siap untuk pulang. Maya turut membantu membereskan barang-barang. Di mobil, Alina duduk menggendong bayi perempuannya dan dan bayi laki-lakinya digendong Maya yang duduk di belakang. "Apa menurut mu kita perlu menyewa jasa babysitter?" Alina menoleh kearah Zayyad yang fokus mengemudi. Ini adalah pertama kalinya bagi Alina. Tapi tidak taunya sudah dapat dua saja. Alina takut akan linglung kebingungan merawat si kembar seorang diri nanti. "Tidak perlu. Kita kan sama-sama gak bekerja. Jadi menurutku, kita berdua saja sudah cukup" "Kamu yakin?" "Em" "Janji ya nanti mau ikut repot sama aku?" "Janji"
Read more
Epilog
Kini Alina hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. Tidak pernah terduga, semua itu bermula dari perjodohan yang diatur neneknya. Alina yang bertekad kuat untuk tidak menikah, akhirnya terikat dalam ikatan sakral pernikahan dengan seorang pria asing. Alina yang berpikir untuk bercerai setelah semuanya usai, tapi takdir malah membuatnya terjerat dengan Zayyad.Segalanya berawal dari paket bulan madu dan hotel. Disinilah tragedi bermula atau lebih tepatnya sekarang Alina berpikir— puncak dari rezeki tak ternilai harganya lahir di dunia ini. Yang tak lain 'si kembar'. Kado terindah dalam hidup Alina. Yang membuat Alina tak ragu untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan Zayyad, ayahnya si kembar.Lima tahun berlalu sudah. Vila Zayyad tidak lagi hening dengan keberadaan dua buah hati mereka. Zayyad yang sudah lama tak bekerja, memutuskan untuk kembali ke perusahaan demi menjadi sosok panutan ayah yang baik untuk putra putri mereka. Sedang Alina memutuskan untuk m
Read more
PREV
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status