All Chapters of Ikatan Yang Ditakdirkan: Chapter 181 - Chapter 190
213 Chapters
180. Tidur Di Sofa
Alina menarik diri dari dekapan Zayyad yang hangat dan candu. Wajahnya yang basah dan sembab itu mengarah tepat ke wajah Zayyad yang menatapnya serius dan dalam."Jangan berpikir untuk mengakhiri apapun.." Jari-jemari Zayyad pergi menyisir lembut anak rambut di pinggiran dahi Alina, "Ada aku bersamamu..""..." Alina hanya diam dengan sepasang bibir bawah dan atas bergetar."Kita akan menghadapinya bersama"Bola mata hitam Alina lagi-lagi bergetar. Rasa panas di kedua matanya mulai merambat jauh hingga ke pangkal hidung yang mulai terasa asam dan pekat."Jadi jangan takut—" Jempol Zayyad pergi mengusap pelan belahan pipi Alina, "Dan jangan berpikir untuk kabur.."Derai air mata Alina kembali berjatuhan. Hanya saja kali ini ia menangis dengan bibir bergetar tanpa Isak tangis yang keras seperti sebelumnya. Tangan kanannya tanpa sadar sudah mengusap lembut perutnya yang masih rata. Bersamaan dengan itu tangan Zayyad terulur ke depan,
Read more
181. Aku Akan Mendengarkan Mu
Bangun pagi, hal yang pertama kali Alina lakukan adalah berlari ke kamar mandi dan muntah-muntah. Alina bersandar lemas ke dinding, itu benar-benar melelahkan. Setelahnya Alina pergi mandi dan bersiap-siap berpakaian.Turun ke lantai bawah, seperti biasa Zayyad sudah menyiapkan sarapan pagi di meja. Alina menarik kursi dan duduk. Baru saja tangannya mengambil segelas susu vanilla dan meminumnya seteguk—"Ugh-" Alina refleks meletakkan gelas ke meja dan membekap rapat mulutnya."Ugh!" Alina terus berlari ke dapur, tanpa sengaja bertabrakan dengan Zayyad yang baru saja melepaskan celemek. Hal itu menyebabkan Zayyad bersinggungan dengan sudut meja. Menoleh ke belakang, Zayyad terkejut mendapati Alina yang berlari ke tempat cuci piring, membungkukkan wajah dan—"Hoek..""Hoekk.."Tampak Alina muntah-muntah berat dan pemandangan itu tidak jauh berbeda dengan kemarin."Alina, katamu semalam bukan apa-apa" Zayyad meletakkan celemek yang baru
Read more
182. Hasil Dari Kecerobohan Ku
Karena semalaman Alina tidak memperoleh tidur yang cukup akibat insomnia nya dan aroma tubuh Zayyad yang tidak bekerja sebagai obatnya terlelap cepat, membuat Alina tertidur pulas seharian di atas ranjang.Sedangkan Zayyad sibuk bersih-bersih di lantai bawah, membantu paman Ferdi seperti biasanya. Itu pekerjaan rutinnya semenjak mengundurkan diri dari posisi CEO perusahaan."Nak Zayyad sampai kapan akan terus seperti ini?" Tanya Ferdi yang sibuk membersihkan debu-debu di setiap keramik hias yang ada di sekitar ruang tamu dengan kemoceng di tangannya.Zayyad yang tengah menyapu lantai sesaat menoleh pada pria tua yang sudah seperti keluarganya itu, "Seperti ini bagaimana maksud paman?""Ya seperti sekarang ini.." Ferdi mengayunkan kemoceng ditangannya menunjuk tepat kearah Zayyad yang tengah sibuk menyapu, "Berdiam di vila dan mengerjakan pekerjaan rumah seharian" Tukasnya, "Apa nak Zayyad serius akan melakukan hal ini selamanya dan tidak bekerja?"
Read more
183. Sepenuhnya Ingin Melayani Mu
Sore harinya, Alina tiduran malas di atas sofa sambil menonton televisi. Di depan meja penuh dengan tumpukan piring kotor akibat ulahnya yang tidak berhenti-henti makan. Zayyad yang duduk di sofa tunggal menatap meja separuh tak percaya. Ia sadar itu bukan porsi makan Alina yang seperti biasanya.Karena biasanya wanita itu hanya rutin makan tiga kali sehari dan selebihnya Alina hanya memiliki beberapa makanan ringan seperti biskuit.Tapi piring-piring di meja itu adalah bekas dari— roti bakar keju, omelette, spagetti, pancake, dan salad buah. Zayyad sibuk mengolah semua itu sampai tidak bisa tidur siang."Zayyad, aku mau salad buahnya lagi. Masih ada kan di dapur?" Kepala Alina yang bertopang dagu itu menatap fokus ke layar televisi."Lagiii?"Pekikan Zayyad itu membuat Alina menyipitkan matanya tak tahan. Gendang telinganya nyaris saja pecah."Kau menjerit kenapa sih? Memang ada yang salah jika aku mau nambah lagi?" Alina dengan
Read more
184. Kau Pria Yang Baik
"Kalau mengikuti konsep awal, suami yang bersikap penuh kasih tadi..itu harus turut membantu sang istri dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Karena menurutku itu adalah sebagai bentuk apresiasi dan terimakasih pada sang istri karena sudah membantu meringankan bebannya""Tapi sayang, aku tidak pernah menemukan hal seperti itu di sepanjang aku hidup.." Di bawah naungan ayah kandungnya, Alina melihat ibunya hidup dalam kehancuran. Di dalam keluarga baru bersama ayah tirinya, Alina melihat ibunya terjerat dalam ketidakbahagiaan."Bagaimana, jika aku mengajak mu untuk memulainya dengan ku?"Ajakan Zayyad yang begitu lugas itu membuat Alina tertegun. Mata hitamnya menatap dalam mata Zayyad. Hingga beberapa saat berlalu dalam kekosongan,"Aku tidak yakin""Oh!" Hanya satu kata itu yang terucap. Zayyad tak dapat menahan diri untuk tidak kecewa dan itu terukir jelas di raut wajah tampannya yang sesaat diliputi guratan melankolis."Kau mas
Read more
185. Kedatangan Si Kembar
Maya memasukkan beberapa pakaian kedalam koper dan berkemas dengan cepat. Keluar dari kamar, ia langsung dikejutkan dengan kemunculan ibunya yang menatap kearahnya heran, "Bawa koper sebesar itu mau kemana?"Maya menepuk jidatnya. Bagaimana bisa ia lupa memberitahu ibunya kalau pagi ini ia akan berangkat ke kota Y untuk mengunjungi Alina, "Ah maaf ummi, Maya lupa bilang..""Jangan bilang kamu akan ke kota Y, mau mengunjungi Alina?" Tebak wanita paruh baya itu, seperti sudah menduga kemana anak tunggalnya itu akan pergi."Ummi benar" Maya menganggukkan kepalanya, tersenyum."Sayang, tapi hari ini mereka akan datang.." Nur mengerutkan keningnya, menatap putri cantiknya rumit. Ia lupa memberitahu hal penting itu pada putrinya, "Bagaimana jika perginya di tunda dulu?"Sepasang alis Maya bertaut. Memangnya siapa yang bakal datang sampai ibunya itu menyuruhnya untuk menunda berpergian ke kota Y mengunjungi Alina, "Ya engga bisa ummi. Maya sudah
Read more
186. Berpikir Untuk Memiliki Anak?
"Aku Rahul paman dan ini adikku Rahil" Jelas si kakak, yang lebih dulu lahir. Walau hanya selisih lima menit, tapi perawakannya benar-benar menunjukkan seorang kakak yang baik."Ini Rahil?" Zayyad memegang pundak Rahil dan bocah itu mengangguk pelan terlihat malu-malu.Zayyad tersenyum kecil, mengacak-acak rambut keduanya, "Bagaimana cara paman membedakan—""Tahi lalat.." Seru Rahul, yang memang sejak awal sikapnya jauh lebih berani ketimbang sang adik, "Rahil ada tahi lalat di ujung alis kanannya..""Ohya?" Zayyad langsung menoleh ke wajah Rahil dan memperhatikan ujung alis kanannya. Itu benar. Ada tahi lalat kecil di sana."Ya sudah, kalian berdua main yang baik ya. Jangan buat kacau.." Peringat Zayyad lembut dan kemudian berbisik kecil pada keduanya, "Nanti bibi Alina ngambek.."Sontak kedua bocah itu ter-kikik kecil sambil mengangguk-anggukkan kepala.Di samping itu Alina di dapur, duduk di atas meja dengan satu mang
Read more
187. Tipe Pria Rumahan
"Kau serius, Zayyad sampai melakukan hal menggemaskan itu untuk si kembar?"Maya dan Alina sudah berada di warung langganan mereka. Alina sengaja membawa Maya ke sana untuk berbincang banyak hal sebelum kembali ke vila."Em, menurutku dia benar-benar menyukai anak kecil" Alina mengaduk sedotan di gelas jus jeruknya dan menyedotnya sedikit. Rasa asam jeruk dan dinginnya es langsung menyegarkan tenggorokannya."Jika begitu, apa yang membuat mu ragu untuk memberitahu Zayyad mengenai kehamilan mu?" Maya mengaduk mie goreng miliknya. Ia sengaja memesan seporsi makanan karbohidrat itu karena ia belum makan siang."Aku ragu may..""Kenapa?""Jika seandainya yang ku kandung ini adalah bayi perempuan, aku terlalu takut mempercayakan Zayyad sebagai ayah dari putriku kelak. Sekalipun itu adalah darah dagingnya sendiri, tapi tetap saja—" Sesaat Alina menghela nafas berat, "Aku tidak dapat mempercayakannya"Tidak perlu bertanya lebih jauh, M
Read more
188. Gagal Melarikan Diri
"Lain kali jangan merepotkan Zayyad dalam hal seperti ini. Karena dia itu sudah cukup repot mengurus ku.." Alina melipat kedua tangannya di depan dada, menatap punggung Faqih yang baru saja menutup pelan pintu mobil."Kalau begitu apa harus aku merepotkan kakak ipar, hem?" Faqih memutar badannya kearah Alina."Aku tidak pernah mengakui mu sebagai adik ipar" Alina berdecih."Kalau begitu aku juga tidak akan menganggap mu kakak ipar ku""Ya, lakukan saja begitu" Alina menganggukkan kepalanya mantap."Kak Zayyad, lain kali aku akan merepotkan mu lagi dengan menitipkan si kembar kemari.." Seru Faqih, sengaja mengeraskan suaranya untuk membuat Alina kesal."Kau ini, bukannya sudah ku katakan Jang—""Kau bukan kakak ipar ku, kenapa harus aku mendengarkan mu?"Alina menggeram kesal. Bocah sialan satu itu, benar-benar menguras emosinya.Zayyad yang melihat perdebatan keduanya, menggeleng-gelengkan kepalanya sudah terbiasa.
Read more
189. Alat Tes Kehamilan
Pagi harinya, tepat setelah sarapan. Alina dengan sangat terpaksa mengikuti Zayyad ke rumah sakit. Tapi sebelum itu, Alina duduk malas di atas kursi, memperhatikan Maya yang sibuk membereskan meja makan. Tidak pernah terpikirkan oleh Maya, sarapan hari pertamanya di vila itu akan disiapkan oleh Zayyad. "Zayyad benar-benar memanjakan mu yaa.." Tutur Maya, sekilas melirik kearah Alina yang tampak bersandar lemas di kepala kursi. Alina tidak berkata apa-apa, hanya mengulas senyum kecil. Saat itu pikirannya benar kacau. Memikirkan bagaimana cara agar Zayyad tidak jadi membawanya pergi ke rumah sakit. Maya menyusun piring-piring kotor itu dan membawanya ke tempat cucian piring. Lalu ia kembali dan mengambil beberapa gelas. Maya melihat Alina yang semakin tak karuan saja itu tampak menggigit jari telunjuk dengan perasaan cemas. "Apa yang sedang kau pikirkan?" Maya merasa tak tahan untuk tidak bertanya. "May!" Alina melipat kedua tangannya di
Read more
PREV
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status