All Chapters of Di Ujung Senja: Chapter 101 - Chapter 110
114 Chapters
Extra Part 2
Redita terkejut ketika sosok itu memeluknya dari belakang. Senyumnya mengembang ketika menyadari suami yang selama ini dia rindukan tengah memeluknya dengan erat. Ia mengentikan aktivitas mencuci botol susu Adta, mengelus tangan itu dan membalikkan badan, menatap laki-laki matang yang selama satu tahun ini begitu ia rindukan."Sekali lagi maafkan aku, Mas," desis Redita lirih ketika sadar mata Adnan kembali menitikkan air mata."Bukan sepenuhnya salahmu, Re.""Tolong jangan menangis," jemari Redita terulur menyeka bulir bening yang luruh dari mata laki-laki yang rambutnya sudah banyak memutih itu."Semua seperti mimpi, tolong jangan pernah pergi lagi dari saya ya, Re?" Adnan meraih jemari itu, mengecupnya lembut dan meremas-remas jemari lentik yang begitu ia rindukan setahun ini.Redita mengangguk, air matanya ikut menitik, ia benar-benar kejam pada sosok ini. Ia kembali menjatuhkan tubuhnya dalam pelukan laki-laki itu. Kembali kehangatan tubuh itu
Read more
Extra Part 3
Redita melenguh panjang ketika Adnan mulai menyentuhnya inci demi inci, ada sesuatu yang membakar dirinya dengan begitu luar biasa, gejolak itu benar-benar membuat Redita bertekad, malam ini ia harus mendapatkan semua pelampiasan untuk satu tahun waktu yang sudah terbuang sia-sia."Mmmpphh ...," sentuhan-sentuhan itu makin liar, dan makin membuat Redita tidak sanggup lagi menahan semuanya, ia sudah tidak tahan lagi.Adnan tersenyum, ia belum ingin memulainya, ia ingin bermain-main sejenak dengan sang isteri sebelum mereka tiba pada inti permainan. Ia lihat betul arti tatapan mata itu, tatapan mata yang begitu memohon, membuat senyum Adnan makin merekah."Ayo!" titah Redita setengah memohon."Jangan buru-buru, nikmati saja dulu," tukas Adnan yang masih ingin menjelajahi inci demi inci tubh sang isteri. Ia mulai membuka satu persatu baju sang isteri ketika kemudian ia menemukan garis bekas luka itu di perut bagian bawah sang isteri.Adnan tertegun, g
Read more
Extra Part 4
"Mas masih cuti ya?" pagi itu Redita sudah siap dengan setelan scrub warna hijau, snelli-nya sudah Adnan siapkan, sementara Adta sudah dipegang asisten Redita."Besok sudah harus masuk, hari ini masih cuti. Pengen rasanya saya bawa kamu ke Solo, Re." desis Adnan lalu memeluk sang isteri dari belakang.Redita tersenyum, ia mengelus dan menggenggam tangan Adnan yang tengah merengkuh tubuhnya itu. Rasanya ia pun ingin ikut pulang ke Solo, tapi Redita masih punya tanggung jawab di sini, bukan?"Setelah internship ku selesai, Mas sudah bisa bawa aku pulang," Redita membalikkan badannya, menatap sang suami lekat-lekat.Adnan tersenyum, ia mengangguk lalu kembali meraih sang isteri ke dalam pelukan. Masih belum hilang rindu yang ia simpan setahun ini, sama sekali belum hilang."Saya masih rindu banget sama kamu, Sayang."Redita tersenyum, ia melepaskan diri dan menatap sang suami lekat-lekat."Bisa nggak jangan seformal itu denganku, Mas? Ak
Read more
Extra Part 5
Adnan membawa mobilnya pergi dari halaman RSUD itu, ia mencari-cari minimarket untuk membeli sesuatu dan berhenti sejenak untuk sekedar menelepon seseorang. Dan tak jauh dari tempatnya berada, lokasi yang ia cari terlihat di depan mata, membuat wajah Adnan bersinar cerah dan langsung perlahan-lahan menepikan mobilnya guna menuju minimarket itu.Ia sontak membelokkan mobilnya, mematikan mesin dan langsung meraih ponsel seraya melepas seat belt. Ia menekan nomor itu, menantikan panggilannya diangkat oleh si pemilik nomor, ada banyak hal yang ingin Adnan tanyakan kepada sosok itu.Lama sekali Adnan menunggu, panggilannya tidak diangkat, membuat ia kembali menekan nomor itu guna mencoba memanggilnya sekali lagi. Dan akhirnya penggilan itu diangkat oleh si pemilik nomor."Hallo, kenapa Mas?""Maaf kalau menganggu, aku cuma mau minta saran padamu yang paham permasalahan hukum," guman Adnan lirih."Kamu tidak melakukan malpraktek, kan? Perlu pengacara? Ak
Read more
Extra Part 6
Adnan tersenyum ketika melihat sosok itu tengah melangkah menghampiri dirinya. Tangan Redita menenteng cooler bag bergambar astronout yang kemarin sempat hampir membuat Adnan semaput begitu melihat benda apa saja yang ada di dalam tas itu. Dia kira, isteri yang sudah lama ia cari dan rindukan itu sudah menikah lagi dengan laki-laki lain, ternyata tidak seperti itu. Bayi yang selalu Redita pastikan selalu tercukupi ASI-nya meskipun Redita harus stand by jaga IGD itu ternyata anaknya, darah dagingnya.“Hai, Mas sudah lama nunggu?” sapa Redita begitu ia masuk ke dalam mobil.“Lumayan, stock untuk jagoanku sudah, kan?” tanya Adnan yang langsung menghidupkan mesin mobil.“Aman Sayang, kita mau kemana? Jangan jauh-jauh, aku cuma waktu satu jam, Sayang.”Adnan tersenyum, “Jangan khawatir Sayang, aku cuma mau mengajakmu makan siang, tidak melakukan hal yang lain.”Redita sontak terkekeh, kemudian menyandarkan
Read more
Extra Part 7
“Mas, katanya besok sudah dinas?” tanya Redita ketika sore itu Adnan belum ada tanda-tanda hendak balik ke Solo, ia malah menggendong Adta dan sama sekali tidak melepaskan bayi itu barang sedetik pun.“Ah, jadi kamu hendak mengusir suamimu sendiri?” Adnan mencebik, memang kenapa kalau besok dia sudah dinas?Redita terkekeh, kenapa jadi baper macam ABG kemarin sore sih suaminya ini? Ia mendekati Adnan yang tampak begitu bahagai dengan Adta yang berada dalam gendongannya. Kenapa rasanya bahagia sekali melihat betapa manis bapak dan anak itu ketika sedang seperti ini?“Bukan begitu Sayang, besok kan pasti masuk pagi.” Redita memeluk suaminya itu dari belakang, jendela kamarnya aman kok, meskipun tirai terbuka, tidak akan ada yang melihat apa yang mereka lakukan kecuali jika sengaja ingin mengintip.“Aku balik subuh boleh kan? Masih kangen sama kamu, sama jagoan kecilku ini.”Redita hanya tersenyum dan me
Read more
Extra Part 8
Edo bangkit dari ranjang, senyumnya merekah melihat betapa lelap Arra yang tubuhnya masih polos itu. Ia melirik jam dinding, sudah pukul satu dini hari dan papanya belum ada tanda-tanda pulang dari rumah mama tirinya itu? Padahal besok pagi dia harus dinas, bukan?Edo meraih baju-bajunya yang tadi ia lempar sembarangan ketika sudah tidak tahan lagi untuk menyentuh sang isteri. Siapa sih yang tidak tergoda dengan tubuh dengan lekuk indah dan kulit putih bersih itu? Dia laki-laki normal, jadi tentu lah ia langsung kalang-kabut begitu mendapati sang isteri sudah dengan lingerie warna merah itu.Dasar Arra, memang umurnya masih kecil, tapi ia sudah sangat matang rupanya, bahkan untuk urusan ranjang seperti ini. Ah Edo tidak salah pilih, bukan? Edo bergegas memakai kembali bajunya, meraih bungkus serta ‘benda’ bekas pakai itu dari atas nakas dari atas meja dan membuangnya ke dalam tempat sampah yang ada di kamar mandi.Ya ... meskipun dia dan Arra sudah m
Read more
Extra Part 9
“Aku pamit balik Solo dulu, Sayang. Jaga anak kita baik-baik ya?” Adnan mengecup kening sang isteri, kemudian beringsut mendekati Adta yang terlelap begitu nyenyak di dalam box-nya. Rasanya berat sekali Adnan hendak kembali, namun ia masih punya tanggung jawab, bukan? Terlebih sekarang ia punya tanggungan membiayai Adta, belum lagi Edo masih beberapa tahun lagi lulus PPDS-nya, ah ... itulah yang selama ini selalu membuat Adnan semangat tetap bekerja.“Mas hati-hati ya, kabari kalau sudah sampai Solo.” desis Redita lalu memeluk erat sang suami.Adnan hanya tersenyum, melepaskan Redita perlahan-lahan lalu mengecup keningnya perlahan. Hanya sekilas, karena kemudian kecupan itu turun mengecup bibir Redita penuh cinta, ya walaupun juga hanya sebentar.“Pasti, akan saya kabari selalu, Sayang!” Adnan tersenyum, kemudian meraih kunci mobil dan dompet yang tergeletak di atas lemari Adta.Redita menyodorkan jaket milik Adnan, mem
Read more
Extra Part 10
Adnan mematikan mesin mobilnya ketika ia sudah sampai di halaman rumahnya. Mobil Edo dan Arra masih ada, itu artinya dia masih di sini, belum kembali ke Jogja dan Arra belum balik ke rumah Yudha. Ya ... memang seperti itu, bukan? Selama Edo masih harus pendidikan di Jogja, Edo harus terpisah dari sang isteri karena Arra sudah dinas di salah satu rumah sakit swasta di Solo dan sebuah klinik. Jadi lah tiap Edo di Jogja Arra lebih memilih pulang ke rumah orang tuanya karena di rumah Adnan ini ia merasa kesepian.Adnan bergegas turun, melirik arlodjinya dan masuk ke dalam rumah. Sudah pukul setengah lima. Bisa lah dia mandi besar dulu lalu sholat subuh dan bersiap berangkat ke rumah sakit. Adnan bergegas naik kelantai atas, hanya dapur yang sudah tampak menyala lampunya, yang artinya dua asistennya sudah sibuk menyiapkan sarapan dan melakukan pekerjaan lain.Adnan bergegas masuk ke dalam kamar, mandi dan bersiap sholat. Ia tersenyum menatap kamarnya itu. Kelak kamar ini ak
Read more
Extra Part 11
Adnan tersenyum ketika mendapati panggilan dari nomor itu, nomor yang ia tunggu untuk memberinya kabar perihal perkembangan pendaftaran itsbat nikahnya. Semoga semuanya lancar dan tidak perlu waktu lama ia bisa mendaftarkan pernikahannya dan memperoleh apa yang sudah ia janjikan kepada sang isteri sejak dulu.“Halo, gimana Fan?” tanya Adnan yang sudah sangat tidak sabar itu.“Berkasnya sudah masuk, Dok. Sudah diurus sama isteri saya, nanti tinggal tunggu kabar persidangannya saja ya, Dok.”Wajah Adnan makin cerah, senyumnya mengembang sempurna mendengar hal itu. Redita pasti akan sangat bahagia mendengar kabar ini, bukan? Impiannya untuk bisa segera memiliki buku nikah dan menikahi Redita secara resmi akan terwujud.“Baik, saya berterima kasih sekali padamu, Fan. Sampaikan ucapan terima kasihku pada isterimu juga, ya.”Adnan menyandarkan tubuhnya di kursi, hatinya tengah berbunga-bunga. Rupanya inilah kebahagiaan
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status